
Kekhawatiran Jokowi Diungkap Hari Ini, September Masih Ceria?

Laju IHSG pada perdagangan hari ini akan didukung oleh beberapa faktor, baik dalam dan luar negeri. Ekonomi Amerika Serikat tampak mulai lesu berdasarkan rilis daya-daya ekonomi terbaru.
Tingkat pengeluaran pribadi pada Juli meningkat sebesar 0,8%, di atas posisi kemarin dan di atas konsensus.
Selain itu, klaim awal pengangguran Amerika Serikat turun menjadi 228.000 pada pekan yang berakhir 26 Agustus 2023. Angka ini lebih rendah dari posisi pekan sebelumnya dan konsensus.
Sebelumnya, data payrolls ADP menunjukkan pengusaha swasta menambah 177.000 pekerjaan pada Agustus. Jumlah tersebut jauh di bawah angka revisi pada Juli yaitu 371.000. Itu juga meleset dari perkiraan Dow Jones sebesar 200.000. Laporan Tenaga Kerja Nasional ADP mengukur angka tenaga kerja sektor swasta non-pertanian.
AS juga merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal II-2023 menjadi 2,1% (secara tahunan) dari perkiraan sebelumnya sebesar 2,4%.
Jumlah lapangan pekerjaan baru JOLTS turun 338.000 menjadi 8,83 juta pada Juli 2023. Jumlah tersebut adalah yang terendah sejak Maret 2021 dan di bawah ekspektasi pasar sebesar 9,47 juta.
Rilis data makro tersebut menjadi pertimbangan Bank Sentral Amerika Serikat Federal Reserve.The Fed dalam menentukan kebijakan moneter.
Jka ekonomi AS melemah, The Fed diperkirakan investor akan melunak. Perangkat CME Fedwatch menunjukkan 89% investor yakin The Fed akan menahan suku bunga acuan di 5,25%-5,5% dalam pertemuan September.
Hari ini, AS juga akan mengumumkan data penting yakni angka pengangguran untuk Agustus. Pelaku pasar memperkirakan tingkat pengangguran akan naik menjadi 3,8% pada Agustus dari 3,5% pada Juli. AS juga akan mengumumkan data non-farm payroll untuk Agustus.
Dua data ini menjadi pertimbangan utama The Fed dalam menentukan kebijakan suku bunga pada September ini. Jika data tenaga kerja memburuk maka ada harapan The Fed melunak.
Sementara dari dalam negeri, pelaku pasar menunggu data inflasi periode Agustus yang akan diumumkan pagi hari ini.
Inflasi Agustus 2023 diperkirakan meningkat secara tahunan, sementara secara bulanan melandai setelah berlari kencang pada bulan lau. Sebagai catatan, inflasi pada Juli tercatat 3,08% (year-on-year/yoy) dan 0,21% (month-to-month/mtm).
Diperkirakan beras menjadi salah satu penyebab inflasi meningkat secara tahunan, sebab terjadi lonjakan harga.
Data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN) menunjukkan bahan pokok yang mengalami lonjakan harga adalah beras, cabai rawit merah, dan gula pasir. Daging ayam yang pada bulan lalu naik sudah turun.
Rata-rata harga beras dibanderol Rp 13.611,36/kg pada Agustus 223 atau naik 0,49% dibandingkan Juli.
Inflasi merupakan salah satu concern dan kekhawatiran terbesar bagi Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam dua tahun terakhir. Presiden mengakui harga beras di Indonesia sedang bermasalah karena trennya naik terus. Penyebabnya antara lain kemarau ekstrem akibat El Nino yang melanda wilayah Indonesia.
"Saya senang bahwa harga-harga di pasar minggu ini di Pekalongan, dicek lagi di Palu, semuanya pada posisi menurun hanya satu yang masih masalah di urusan beras, karena ada super El Nino," kata Jokowi dalam acara Rakornas Pengendalian Inflasi Daerah, di Istana Jakarta, Kamis (31/8/2023).
Ia mengatakan kondisi ini juga terjadi di banyak negara tetangga, bahkan kini negara-negara produsen beras menghentikan ekspor beras demi menjaga pasokan beras di dalam negerinya.
Jokowi menekankan untuk itu pengendalian inflasi sangat penting, di antaranya yang paling utama menjaga stoknya.
Hari ini, S&P Global juga aka merilis data PMI Manufaktur untuk Agustus bagi sejumlah negara, termasuk Indonesia, China, AS, hingga Jepang. PMI Manufaktur Indonesia tercatat 53,3 pada Juli 2023 dan diharapkan akan melanjutkan fase ekspansifnya pada Agustus ini.
(ras/ras)