
Iphone 15 Rilis, Saham Apple Malah Jeblok 2%, Kenapa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Rilis iPhone dalam beberapa tahun terakhir kurang fenomenal dibanding 16 tahun lalu saat Steve Jobs memamerkan peluncurannya layaknya teknologi dari luar bumi. Pengenalan produk iPhone 15 menjadi hanya seperti formula biasa, alih-alih menawarkan inovasi yang menarik. Alhasil, harga saham Apple ditutup ambles.
Saham Apple terkoreksi 1,7% menjadi US$176,3 per saham. Penurunan terjadi seiring dengan inovasi produk iPhone yang terpantau kurang signifikan dalam beberapa rilis terakhir, sehingga penjualan menurun dan ekspektasi harga ke depan semakin mahal.
Apple yang separuh penjualannya masih bergantung dengan produk iPhone berharap rilis kali ini dapat menjadi penyelamat pertumbuhan pendapatan. Bahkan, penjualan Apple yang diperkirakan akan melambat dalam 12 bulan mendatang, menurut LSEG data, akan menjadi faktor valuasi Apple menjadi mahal.
Saham Apple diperdagangkan pada harga 27 kali perkiraan laba dalam 12 bulan mendatang. nilai tersebut setinggi valuasi Apple 10 tahun yang lalu saat pertumbuhan masih di level 50% (quarter on quarter/qoq).
Ambruknya harga saham Apple disinyalir juga disebabkan oleh kekhawatiran pemblokiran ekspor iPhone ke China, mengingat Tiongkok telah melarang penggunaan iPhone untuk PNS-nya.
Pembatasan pembelian smartphone ini belum diumumkan secara publik oleh pemerintah China, namun ini menyebabkan kekhawatiran produk Apple turut menjadi korban ketegangan antara Amerika Serikat dan China.
Penerapan kebijakan ini akan berdampak signifikan pada kinerja keuangan Apple, pasalnya China, Hong Kong, dan Taiwan adalah target pasar Apple terbesar ketiga. Melansir CNBC International, kawasan tersebut berkontribusi 18% dari total pendapatan atau setara US394 miliar.
Di sisi lain, sebagian besar produk Apple dirakit di China. Terkait dengan persoalan ini, Apple menolak berkomentar dalam wawancara CNBC International.
Tiongkok telah memerintahkan pejabat di lembaga pemerintah pusat untuk tidak membawa iPhone ke kantor atau menggunakannya untuk bekerja, The Wall Street Journal melaporkan pada hari Rabu.
Meski demikian, larangan tersebut masih belum ada keterangan jelas terkait batasan-batasanya. Selain itu, larangan ini dapat meluas ke perusahaan-perusahaan negara dan lembaga-lembaga yang didukung pemerintah, menurut sebuah laporan media internasional pada hari Kamis.
Meskipun larangan diberlakukan pada semua pegawai pemerintah, ini dapat mengurangi penjualan unit iPhone di Tiongkok sebanyak 5%, analis Bernstein Toni Sacconaghi menulis dalam catatannya pada hari Kamis.
Hal ini akan menjadi ancaman yang lebih besar bagi Apple jika larangan tersebut memberikan sinyal bahwa masyarakat biasa harus melakukan hal yang sama dengan menggunakan barang elektronik buatan perusahaan China.
Manajer portofolio di Satori Fund, mengatakan pada Kamis bahwa dia menjual sahamnya di Apple dan sekarang melakukan short short terhadap perusahaan tersebut, dengan alasan kemungkinan larangan pemerintah terhadap iPhone dan meningkatnya persaingan dari Huawei.
Apple vs Huawei
Apple juga harus bergulat dengan persaingan dari Huawei Technologies yang merupakan pesaing utamanya di pasar ponsel pintar premium Tiongkok. Pada 2019, perang dagang Amerika Serikat (AS)-China yang memanas menghancurkan bisnis Huawei di pasar ekspor AS.
Pekan lalu, Huawei mulai menjual Mate 60 Pro, ponsel kelas atas yang menggunakan chip buatan Tiongkok. Namun, teknologi tersebut diyakini anggota parlemen AS diproduksi dengan melanggar pembatasan perdagangan AS.
Huawei ingin mengungguli Apple dengan fitur tambahan seperti panggilan satelit yang mengandalkan jaringan yang didukung pemerintah Tiongkok. Jajaran iPhone Apple saat ini sudah menggunakan satelit, meskipun hanya dimaksudkan untuk situasi darurat.
Teknologi terbaru iPhone yang ditawarkan berupa kamera "periskop" yang dapat mengambil gambar jarak jauh lebih baik. Pengembangan signifikan juga dilakukan pada bahan yang digunakan menggunakan titanium, pengisian daya menggunakan type-c, serta peningkatan chip iPhone.
Perlambatan Penjualan iPhone dan Prospek ke Depan
Sayangnya, produk utama Apple, yaitu iPhone, mulai menunjukkan tanda-tanda perlambatan pertumbuhan. Bahkan, dalam paruh pertama tahun 2023, pendapatan iPhone mengalami penurunan.
Data dari Refinitiv mencatat bahwa penjualan iPhone pada paruh pertama tahun mengalami penurunan tipis sebesar 0,15%, mencapai US$39,6 miliar atau sekitar Rp589,5 triliun (dengan kurs Rp14.990/US$).
Penurunan ini sebagian disebabkan oleh penurunan pengeluaran Apple dalam penelitian dan pengembangan (R&D). Keunggulan Apple dibandingkan pesaingnya memerlukan biaya R&D yang tinggi.
Namun, dalam beberapa rilis produk iPhone terakhir, tidak terlihat adanya inovasi produk yang signifikan. Hal ini diyakini sebagai salah satu alasan penjualan iPhone melambat. Sementara biaya R&D Apple tetap tinggi, mencapai US$14,8 miliar atau berkontribusi 8,3% dari total pendapatan.
Tingginya biaya R&D, tanpa diimbangi oleh pertumbuhan pendapatan yang signifikan, membawa risiko terhadap kinerja perusahaan. Perbandingan dapat dilihat dengan Samsung, produsen ponsel asal Korea Selatan, yang telah menghadirkan inovasi ponsel lipat.
Menurut data dari DemandSage, pengiriman iPhone juga telah mengalami penurunan sejak tahun 2021. Pada tahun 2023, iPhone berpotensi mengalami penurunan lagi, karena jumlah pengirimannya belum mencapai tingkat tahun 2022.
Pertumbuhan penjualan iPhone tahun ini sangat bergantung pada kesuksesan penjualan dari seri terbaru, iPhone 15. Seri flagship ini akan hadir dalam 4 model, yaitu iPhone 15, iPhone 15 Pro, iPhone 15 Plus, dan iPhone 15 Pro Max.
Dalam hal pilihan warna, analis produk Apple, Kuo, mengindikasikan bahwa varian Pro akan tersedia dalam warna abu-abu, perak/putih, hitam, dan biru. Ini akan menjadi seri iPhone Pro pertama tanpa varian warna gold setelah iPhone X.
Sementara untuk varian reguler dan Plus, iPhone 15 dikabarkan akan tersedia dalam warna hitam, pink, kuning, dan hijau, seperti yang dilaporkan oleh MacRumors pada Senin (11/9/2023).
Selain itu, semua model juga akan dilengkapi dengan Dynamic Island, sebuah fitur premium yang sebelumnya hanya tersedia pada varian Pro. Kuo juga mencatat bahwa varian Pro Max akan menjadi model terakhir yang diproduksi, sehingga stok produk ini akan sangat terbatas saat diluncurkan.
(mza/ras)