Pak Jokowi Bakal Dapat Kado Spesial Hari Ini! Pasar RI Happy?
- Pelaku pasar makin pede The Fed tahan suku bunga pekan depan, IHSG menghijau, Rupiah menguat, dan Surat Berharga Negara (SBN) kembali dilirik investor.
- Wall Street kompak ditutup hijau kendati mayoritas data AS yang dirilis semalam tak sesuai ekspektasi.
- Surplus neraca dagang RI potensi lanjut lagi karena lonjakan harga batubara, ini potensi jadi penopang gerak pasar RI hari ini.
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Tanah Air kompak sumringah, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menghijau, rupiah ditutup menguat, kemudian Surat Berharga Negara (SBN) mulai dilirik investor lagi.
Pasar keuangan hari ini tampaknya bisa lanjut menguat. Selengkapnya mengenai proyeksi pasar keuangan Indonesia bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.
IHSG sepanjang hari kemarin, Kamis (14/9/2023) berhasil ditutup menguat 0,34% ke posisi 6959,33. IHSG yang menguat kemarin bertahan cukup lama sejak melesat dari titik terendah pada awal perdagangan di posisi 6929,35.
Penguatan kemarin melanjutkan pergerakan hijau hari sebelumnya, akan tetapi masih nampak sulit untuk menguji level psikologis IHSG di 7000.
Sepanjang perdagangan kemarin nilai transaksi yang tercatat pada IHSG sebesar Rp13,33 triliun, ini merupakan nilai yang tertinggi sepanjang empat hari perdagangan pekan ini. Asing juga mencatat net buy di seluruh market senilai Rp965,03 miliar kemarin, ini menunjukkan minat asing mulai tertarik masuk lagi ke pasar Tanah Air.
Volume transaksi tercatat sebanyak 35,36 miliar lembar saham yang setara dengan frekuensi 1,18 juta kali. Kemudian pada sepanjang perdagangan kemarin, ada sebanyak 241 saham yang menguat, 282 saham melemah, sementara sisanya 232 saham bergerak stagnan.
Investor asing mencatatkan net buy sebesar Rp 965,03 miliar pada perdagangan kemarin. Hal ini berbanding terbalik dengan net sell pada hari sebelumnya.
Beralih ke nilai tukar rupiah terpantau juga bergerak ke zona hijau, melansir data Refinitiv mata uang Garuda berhasil ditutup menguat 0,10% ke angka Rp15.350/US$ pada hari Kamis (14/9/2023). Posisi ini mematahkan tren pelemahan rupiah sejak 1 September 2023.
Head of Fixed Income PT Sucorinvest Asset Management, Dimas Yusuf menilai pergerakan Rupiah masih cenderung terjaga di tengah tekanan eksternal. Strategi kebijakan BI dan kondisi fundamental ekonomi yang kuat dirasa cukup menopang stabilitas mata uang Garuda.
"Saya liat Rupiah jauh lebih percaya diri dibandingkan sebelumnya, ini adalah hasil dari beberapa terobosan Bank Indonesia untuk menstabilkan nilai tukar Rupiah, dan didukung penguatan fundamental kita, ada juga beberapa kebijakan baru untuk retain Devisa Hasil Ekspor (DHE) serta instrumen baru SRBI" ungkap Dimas pada program Money Talks, CNBC Indonesia, Kamis (14/9/2023).
Chief Economist Bank Syariah Indonesia, Banjaran Surya Indrastomo juga menilai langkah BI yang akan meluncurkan instrumen moneter baru yakni Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) merupakan strategi untuk mendukung stabilitas nilai tukar dan mengoptimalkan Surat Berharga Negara (SBN) yang dimiliki BI.
Kemudian beralih lagi pada pergerakan imbal hasil SBN tenor 10 tahun yang menjadi acuan pasar terpantau mulai dilirik investor kembali Nilainya pada akhir perdagangan Kamis (14/9/2023) turun 4 basis poin (bps) menjadi 6,64%.
Hubungan yield dan harga pada SBN ini berbanding terbalik, artinya ketika yield turun berarti harga obligasi naik, hal ini menunjukkan minat investor mulai kembali lagi ke SBN.
(tsn/tsn)