
Kepada Pemilik Emas: Siap-Siap Boncos Dulu Ya

Jakarta, CNBC Indonesia- Emas makin ambruk setelah data ekonomi Amerika Serikat (AS) mengecewakan pasar. Harga emas di pasar spot pada perdagangan Kamis (21/9/2023), ditutup di posisi US$ 1.919,57 per troy ons. Harga emas melemah 0,52%.
Posisi tersebut adalah yang terendah sejak 14 September 2023 atau lima perdagangan terakhir.
Pelemahan kemarin juga memperpanjang tren negatif emas yang melemah dalam dua hari perdagangan sebelumnya. Termasuk kemarin, harga emas secara keseluruhan sudah anjlok 0,70%.
Harga emas sedikit menguat pada hari ini. Pada perdagangan Jumat (22/9/2023) pukul 06:33 WIB, harga emas menguat tipis 0,009%.
Harga emas melemah kemarin setelah data tenaga kerja AS menunjukkan ekonomi AS masih panas. Jumlah pegawai AS yang mengajukan klaim pengangguran berkurang 20.000 orang menjadi 201.000 pada pekan yang berakhir pada 16 September. Jumlah tersebut adalah yang terendah sejak pekan terakhir Januari 2023.
Klaim pengangguran yang rendah menjadi sinyal jika pasar tenaga kerja AS masih panas sehingga inflasi AS sulit ditekan. Akibatnya bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) masih bisa mempertahankan kebijakan hawkish dalam waktu lama.
Sesuai ekspektasi, The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di level 5,25-5,50% sesuai ekspektasi pasar. Namun, The Fed mengisyaratkan mereka akan tetap hawkish dan membuka kemungkinan kenaikan suku bunga ke depan.
Hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) juga mengindikasikan jika kebijakan moneter yang ketat akan tetap berlanjut hingga 2024 dan akan memangkas suku bunga lebih sedikit dari indikasi sebelumnya.
Dokumen dot plot The Fed menunjukkan suku bunga akan ada di kisaran 5,5-5,75% pada tahun ini. Artinya, ada indikasi jika The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps lagi hingga akhir tahun.
Analis dari Exinity, Han Tan, menjelaskan sulit bagi emas untuk menguat tajam selama The Fed masih hawkish.
"Trader emas benar-benar mempertimbangkan pernyataan The Fed. Harga emas pun melemah karena antusiasme membeli berkurang," tutur Han Tan, dikutip dari Reuters.
Analis dari Standard Chartered, Suki Cooper, juga menjelaskan emas sulit menguat signifikan selama pasar belum melihat adanya pemangkasan suku bunga.
"Kalaupun harga ema naik itu akan tidak akan bertahan lama. Momentum kenaikan hanya terjadi jika pasar yakin suku bunga akan melandai," ujar Cooper.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mae/mae)