Newsletter

AS Beri Kabar Buruk, China & Perang Bikin Dunia Ketar-Ketir

Muhammad Reza Ilham Taufani, CNBC Indonesia
Jumat, 13/10/2023 06:04 WIB
Foto: Pixabay/gerd Altmann
  • Pasar keuangan Indonesia kembali mengakhiri perdagangan dengan kompak menguat kemarin
  • Wall Street kembali kebakaran setelah data inflasi AS keluar
  • Data inflasi AS, inflasi China, serta dampak perang Hamas vs Israel akan menjadi perhatian investor

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia mengakhiri perdagangan kemarin dengan kompak menguat, penguatan ini terjadi dua hari beruntun. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Surat Berharga Negara (SBN), dan rupiah secara bersamaan berada di zona hijau.

Pasar keuangan Indonesia diperkirakan akan tertekan hari ini sejalan dengan masih kencangnya inflasi Amerika Serikat (AS).  Selengkapnya mengenai sentimen pasar hari ini akan dibahas pada halaman 3 artikel ini.
Selengkapnya mengenai sentimen pasar hari ini akan dibahas pada halaman 3 artikel ini.

IHSG  pada perdagangan kemarin ditutup menguat 0,05% atau ke 6.935,151. Kenaikan kemarin menjadikan posisi IHSG kembali berada di atas level 6.900. Penguatan bursa efek Indonesia kembali ditopang sektor infrastruktur. Sektor konsumen siklikal dan kesehatan ikut mendorong IHSG mampu terapresiasi.

Penguatan IHSG kemarin didorong oleh kenaikan sektor infrastruktur 3,5%, properti 1,08%, dan siklikal 0,61%. Sedangkan, sektor yang tertekan signifikan yaitu industri bahan dasar 1,4%, energi 0,9%, dan teknologi 0,89%.

Sebanyak 221 saham bergerak naik, 330 bergerak turun dan 307 tidak berubah dengan transaksi turnover Rp 12,2 triliun dengan 33 miliar lembar saham.

Penopang kenaikan IHSG datang dari PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) yang baru saja melantai di bursa melalui IPO pada 9 Oktober 2023. Perusahaan ini mengalami kenaikan 24,69% atau menyentuh ARA (Auto Reject Atas) menjadi Rp 1.890 per saham.

Kenaikan saham BREN berkontribusi pada penguatan 14,53 indeks poin, menjadi yang terbesar pada perdagangan kemarin. Semenjak IPO di harga Rp 780, BREN telah melesat 142%.

PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) menjadi pemberat IHSG dengan penurunan 12,42 indeks poin. Saham GOTO yang bergerak di sektor teknologi ini disinyalir terkoreksi seiring rencana perseroan yang akan melakukan Penambahan Modal dengan Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) atau private placement, dengan menerbitkan 17,04 miliar saham baru.

Aksi korporasi tersebut memungkinkan terjadinya dilusi kepemilikan pemegang saham lama, sehingga pasar kurang mengapresiasi meski akan terdapat tambahan modal pula.

Beralih ke mata uang Garuda, rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) meskipun data inflasi AS masih relatif panas.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup di angka 15.685/US$ atau menguat 0,03% terhadap dolar AS. Posisi ini senada dengan penguatan pada penutupan perdagangan kemarin (11/10/2023) yang juga menguat 0,25% dan terkuat sejak 6 Oktober 2023.

AS pada Rabu (11/10/2023) telah merilis data Inflasi harga produsen (PPI) di Amerika Serikat. Secara bulanan, PPI September melandai ke 0,5% dibandingkan bulan sebelumnya 0,7%, hanya saja masih lebih panas dari perkiraan pasar di 0,3% Sementara dalam basis tahunan, PPI malah 2,2% dibandingkan bulan Agustus sebesar 2% dan ekspektasi pasar di 1,6%.

Selain itu, pada Kamis dini hari (12/10/2023), risalah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) atau FOMC Minutes menunjukkan mayoritas partisipan melihat satu lagi kenaikan di masa depan akan menjadi keputusan yang tepat tetapi sebagian lagi melihat tidak perlu ada kenaikan.

"Kebijakan akan tetap terbatas untuk beberapa waktu sampai Komite percaya diri jika inflasi AS sudah bergerak ke target sasaran," tulis risalah FOMC.

Untuk diketahui, Ekonom The Fed mencatat bahwa perekonomian telah terbukti lebih tangguh dari perkiraan tahun ini, namun mereka menyebutkan sejumlah risiko. Pemogokan yang dilakukan oleh para pekerja otomotif, misalnya, diperkirakan akan "sedikit" memperlambat pertumbuhan dan mungkin meningkatkan inflasi, namun hanya bersifat sementara.

Risalah tersebut menyatakan bahwa konsumen terus melakukan pembelanjaan, meskipun para pejabat khawatir tentang dampak dari kondisi kredit yang lebih ketat, berkurangnya stimulus fiskal dan dimulainya kembali pembayaran pinjaman mahasiswa.

Ketidakpastian ekonomi AS, dinamisnya data ekonomi AS, dan ketatnya pasar keuangan membuat The Fed lebih berhati-hati. Pasar kini melihat jika The Fed telah beralih fokus bukan lagi pada berapa kenaikan tetapi seberapa lama suku bunga tinggi akan dipertahankan.

Imbal hasil atau yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun kembali menurun pada penutupan perdagangan kemarin. Yield menurun menjadi 6,77% kemarin dibanding hari sebelumnya yang berada di 6,83%.

Imbal hasil telah mengalami penurunan selama enam hari perdagangan beruntun, dari 7,08% pada 4 Oktober 2023 menjadi 6,77% pada perdagangan kemarin.

Sebelumnya, imbal hasil SBN tenor 10 tahun sempat memuncak menjadikannya level tertinggi dalam 7 bulan atau sejak 9 Maret 2023. Reli penurunan yield ini mengindikasikan kembali adanya minat pada obligasi Indonesia.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang naik demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%. Ketika yield turun, mengindikasikan investor sedang membeli SBN.


(mza/mza)
Pages