Jokowi Sebut Banyak Negara Cemas, Ini yang Sebenarnya Terjadi

rev, CNBC Indonesia
28 September 2023 16:40
Launching penyaluran Cadangan Beras Pemerintah untuk bantuan pangan tahun 2023 di  Perum Bulog Pusat Distribusi Ngabeyan, Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah, pada Senin (10/04/2023), (Dok. Humas Bapanas)
Foto: Launching penyaluran Cadangan Beras Pemerintah untuk bantuan pangan tahun 2023 di Perum Bulog Pusat Distribusi Ngabeyan, Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah, pada Senin (10/04/2023), (Dok. Humas Bapanas)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali mengingatkan akan perubahan iklim yang memicu krisis khususnya krisis pangan. Hal ini semakin membuat was-was karena India sebagai negara eksportir beras terbesar di dunia telah menutup ekspor berasnya.

Jokowi mengungkapkan ada banyak negara yang saat ini kesulitan untuk memperoleh pangan, baik dari produksi dalam negeri maupun impor.

"Akhirnya ada krisis pangan, beberapa negara kekurangan pangan baik itu gandum, beras," ujarnya.

Persoalan ini semakin rumit ketika belasan negara memilih untuk menahan ekspor komoditas pangan, khususnya beras.

"Yang biasanya negara-negara itu mengekspor berasnya 19 negara sekarang sudah setop ngerem ekspornya, tidak diekspor lagi sehingga banyak negara yang harga berasnya naik, termasuk di Indonesia sedikit naik," terang Jokowi.

Hal tersebut juga dikonfirmasi oleh Duta Besar (Dubes) India di Indonesia Shri Sandeep Chakravorty mengatakan ada alasan besar di balik langkah ini yakni soal kondisi cuaca yang mempengaruhi jumlah beras yang diproduksi.

"Alasan yang mendasari pemahaman saya adalah El Nino ini, yang mana Anda juga menderita karena perubahan iklim El Nino yang mempengaruhi produksi beras? Tentu," ujarnya dalam wawancara bersama CNBC Indonesia, Selasa (19/9/2023).

FAO Projected El Niño Affected Areas, Wet to DryFoto: FAO Projected El Niño Affected Areas, Wet to Dry
Source: Food and Agricultural Organization (FAO)

Ekspor beras Non-Basmati White (NBW) yang ditahan oleh India ini akan mempengaruhi pasokan beras bagi negara-negara Afrika (termasuk Kenya, Benin, Togo, dan Mozambik), negara-negara Asia Selatan (Vietnam dan Malaysia), serta Timur Tengah (Mesir dan Uni Emirat Arab) dan negara tetangga Bangladesh.

Merujuk dari Aljazeera.com, sejak Januari hingga Juli 2023, India mengekspor sekitar 12,9 juta ton beras senilai hampir US$7 miliar ke setidaknya 150 negara, menurut Direktorat Jenderal Intelijen dan Statistik Komersial India.

77% ekspor beras India merupakan beras setengah matang non-basmati, sedangkan 23% lainnya adalah beras basmati.

Dengan jumlah 1,17 juta ton, negara di Afrika Barat, Benin, merupakan negara yang paling banyak membeli beras non-basmati India tahun ini, diikuti oleh Senegal (872.080 ton) dan Kenya (685.302 ton).

Delapan dari 10 tujuan utama beras India adalah negara-negara Afrika yang sebagian besar mengimpor beras pecah, yang merupakan jenis beras termurah dan paling mengenyangkan.

Pembeli beras basmati terbesar di India tahun ini adalah Arab Saudi (639.150 ton), Iran (545.751 ton) dan Irak (383.687 ton).

Setelah larangan India, Departemen Pertanian AS (USDA) menurunkan perkiraan perdagangan beras global untuk tahun 2023 dan 2024 dan organisasi tersebut mengatakan perdagangan beras giling pada tahun 2024 diproyeksikan sebesar 52,9 juta ton, turun 3,44 juta ton dari perkiraan sebelumnya dengan ekspor dari India turun 4,0 juta ton menjadi 19,0 juta.

Pengurangan ekspor tahun 2024 untuk India sebagian diimbangi oleh peningkatan perkiraan ekspor untuk Brasil, Pakistan, Rusia, dan Vietnam. Pada tahun 2023, ekspor global berkurang 1,9 juta ton menjadi 53,8 juta, dengan India perkiraan ekspor berkurang 2,0 juta ton menjadi 20,5 juta. Perkiraan impor diturunkan untuk beberapa hal importir utama di Asia dan Afrika Sub-Sahara untuk tahun 2023 dan 2024.

India's 2023 and 2024 rice exports projected to declineFoto: India's 2023 and 2024 rice exports projected to decline (million tons)
Source: USDA, Foreign Agricultural Service, Production, Supply, and Distribution database

Larangan ini berdampak langsung pada harga varietas beras lainnya, dan tingginya harga beras kemungkinan besar tidak akan mereda dalam jangka pendek. FAO telah menyatakan bahwa kemungkinan pemulihan perdagangan beras pada tahun depan akan memerlukan pencabutan pembatasan ekspor India.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation