Perang Israel-Hamas vs Rusia-Ukraina: Lebih Sengsara Mana?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pecahnya perang antara Israel-Hamas menjadi sorotan dunia dan menimbulkan kekhawatiran mengenai lonjakan harga energi yang pernah terjadi usai perang Rusia-Ukraina meletus tahun lalu. Namun, pertanyaannya adalah "apakah peperangan kali ini akan mengulang permasalahan yang telah terjadi?"
Terdapat beberapa perbedaan antara dua peperangan ini. Salah satu perbedaan dalam kedua peperangan ini diantaranya adalah dampak mulai dari krisis energi dan pangan, situasi makro yang berbeda, hingga ancaman meluasnya perang.
Melesatnya harga energi dan pangan akibat perang Rusia-Ukraina utamanya terlihat pada komoditas batu bara, minyak, hingga gandum. Kenaikan harga ini disebabkan oleh adanya penolakan produk komoditas Rusia oleh negara pendukungnya akibat serangannya pada Ukraina, terganggunya produksi, hingga distribusi.
Hal ini tentunya akan berdampak signifikan, mengingat Rusia memiliki peran penting dalam pasokan batu bara global sebagai eksportir terbesar ke-3 dunia. Rusia menyumbang sekitar 45% kebutuhan energi ke Eropa.
Rusia dan Ukraina memasok 25,6% dari pasar gandum dunia, 23,9% barley dan 13% jagung. Rusia juga menjadi tulang punggung dunia untuk produk pupuk sehingga perang melambungkan ongkos pertanian.
Source: Statista
Berkurangnya ekspor Rusia akan mengurangi pasokan global, sehingga permintaan lebih tinggi dari pasokan dan harga pun terdorong.
Permasalahan diperparah dengan adanya kondisi makro ekonomi yang sedang menghadapi fase commodity super cycle akibat adanya kekurangan pasokan akibat efisiensi yang dilakukan dalam menghadapi pandemi Covid-19.
Alhasil, harga batu bara terbang hingga menyentuh level tertinggi sepanjang masa menembus level US$ 450 per ton. Persoalan diperparah dengan adanya serangan balasan dari Rusia yang menghentikan pasokan gas pipa Nord Stream untuk Eropa.
![]() Impor energi fosil dari Rusia |
Di sisi lain, suku bunga masih berada di level yang relatif rendah, sehingga strategi mengendalikan harga dapat dilakukan dengan pengetatan.
Sementara itu, Ukraina merupakan penghasil komoditas penting untuk sektor pangan. Ukraina adalah salah satu produsen dan eksportir pertanian terbesar di dunia dan memainkan peran penting dalam hal ini memasok minyak sayur dan biji-bijian ke pasar global.
Source: Statista
Produk pertanian adalah ekspor terpenting Ukraina. Pada tahun 2021 jumlahnya mencapai US$27,8 miliar, menyumbang 41 persen dari keseluruhan ekspor negara itu senilai $68 miliar.
Masalah perang Rusia-Ukraina yang terjadi menyebabkan adanya gangguan pada sektor energi dan pangan, sehingga berbagai pihak khawatir akan terjadinya krisis.
Perang Israel Vs Hamas
Kembali ke perang Israel-Hamas, kedua wilayah ini tidak memiliki produk komoditas hulu yang berkontribusi penting terhadap dunia. Tetapi, kedua negara ini memiliki dukungan dari negara pemasok energi penting dunia, khususnya minyak dan gas.
AS yang mendukung Israel merupakan produsen minyak dan gas terbesar dunia. Sedangkan, Iran yang mendukung Hamas juga berperan penting terhadap kontribusi energi global.
Masalah ini dapat mengancam pasar keuangan lebih luas, sebab konflik yang berada di Timur Tengah ini merupakan wilayah penting untuk sumber energi, khususnya minyak dan gas. Dan lagi, negara pendukungnya juga berkontribusi besar untuk energi dunia.
Secara makro ekonomi, inflasi yang mulai terkendali dapat kembali meningkat, sehingga kebijakan pengetatan suku bunga dapat kembali terjadi. Hal ini dapat menyebabkan perekonomian semakin melambat yang dapat mengakibatkan resesi, bahkan krisis perbankan - seperti yang telah terjadi semasa SVB, Silvergate, Signature Bank - dapat memberi efek domino ke perekonomian dapat semakin parah.
Dari segi perekonomian, Israel dipimpin oleh sektor teknologi tinggi yang berorientasi ekspor dan semangat inovasi, dengan peralatan berteknologi tinggi dan berlian potong sebagai ekspor utama.
Israel sendiri termasuk 10 negara eksportir senjata terbesar dunia. Keberhasilan serangan Israel dapat memberi daya tarik negara lain, khususnya dari kekuatan senjata yang dimiliki Israel. Hal tersebut memungkinkan permintaan senjata Israel akan mengalami kenaikan.
Selain itu, terdapat beberapa komoditas lainnya yang merupakan produk andalan ekspor Israel, seperti perhiasan, alat kesehatan, mesin, bahan kimia, dan sebagainya. Adanya peperangan memungkinkan akan mengganggu aktivitas produksi perusahaan terkait sektor tersebut, sehingga mengganggu pasokan dan mendorong kenaikan harga produk.
Turki yang termasuk lima negara importir terbesar dari Israel berkemungkinan mengurangi impornya, sebab negara yang dipimpin Recep Tayyip Erdoğan tersebut menunjukkan dukungan pada Palestina.
Permasalahan yang berkepanjangan yang menarik dukungan beberapa negara lain dapat semakin memanas, sehingga memungkinkan adanya gangguan dagang antar negara, hingga menyeret ikut campur dalam peperangan.
Berikut komoditas ekspor impor dan negara yang berdagang dengan Israel yang dilansir dari situs HKTDC.
Souce: HKTDC
(mza/mza)