
Utang Menggunung & Modal Minus, TELE Rawan Bangkrut?

1. TELE kembali merugi sepanjang semester I 2023 meskipun telah melakukan ekspansi bisnis switching service provider.
2. TELE masuk dalam daftar efek pemantauan khusus yang dapat berpeluang harga sahamnya jatuh hingga ke Rp1 per lembar saham.
3. TELE kembali suspen karena gagalnya pembayaran kupon dan pokok obligasi yang telah jatuh tempo.
Jakarta, CNBC Indonesia - PT. Tiphone Mobile Indonesia Tbk yang kini telah berubah nama menjadi PT. Omni Inovasi Indonesia Tbk dengan kode emiten TELE, kini masih mengalami penghentian perdagangan oleh Bursa Efek Indonesia karena tidak kewajiban pembayaraan kupon dan pokok obligasi jatuh tempo belum ditunaikan.
Saham TELE dihentikan perdagangan sejak 27 Juni 2022. Sebelumnya, saham TELE sudah mengalami penghentian perdagangan pada 10 Juni 2020 hingga 06 Juni 2022.
Sebanyak 1,76 miliar lembar saham masyarakat atau setara 24,14% dari total kepemilikan saham kini 'nyangkut' di saham TELE dan tidak bisa melakukan aksi jual.
Meskipun sudah mengubah nama perusahaan dan ekspansi bisnis switching service provider, sayangnya PT. Omni Inovasi Indonesia Tbk (TELE) masih membukukan kerugian hingga Juni 2023.
Kinerja Keuangan
PT. Omni Inovasi Indonesia Tbk (TELE) membukukan kerugian pada kinerja keuangan semester I 2023 sebesar Rp18,5 miliar, angka kerugian ini turun dibandingkan kerugian semester I 2022 sebesar Rp118,7 miliar.
Turunnya kerugian TELE pada semester I 2023 karena naiknya pendapatan Perseroan sebesar 30% menjadi Rp1,77 triliun, dibandingkan pendapatan pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp1,36 triliun. Selain itu terdapat penurunan pada beban umum dan administrasi Perseroan pada semester I 2023 menjadi Rp21 miliar, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp54,6 miliar.
Sementara penghasilan usaha lainnya per semester I 2023 sebesar Rp3 miliar, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya justru terdapat beban usaha lainnya sebesar Rp52,3 miliar.
Beban keuangan Perseroan juga menyusut pada semester I 2023 menjadi Rp12,5 miliar, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp17,8 miliar.
Adapun rincian pendapatan yang berkontribusi terhadap pendapatan Perseroan sebagai beikut:
Pendapatan Perseroan 100% dikontribusi dari segmen penjualan voucher dan kartu perdana pada semester I 2023. Dimana penjualan per 30 Juni 2023 meningkat 30% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Investor juga dapat melihat track record pendapatan dan laba bersih tahun berjalan Perseroan sejak 2018 hingga 2022.
Kinerja keuangan TELE mulai terlihat penurunannya sejak 2019 dengan mulainya membukukan kerugian karena turunnya pendapatan. Kemudian penurunan pendapatan berlanjut dan bahkan turun sangat drastis sejak 2019 hingga tahun 2022 yang menyebabkan Perseroan harus membukukan kerugian. Selain itu, beban-beban tidak bisa mengimbangi laba kotor Perseroan sehingga hal ini yang mendorong Perseroan terus membukukan kerugian.
Investor juga dapat melihat arus kas Perseroan lima tahun ke belakang sejak 2018 hingga tahun 2022.
Melihat kas dan setara kas akhir periode Perseroan terus menurun seiring dengan turunnya laba Perseroan sejak 2019 ke tahun 2022. Hal ini terjadi karena negatifnya arus kas aktivitas operasi karena beban-beban lebih tinggi dibandingkan penerimaan kas dari pelanggan, sehingga menyebabkan penurunan kas.
Rasio Keuangan
Margin Perseroan sangat tipis, hanya menghasilkan 0,87% dari selisih pendapatan dengan beban pokok pendapatannya.
Dalam menghasilkan laba bersih Perseroan gagal mencetak laba, hingga per 30 Juni 2023 Perseroan masih membukukan kerugian sebesar Rp18,5 miliar, sehingga Net Profit Margin (NPM) masih berada di angka negatif 1,04%.
Begitu juga dengan Return On Asset (ROA) Perseroan berada di angka negatif 30,58%. Hal ini berarti dalam mengelola aset Perseroan dianggap buruk karena masih membukukan kerugian.
Debt to Equity Ratio (DER) Perseroan juga berada di angka negatif 102,65%. Hal ini berarti dalam kemampuan membayar kewajiban terhadap modalnya Perseroan sangatlah buruk. Modal Perseroan per 30 Juni 2023 berada di angka negatif Rp4,6 triliun, sedangkan total kewajibannya sebesar Rp4,7 triliun.
Ekuitas yang minus karena posisi hutang yang jauh lebih besar dari posisi aset. Hal ini tentu saja berbahaya bagi sebuah perusahaan karena akan kondisi perusahaan sakit dan bisa saja menuju kebangkrutan.
Current Ratio (CR) Perseroan berada di likuiditas yang sangat rendah 9,65%. Sehingga dalam membayar kewajiban lancar terhadap aset lancarnya kurang baik.
Bisnis
PT. Omni Inovasi Indonesia Tbk (TELE) dahulu dikenal PT. Tiphone Mobile Indonesia Tbk bergerak dalam bidang perdagangan telepon genggam dan asesoris, voucher telepon genggam, kartu prabayar dan pascabayar, menyediakan penyedia konten ponsel dan menyediakan layanan perbaikan telepon genggam.
TELE juga bekerjasama dengan penyedia layanan telekomunikasi seluler seperti Telkom, Telkomsel, dan PT XL Axiata untuk mengecerkan paket kartu perdana prabayar dan voucher.
Prospek Bisnis
TELE telah ditunjuk sebagai mitra PLN sebagai distributor tunggal terkait dengan kerja sama penjualan token listrik.
Setelah PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE) mengganti nama perusahaan menjadi PT Omni Inovasi Indonesia Tbk, TELE akan fokus dalam pengembangan usaha distribusi digital bekerja sama dengan prinsipal sehingga bisnis ini akan menopang kinerja usaha secara jangka panjang.
Selain bermitra dengan Telkomsel untuk distribusi voucher, kini juga bermitra dengan PLN. TELE juga berencana terus menambah mitra-mitra lainnya untuk pendistribusian Token PLN tersebut melalui kerja sama yang saling menguntungkan.
TELE juga siap memasuki bisnis switching service provider melalui sinergi dengan operator telekomunikasi. TELE telah dinyatakan lulus secara teknis (UAT) untuk melayani mitra switching Telkomsel dan saat ini sedang dalam tahap final pembicaraan dengan mitra-mitra modern channel agar mitra-mitra tersebut segera beralih kepada TELE.
![]() |
Saham TELE pun pernah mengalami suspen sebelumnya pada 10 Juni 2020 hingga 6 Juni 2022, kemudian harga sahamnya mengalami kejatuhan pada 7 Juni 2022 hingga 24 Juni 2022. Dan saham TELE kembali suspen pada 27 Juni 2022 hingga perdagangan kemarin Senin (11/9/2023).
Suspennya saham TELE diakibatkan dari menunda melunasi pokok pembayaran obligasi. Perseroan telah menyampaikan permohonan penundaan pembayaran pokok dan bunga atas Obligasi Berkelanjutan I Tiphone Tahap II Tahun 2016 Seri C (TELE01CCN2), Obligasi Berkelanjutan I Tiphone Tahap III Tahun 2017 Seri B (TELE01BCN3) dan Obligasi Berkelanjutan II Tiphone Tahap II Tahun 2019 (TELE02CN2).
Tak hanya saham TELE, suspensi juga dilakukan kepada Obligasi Berkelanjutan I Tiphone Tahap II Tahun 2016 Seri C (TELE01CCN2), Obligasi Berkelanjutan I Tiphone Tahap III Tahun 2017 Seri B (TELE01BCN3) dan Obligasi Berkelanjutan II Tiphone Tahap II Tahun 2019 (TELE02CN2).
Kemudian, PT. Omni Inovasi Indonesia Tbk (TELE) masuk dalam daftar efek pemantauan khusus dengan kriteria no.1 dan 5.
Dimana no.1 adalah Harga rata-rata saham selama 6 bulan terakhir di Pasar Reguler dan/atau Pasar Reguler Periodic Call Auction kurang dari Rp51. Dan no.5 adalah memiliki ekuitas negatif pada laporan Keuangan terakhir.
Dimana saham yang masuk dalam daftar efek pemantauan khusus dapat mengalami penurunan harga hingga Rp1.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(saw/ras)