Newsdata

Jokowi Datangkan Beras India, Ini Data Impor dalam 10 Tahun

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
22 December 2023 15:45
Presiden Joko Widodo (Jokowi) bagi-bagi bantuan beras Cadangan Beras Pemerintah (CBP) hingga mengecek gudang beras bulog di Batu Cermin, Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), pada Senin, (4/12/2023). (Dok. Muchlis Jr - Biro Pers Sekretariat Presiden)
Foto: Presiden Joko Widodo (Jokowi) bagi-bagi bantuan beras Cadangan Beras Pemerintah (CBP) hingga mengecek gudang beras bulog di Batu Cermin, Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), pada Senin, (4/12/2023). (Dok. Muchlis Jr - Biro Pers Sekretariat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Indonesia akan mengimpor beras dari India untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri pada tahun depan dengan total mencapai 1 juta ton.

Hal ini disampaikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam acara seminar Nasional Outlook Perekonomian Indonesia 2024 di Hotel St Regis, Jakarta, Jumat (22/12/2023)

"Untuk 2024 Alhamdulillah kemarin Kepala Bulog dari India sudah sampaikan ke saya pak sudah tanda tangan 1 juta ton," papar Jokowi.

Jokowi juga telah menerima informasi bahwa Jepang dan Thailand memiliki stok beras yang memadai untuk ekspor.

"Saat di holding room saya sampaikan keinginan untuk bisa impor dari Thailand saya sampaikan Indonesia butuh 2 juta ton kemudian beliau siangnya gabung dengan timnya di Thailand dan sampaikan ke saya sorenya, Presiden Jokowi 2 juta ton Thailand siap untuk kirim ke Indonesia," terang Jokowi.

Terlepas dari rencana pemerintah yang akan mengimpor beras dari India dalam jumlah yang cukup besar pada tahun depan, lalu bagaimana kondisi beras di Indonesia?

Persoalan beras memang terus menjadi topik hangat di kalangan masyarakat setiap tahunnya, karena konsumsi beras di Indonesia terbilang tinggi. Hal ini wajar karena beras merupakan bahan pokok dalam pangan sehari-hari masyarakat Indonesia.

Meski konsumsi beras di Indonesia terbilang tinggi, tetapi nyatanya masih kalah dengan China, India, dan Bangladesh, di mana ketiga negara tersebut menjadi negara dengan konsumsi beras terbesar di Asia.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan total produksi padi di Indonesia selama 2022 sekitar 54,75 juta ton gabah kering giling (GKG) atau meningkat sebesar 333,68 ribu ton (0,61%) dibandingkan 2021.

Jika produksi padi dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk, produksi padi pada 2022 setara dengan 31,54 juta ton beras, atau meningkat sebesar 184,50 ribu ton (0,59%) dibandingkan dengan produksi beras pada 2021.

Konsumsi ini menempatkan Indonesia sebagai konsumen besar terbesar di dunia setelah China, India, dan Bangladesh.

Besarnya konsumsi beras di Indonesia bisa menimbulkan persoalan jika pasokan dalam negeri kurang mencukupi. Impor pun kemudian menjadi jalan keluar. 

Secara akumulasi dari Januari hingga November 2023, pemerintah sudah mengimpor beras hingga 2,53 juta ton. Angka ini melonjak dari posisi impor beras 2022 yang hanya mencapai 429.207 ton.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia sebenarnya sudah tidak mengimpor beras medium pada 2019-2021. Indonesia hanya mengimpor beras pecah khusus, basmati, Jepang, dan ketan. Namun, dalam 10 tahun terakhir, Indonesia beberapa kali mencatat impor dengan jumlah yang sangat besar. Di antaranya adalah pada 2011 yakni sebesar 2,8 juta ton dan pada 2018 yakni 2,3 juta ton. Seperti pada tahun ini, impor besar pada 2011 dan 2018 juga disebabkan oleh gangguan perubahan iklim ekstrem.

Adapun Indonesia cenderung bergantung kepada beras dari Thailand, di mana hingga November 2023, Thailand menjadi eksportir beras terbesar di Indonesia. Selain Thailand, ada Vietnam dan Pakistan.

Konsumsi beras yang tinggi membuat harga beras di Indonesia terus merangkak naik dalam beberapa tahun terakhir. Sepanjang tahun ini, harga beras sudah terbang 15,81%. Bila melihat pergerakan bulanan, harga beras juga sudah jauh melonjak bila dibandingkan dua tahun lalu.

Harga beras pada Desember 2021 rata-rata hanya dibanderol Rp 11.650 per kg tetapi pada Desember 2023 sudah mencapai Rp 14.650/kg. Artinya, dalam dua tahun, harganya sudah terbang 25,75%.

Harga beras mulai melesat sejak Agustus tahun lalu dan terus melesat hingga kini. Berkurangnya pasokan, gangguan panen, kekeringan, serta kebijakan larangan ekspor dari sejumlah negara membuat harga beras mencetak rekor demi rekor.

Sebelumnya pemerintah telah menugaskan Bulog mengimpor sebanyak 2 juta ton beras di tahun 2023. Yang kemudian ditambah sebanyak 1,5 juta ton.

Di mana proses kontrak untuk 1 juta ton diantaranya telah dirampungkan tahun ini. Untuk memenuhi kebutuhan impor tambahan ini, Bulog menjajaki peluang ke berbagai negara, termasuk India, Thailand, juga China.Penjajakan dilakukan dalam mekanisme antar bisnis (business-to-business/ B to B) maupun antar pemerintah (government-to-government).

Hal itu disampaikan Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi saat Ngobrol Bareng Bulog 'Melewati 2023, Menghadapi 2024' di Jakarta, Kamis (21/12/2023).

"Untuk 2024, alokasi impor 2 juta ton. Kami barur asan-rasan dengan Thailand itu secara B to B, gambaran awalnya jumlahnya kurang lebih 700.000 sampai 1 juta ton. Belum MoU. Nah, setelah kami B to B, ternyata pemerintah juga melakukan pembicaraan secara G to G," katanya.

Bayu mengakui, saat ini terjadi tren penurunan produksi pangan, termasuk beras. Salah satunya juga akibat El Nino.

"Tahun 2023 ini angka produksi kemungkinan turun antara 750.000 sampai 1,3 juta ton. Jadi kalau kita lihat dari situ, katakanlah tahun 2024 itu normal, maka untuk mengembalikan ke posisi semula, untuk cover bantuan pangan dan SPHPtahun 2024, kurang lebih kita hanya butuh impor segitu. Karena masa produksi dalam negeri nggak dihitung," ujar Bayu.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(chd/chd)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation