CNBC Indonesia Research

Adu Cuan Puluhan Triliun, Siapa Bank Paling Sakti di RI?

Riset, CNBC Indonesia
01 September 2023 06:25
kolase foto/ BCA, BRI, Mandiri, BNI / Aristya Rahadian
Foto: kolase foto/ BCA, BRI, Mandiri, BNI / Aristya Rahadian

Jakarta, CNBC Indonesia - Empat emiten bank besar telah melaporkan kinerja keuangan per semester I-2023. Secara umum, kinerja keempatnya tergolong memuaskan dan mengalami peningkatan baik dari segi top line maupun bottom line.

Nama-nama yang dimaksud adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) atau BRI, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) alias BCA, dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) atau BNI.

Bank BUMN BBRI menjadi peraih laba bersih terbesar, yakni Rp29,42 triliun selama paruh pertama 2023.

Tidak hanya di antara raksasa perbankan, BRI juga merupakan emiten dengan laba terjumbo di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama semester I tahun ini.

Di posisi kedua dan ketiga ada emiten bank pelat merah lainnya Bank Mandiri dan bank Grup Djarum BCA yang masing-masing menorehkan Rp25,23 triliun dan Rp24,19 triliun.

Seperti BRI, Bank Mandiri dan BCA juga merupakan emiten dengan laba terbesar kedua dan ketiga.

BRI juga membukukan pendapatan bunga bersih tertinggi selama semester I 2023 di antara 3 bank lainnya, yakni Rp65,54 triliun.

Sedangkan, BCA menjadi bank dengan pertumbuhan laba bersih terbesar, mencapai 34,02% secara tahunan (year on year/yoy), daripada pesaing terdekatnya.

BCA juga memperoleh pertumbuhan pendapatan bunga bersih paling besar, sebesar 24,66% yoy.

Berikut rincian 'jeroan' keempat bank kakap tersebut.

BRI

BRI berhasil mencatat kinerja impresif pada paruh pertama tahun ini dengan mencetak laba bersih sebesar Rp 29,56 triliun, naik 18,7% yoy.

Perolehan laba tersebut tidak terlepas dari pendapatan bunga bersih yang naik 1,43% menjadi Rp 65,54 triliun pada semester I-2023. Seiring dengan peningkatan tersebut, beban bunga BRI juga membengkak 63,71% menjadi Rp 20,05 triliun. Rasio beban bunga terhadap bunga enam bulan pertama tahun ini pun membengkak jadi 23,42%, dari yang sebelumnya hanya 15,93%.

Pada penyaluran kredit, BRI secara konsolidasi tercatat sebesar Rp 1.202,13 triliun, meningkat 5,54% yoy pada semester I-2023. Sementara dana pihak ketiga tercatat sebesar Rp 1.245,11 triliun, turun 4,79% dari yang periode akhir tahun 2022 sebesar Rp 1.307,88 triliun.

Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan bahwa pendorong pertumbuhan kredit bank adalah segmen mikro. Emiten bersandi BBRI ini mencatat kredit mikro tumbuh 11,41% yoy menjadi Rp 577,94 triliun. Dengan demikian kredit mikro berkontribusi 48,08% terhadap total penyaluran pembiayaan kepada pihak ketiga.

"Kredit mikro yang tumbuh double digit membuat porsi kredit UMKM BRI meningkat hingga Juni 2023," katanya dalam paparan kinerja semester I 2023, Rabu (30/8/2023).

Dia menjabarkan bahwa total sumbangsih kredit UMKM terhadap portofolio BRI mencapai 84,48%, atau secara nilai mencapai Rp 1.015,54triliun.

Alhasil, kata Sunarso, target BRI untuk mencapai rasio kredit UMKM85% akan tercapai lebih cepat. "Padahal aspirasi itu kita ingin capai tahun 2025 dan sekarang2023 semester I porsi kredit kita sudah 84,48% dari total kredit BRI," katanya.

Pertumbuhan kredit tersebut juga diikuti dengan perbaikan kualitas aset. Rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) grossper Juni 2023 sebesar 3,1% turun 22 basis poin (bps). Kemudian rasio NPLnetturun 10 bps menjadi 0,76%.

Berdasarkan rasio keuangan, bank masih memiliki ruang untuk menyalurkan kredit hingga akhir tahun. Rasio kredit terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) BRI sebesar 87,83% dengan rasi kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM) 24,65%.

Adapun pertumbuhan kredit itu membawa aset BRI naik 9,21% yoy menjadi Rp 1.805,15 triliun.

Bank Mandiri

Bank Mandiri mencatat laba bersih naik 24,9% yoy menjadi Rp 25,23 triliun. Selain kinerja bisnis bank, hal ini tidak terlepas dari perusahaan anak.

Adapun pendapatan bunga bersih ataunet interest income (NII) BMRI naik 13,1% yoy menjadi Rp 47,31 triliun.

Perusahaan sebenarnya mencatat beban bunga yang melesat 52,1% yoymenjadi Rp 16,88 triliun. Pada periode yang sama pendapatan bunga tumbuh lebih rendah atau13,1% yoy menjadi Rp 47,31 triliun.

Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Sigit Prastowo mengatakan, selain NII laba bersih BMRI juga disokong oleh pendapatan non-bunga. "Pendapatan itu lampau peningkatan biaya operasional. Jadinya gross ratio terjaga positif dengan efisiensi yang baik," katanya dalam paparan kinerja semester I/2023, Senin (31/7/2023).

Sebagai informasi, beban Bank Mandiri turun dari Rp 15,48 triliun menjadi Rp13,83 triliun. Penurunan beban tersebut seiring kenaikan komisi menjadi Rp 9,42 triliun dari sebelumnya Rp8,33 triliun.

Selain itu, laba Bank Mandiri juga merupakan kontribusi kinerja anak perusahaan. Laba sejumlah perusahaan yang berada di bawah naungan BMRI tumbuh 33,6% yoy menjadi Rp 5,2 triliun. PT Bank Syariah Indonesia Tbk. berkontribusi paling jumbo atau Rp 2,78 triliun, setara 53,46%.

Sementara itu, penyaluran kredit Bank Mandirinaik11,8% yoy menjadi Rp 1.272 triliun pada semester I/2023. Pada periode yang sama, aset Bank Mandiri mencapai Rp 1.963,98 triliun, naik 1,43% yoy.

Segmen komersial tumbuh paling kencang, yakni 19,0% yoy. Kemudian diikuti dengan kredit konsumer dan UMKM, masing-masing, 11,7% yoy dan 11,7% yoy. Pada periode yang sama korporasi hanya tumbuh 5,99% yoy.

Dari sisi dana pihak ketiga (DPK), Bank Mandiri mencatat pertumbuhan 8,47% yoy menjadi Rp 1.430 triliun. Dana murah ataucurrent account savings account(CASA) menjadi pendorong pertumbuhan.

Giro dan tabungan, masing-masing, naik 21,2% yoy dan 5,8% yoy. Pada periode yang sama deposito turun 1,43% yoy. Alhasil rasio CASA naik dari 70,8% menjadi 73,4%.

Diantaranya, giro menurun dari Rp 541,8 triliun menjadi Rp 497,62 triliun tabungan turun tipis dari Rp 552,75 triliun menjadi Rp 552,43 triliun. Sedangkan deposito turun dari Rp 396,29 triliun menjadi Rp 380,06 triliun.

BCA

BCA membukukan kinerja positif. Sepanjang semester pertama tahun ini, perusahaan membukukan kenaikan laba bersih 34% yoy menjadi Rp 24,2 triliun.

Perfoma positif didorong oleh kenaikan volume kredit, perbaikan kualitas pinjaman, serta peningkatan volume transaksi dan pendanaan.

"Segmen kredit konsumer terus mencatatkan pertumbuhan, ditopang oleh hasil pelaksanaan BCA Expoversary 2023 yang ditutup pada akhir April lalu.

Di samping itu, kami melihat momentum permintaan kredit yang kuat dari sektor UMKM, sejalan dengan peningkatan aktivitas bisnis di segmen tersebut. Kami mengapresiasi kebijakan pemerintah dan regulator dalam menjaga fundamental perekonomian domestik, di tengah tantangan dinamika perekonomian global. Kami berkomitmen untuk terus mendukung upaya pemerintah, khususnya dalam menciptakan multiplier effect dan stabilitas bagi perekonomian nasional," ucap Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk, Jahja Setiaatmadja.

Hingga Juni 2023, kredit konsumer menjadi segmen dengan pertumbuhan kredit tertinggi, diikuti oleh kredit komersial dan UKM. Peningkatan kredit konsumer ditopang oleh KPR yang tumbuh 12,0% YoY menjadi Rp114,6 triliun, serta KKB yang naik 19,2% YoY menjadi Rp51,4 triliun.

Saldo outstanding kartu kredit juga tumbuh 15,4% YoY menjadi Rp14,6 triliun, sehingga total portofolio kredit konsumer naik 13,9% YoY menjadi Rp183,9 triliun. Sementara itu, kredit komersial dan UKM tumbuh 10,9% YoY mencapai Rp219,2 trilliun.

Kredit korporasi juga naik 5,1% YoY mencapai Rp326,0 triliun. Secara keseluruhan, total kredit BCA naik 9,0% YoY menjadi Rp735,9 triliun di Juni 2023.

Penyaluran kredit ke sektor-sektor berkelanjutan naik 6,9% YoY mencapai Rp181,2 triliun di Juni 2023, berkontribusi hingga 24,3% terhadap total portofolio pembiayaan BCA.

BNI

BNI membukukan laba bersih sebesar Rp 10,3 triliun sepanjang semester pertama 2023. Angka ini naik 17% dibandingkan laba bersih periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 8,87 triliun.

Hingga akhir kuartal II 2023, kredit konsolidasi BNI tumbuh mencapai Rp650,8 triliun. Perseroan secara konsisten melanjutkan strategi kami untuk tumbuh pada segmen-segmen prioritas, yaitu kepada debitur top tier mulai dari segmen korporasi dan turunan bisnisnya yang masuk dalam sektor industri prospektif, hingga segmen konsumer, dengan tetap mengedepankan asas prudential.

"Segmen korporasi swastablue chiptumbuh 17% secara tahunan (yoy), kualitas kredit semakin baik dengan NPL turun 71 bps jadi 2,5%," ungkap Direktur Utama Bank BNI RoykeT umilaar.

Dari sisi likuiditas, Perseroan membukukan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 10,6% YoY atau mencapai Rp765 triliun. Strategi pertumbuhan DPK difokuskan pada CASA khususnya CASA transaksional yang kuat melalui penyediaan solusi keuangan dan transaksi yang komprehensif serta peningkatan kemampuan transaksional.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(trp/trp)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation