
Saham Pemasok Huawei Terbang Berjamaah, Ada yang 400% Lebih

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham perusahaan pemasok teknologi membuat sensasi dengan terbang tinggi di pasar saham China seiring Huawei Technologies akhir merilis smartphone 5G pertamanya setelah sempat terkena larangan Amerika Serikat (AS).
Perusahaan supplier elektronik, komponen, dan peralatan ke perusahaan teknologi nasional tersebut mengalami peningkatan tajam sahamnya - sekitar lebih dari 400% - sejak Mate 60 Pro bikinan Huawei mulai dijual pada akhir Agustus lalu.
Selain itu, Huawei memperkenalkan tablet, perangkat pintar yang dapat dikenakan (wearables) dan layar, platform otomotif, dan solusi komputasi AI pada bulan September.
Mengutip Nikkei Asia, Jumat (6/10), para investor tidak hanya bertaruh pada kembalinya Huawei di pasar ponsel pintar, tetapi juga pada ambisi China untuk membangun rantai pasokan teknologi yang mandiri.
Namun, peningkatan ini terjadi di tengah kemerosotan berkepanjangan dalam industri teknologi yang menurut para analis mungkin masih belum berakhir.
Saham Dongguan Chitwing Tech, yang secara tidak langsung memasok cetakan presisi dan komponen struktural ke Huawei, misalnya, mengalami lonjakan harga saham sebesar 420% antara 28 Agustus, sehari sebelum peluncuran Mate 60 Pro, hingga 28 September, hari ketika pasar China ditutup untuk waktu libur Nasional (2-6 Oktober).
Kenaikannya sangat tajam sehingga Bursa Efek Shenzhen meminta perusahaan tersebut untuk mengeluarkan pernyataan kepada investor yang menjelaskan bahwa Huawei hanya memberikan kontribusi pendapatan yang terbatas, yakni sebesar 3,7% pada paruh pertama tahun ini.
Saham lainnya, Hwa Create, penyedia komponen komunikasi satelit utama untuk Huawei, terbang lebih dari 143% pada periode yang sama. Mate 60 Pro dapat melakukan panggilan satelit.
Saham Shenzhen Phoenix Telecom Technology, pemasok utama router dan switch untuk Huawei, melesat lebih dari 83%. Sementara Seres Group, mitra bisnis platform otomotif Huawei, melonjak lebih dari 65%.
Lebih lanjut, saham Sunwoda, pemasok utama baterai untuk ponsel pintar Huawei, naik lebih dari 24% sejak akhir Agustus. Saham pembuat suku cadang antena dan frekuensi radio Shenzhen Sunway Communication juga melambung 21% dari bulan lalu.
Asal tahu saja, Sunwoda dan Sunway juga merupakan pemasok Apple.
Kemudian, saham Ofilm Group, penyedia modul lensa sentuh dan kamera, mengalami kenaikan harga saham sekitar 22% sejak 28 Agustus. Perusahaan ini juga pernah menjadi pemasok Apple, tetapi bisnisnya terpukul ketika AS menambahkannya ke Daftar Entitas pada tahun 2021, menuduh ada kaitannya dengan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang dilakukan oleh minoritas Muslim Uyghur di China.
Produsen chip terkemuka Tiongkok, Semiconductor Manufacturing International Co. (SMIC), juga mendapat katalis positif. Ini seiring sahamnya yang terdaftar di Bursa Hong Kong naik hampir 8% sejak 28 Agustus hingga5 Oktober.
Huawei telah bekerja sama dengan SMIC untuk memulihkan produksi chip seluler 5G-nya. Pada periode yang sama, saham Taiwan Semiconductor Manufacturing Co., pesaing asing terbesar SMIC, turun sekitar 4% di tengah lambatnya pemulihan pasar dan lesunya permintaan barang elektronik.
Peluang & Tantangan
Meskipun kebangkitan Huawei merupakan sebuah kabar baik, tetapi banyak pemasok komponen terkait ponsel pintar yang mengalami kemerosotan sejak 2021.
Selain itu, meskipun ada harapan bahwa berakhirnya kebijakan lockdown Covid-19 yang ketat di China pada bulan Desember lalu akan meningkatkan konsumsi, pasar ponsel pintar di negara tersebut justru menurun pada paruh pertama tahun 2023.
Harga saham Sunwanda masih kurang dari sepertiga level puncaknya pada akhir 2021, sedangkan harga saham Ofilm kurang dari sepertiga harga sebelum pandemi dan sebelum Apple memutuskan hubungan dengan perusahaan tersebut.
Jeff Pu, Direktur Pelaksana Riset Teknologi Haitou Securities, mengatakan permintaan ponsel Huawei masih jauh melebihi pasokan.
"Kami melihat Huawei terus meningkatkan pesanan di beberapa pemasok komponen elektroniknya. Kami memperkirakan tren kembalinya Huawei ke bisnis ponsel pintar secara lokal akan berlanjut hingga tahun depan. Hal ini membantu prospek pertumbuhan beberapa pemasok utamanya," jelas Pu.
"Namun, kembalinya Huawei dapat berdampak pada penjualan produsen ponsel lain, termasuk Apple, Oppo, Honor, Vivo, dan Xiaomi, di China," imbuh Pu.
Edison Lee, seorang analis di Jefferies, memperkirakan kapasitas Huawei untuk membuat chip 7 nanometer akan terus tumbuh, dari sekitar 33 juta unit pada 2024 menjadi 58 juta pada 2025, dan 72 juta pada 2026.
Lee menyebut, Hal itu akan membantu ponsel Huawei mendapatkan kembali pangsa pasarnya dari iPhone besutan Apple di China.
"Potensi kanibalisasi Huawei terhadap iPhone akan kecil pada 2023, karena kami memperkirakan hanya 5 juta hingga 6 juta pengiriman oleh Huawei. Namun, pengirimannya akan meningkat seiring berjalannya waktu," kata Lee.
Namun Mike Leung, Manajer Investasi Wocom Securities Hong Kong, memperingatkan bahwa reli tersebut mungkin tidak akan bertahan lama.
"Harga saham diyakini akan mengalami penyesuaian dan kemudian turun karena sentimen investasi secara keseluruhan yang buruk di pasar," katanya.
"Ini terutama mengingat adanya rumor AS akan segera meninjau efektivitas sanksi dan memberlakukan pembatasan lebih lanjut dan transfer teknologi pada fasilitas produksi semikonduktor sebagai respons atas kesuksesan Mate 60 Pro."
CNBC INDONESIA RESEARCH
(trp/trp)