Pasar Apple Masih Anjlok, iPhone15 Rilis Jadi Juru Selamat?

Muhammad Reza Ilham Taufani, CNBC Indonesia
12 September 2023 17:15
Apple Foldable Phone Concept. (Tangakapan Layar Youtube  #ios beta news)
Foto: Apple Foldable Phone Concept. (Tangakapan Layar Youtube #ios beta news)
  • Apple akan merilis iPhone 15 terbarunya pada Rabu (13/9/2023) pukul 00.00 WIB yang akan menjadi penentu pertumbuhan penjualan gawai pintar ini. 
  • Keunggulan kompetitif iPhone dan produk perangkan keras Apple nyatanya mulai menunjukkan penurunan
  • Penurunan berpotensi semakin parah seiring dengan perang dagang China dan persaingan produk China Huawei. 

Jakarta, CNBC Indonesia - Apple akan merilis iPhone15 terbarunya di Cupertino, California, pada Rabu (13/9/2023) pukul 00.00 WIB. Rilis model ini diharapkan menjadi juru selamat perusahaan teknologi dengan kapitalisasi pasar terbesar di dunia ini. Namun, ada tantangan perang dagang China dengan larangan penggunaan iPhone Pegawai Negara China dan kompetisi gawai pintar asal China Huawei. Apakah iPhone mampu jadi juru selamat?

Rilis produk iPhone15 tentunya dinantikan berbagai kalangan, baik dari pelanggan produk Apple hingga pemegang sahamnya. Melansir ValueInvestorsCentral, kekuatan raksasa teknologi ini diantaranya yaitu merek, ekosistem antar produk, desain simpel, teknologi canggih, mudah digunakan, sehingga menghasilkan kinerja keuangan yang solid.

Keunggulan utama Apple yang paling berharga yaitu sebagai brand dengan nilai tertinggi di seluruh dunia serta layanan yang memudahkan pelanggan.

Berbagai layanan mendorong penggunanya untuk setia pada gawai ini melalui penyimpanan data di iCloud. Fitur Air Drop untuk berbagi media sesame iPhone mendorong pengguna non-iPhone beralih ke smartphone ini.

Pengguna Apple juga dimanjakan dengan integrasi produk yang memudahkan penggunanya dengan gawai lain, seperti laptop Macbook, tablet iPad, dan banyak produk lainnya. Berbagai fasilitas ini disempurnakan oleh desain sederhana dan teknologi canggih yang membuat pecinta teknologi mudah menggunakan produknya.

Perlambatan dan Penurunan Pendapatan iPhone

Sayangnya, iPhone sebagai produk andalan Apple mulai menunjukkan tren perlambatan pertumbuhan penjualan, bahkan pada semester-I 2023 ini mengalami penurunan pendapatan. Data Refinitiv mencatat penjualan iPhone pada semester pertama mengalami penurunan tipis 0,15% menjadi US$39,6 miliar atau Rp589,5 triliun (Kurs: Rp14.990/US$).

Salah satu faktor penurunan ini berasal dari faktor keunggulan Apple yang mulai diturunkan, yaitu pengeluaran riset dan pengembangan (R&D). Keunggulan Apple selangkah lebih maju dibanding kompetitor memerlukan biaya R&D yang tinggi.

Namun, rilis produk iPhone dalam beberapa periode terakhir tidak menunjukkan adanya inovasi produk yang signifikan. Faktor ini disinyalir menjadi penyebab penjualan iPhone ikut melambat. Padahal, biaya R&D Apple masih sangat tinggi berada di US$14,8 miliar atau berkontribusi 8,3% dari total pendapatan pada semester pertama ini.

Biaya R&D yang masih tinggi dengan tidak diimbangi pertumbuhan pendapatan signifikan akan berisiko terhadap kinerja. Perbedaan terlihat jika membandingkan dengan produsen telepon genggam (HP) dari Korea Selatan, Samsung, yang menawarkan inovasi HP lipat.

Melansir data DemandSage, jumlah iPhone yang dikirimkan juga mengalami tren penurunan sejak 2021. Periode 2023 ini, iPhone berpotensi kembali mengalami penurunan pasalnya jumlah yang disetahunkan masih belum mencapai sebanyak 2022.

Penentu penjualan iPhone tahun ini akan sangat bergantung dengan keberhasilan penjualan iPhone15 terbarunya. HP flagship tersebut akan hadir dalam 4 model, yakni iPhone15, iPhone15 Pro, iPhone15 Plus, dan iPhone15 Pro Max.

Dari segi warna, Kuo, Analis produk Apple, mengatakan varian Pro akan hadir dengan pilihan abu-abu, silver/putih, hitam, dan biru. Jika benar, artinya ini akan jadi seri iPhonePro pertama tanpa varian warna gold setelah iPhoneX.

Sementara itu, untuk varian reguler dan Plus, kabarnya iPhone15 akan hadir dalam balutan hitam, pink, kuning, dan hijau, dikutip dari MacRumors, Senin (11/9/2023).

Semua seri iPhone15 juga disebut akan hadir dengan port USB-C. Ini merupakan sejarah baru bagi lini iPhone yang selama ini mengandalkan port Lightning. Selain itu, semua model juga akan punya Dynamic Island, yakni fitur premium yang sebelumnya hanya diberikan pada varian Pro.

Kuo juga mencatat varian Pro Max akan jadi model yang terakhir diproduksi. Alhasil, stok produk itu akan sangat terbatas ketika diluncurkan.

Perang Dagang & Ketergantungan China

Saham Apple ambruk pekan lalu, seiring dengan kebijakan China yang memblokir penggunaan iPhone pada pegawai pemerintahan Tiongkok. Nilai pasar dari saham Apple hilang mencapai US$ 200 miliar atau setara dengan Rp3 triliun. (kurs: Rp15.300/US$)

Saham Apple terkoreksi tajam pekan ini, turun 5,95% menjadi US$178,18 per saham. Saham Apple ambles dua hari beruntun pada Rabu dan Kamis. Penurunan dua hari tersebut menjadikan saham Apple kehilangan valuasinya hingga US$200 miliar atau setara Rp3000 triliun.

Pembatasan pembelian smartphone ini belum diumumkan secara publik oleh pemerintah China, namun ini menyebabkan kekhawatiran produk Apple turut menjadi korban ketegangan antara Amerika Serikat dan China.

Penerapan kebijakan ini akan berdampak signifikan pada kinerja keuangan Apple, pasalnya China, Hong Kong, dan Taiwan adalah target pasar Apple terbesar ketiga. Melansir CNBC International, kawasan tersebut berkontribusi 18% dari total pendapatan atau setara US394 miliar.

Di sisi lain, sebagian besar produk Apple dirakit di China. Terkait dengan persoalan ini, Apple menolak berkomentar dalam wawancara CNBC International.

Tiongkok telah memerintahkan pejabat di lembaga pemerintah pusat untuk tidak membawa iPhone ke kantor atau menggunakannya untuk bekerja, The Wall Street Journal melaporkan pada hari Rabu.

Meski demikian, larangan tersebut masih belum ada keterangan jelas terkait batasan-batasannya. Selain itu, larangan ini dapat meluas ke perusahaan-perusahaan negara dan lembaga-lembaga yang didukung pemerintah, menurut sebuah laporan media internasional pada hari Kamis.

Meskipun larangan diberlakukan pada semua pegawai pemerintah, ini dapat mengurangi penjualan unit iPhone di Tiongkok sebanyak 5%, analis Bernstein Toni Sacconaghi menulis dalam catatannya pada hari Kamis.

Hal ini akan menjadi ancaman yang lebih besar bagi Apple jika larangan tersebut memberikan sinyal bahwa masyarakat biasa harus melakukan hal yang sama dengan menggunakan barang elektronik buatan perusahaan China.

Manajer portofolio di Satori Fund, mengatakan pada hari Kamis bahwa dia menjual sahamnya di Apple dan sekarang melakukan short short terhadap perusahaan tersebut, dengan alasan kemungkinan larangan pemerintah terhadap iPhone dan meningkatnya persaingan dari Huawei.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(mza/ras)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation