FUNDAMENTAL PUNDIT

Merugi & Hutang Menggunung, Saham JAWA Tak Ada Harapan

CNBC Indonesia Research, CNBC Indonesia
31 August 2023 10:05
Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (10/5/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (10/5/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

1. Dalam lima tahun terakhir PT Jaya Agra Wattie Tbk (JAWA) masih membukukan kerugian, berlanjut hingga semester I 2023.
2. Rendahnya permintaan minyak kelapa sawit dan fenomena El Nino masih membebani harga Crude Palm Oil (CPO).
3. Hutang PT Jaya Agra Wattie Tbk (JAWA) terus menggunung, selain itu JAWA menerima fasilitas pinjaman yang diberikan oleh PT Sarana Agro Investama sebesar Rp1 triliun.

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten barang konsumen primer PT Jaya Agra Wattie Tbk (JAWA) masih dibayangi oleh kerugian dan hutang yang menggunung. Ditambah dengan modal yang terus turun membuat saham JAWA mengalami downtrend. Performa yang underperform, membuat emiten JAWA tidak menarik untuk dibeli.

Pada semester pertama 2023 perseroan membukukan kerugian sebesar Rp172,6 miliar. Angka kerugian ini lebih besar dibandingkan kerugian senilai Rp89,4 miliar pada semester I 2022.

Kerugian yang dialami JAWA disebabkan oleh penurunan pendapatan dan peningkatan beban-beban Perseroan. Selain itu, permintaan minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) saat ini masih cukup rendah, ditambah dengan badai El Nino yang menghalau produksi CPO yang berakibat kepada jumlah pasokan dan penjualan CPO.

Penjualan Perseroan sepanjang semester I 2023 sebesar Rp446,7 miliar, turun 16,75% dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi Rp536,6 miliar.

Beban pokok yang lebih besar yakni Rp469 miliar dibandingkan pendapatan membuat JAWA mencatatkan rugi kotor sebesar Rp22,36 miliar. Sehingga Perseroan menghasilkan margin kotor negatif pada semester I 2023.

Kontribusi pendapatan Perseroan dominan dari penjualan minyak dan biji sawit serta karet ke dalam pasar domestik. Saat ini pasar Perseroan hanya berada di pasar domestik saja, terakhir Perseroan melakukan ekspor pada tahun 2019 dan belum melakukan eskpor kembali hingga saat ini.

Segmen minyak dan biji sawit mengalami kenaikan penjualan sebesar 4% menjadi Rp338,59 miliar. Sayangnya segmen karet harus mengalami penurunan penjualan signifikan, yakni sebesar 49% menjadi Rp105 miliar. Begitu juga dengan penjualan teh yang menyusut 28,8% menjadi Rp2,27 miliar. Sedangkan untuk penjualan kopi naik 534% menjadi Rp856 juta pada semester I 2023.

Adapun rincian penjualan Perseroan sepanjang semester I 2023.

Rugi kotor yang dialami oleh Perseroan diperparah oleh kenaikan beban-beban operasional yang harus ditanggung. 

Terjadi peningkatan beban penjualan per semester I 2023 meningkat 24% menjadi Rp11,2 miliar. Beban keuangan per semester I 2023 juga meningkat menjadi Rp124,7 miliar, naik 11,5% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp111,8 miliar.

Kemudian, terjadi kerugian lain-lain sebesar Rp1,6 miliar, dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya masih mencatatkan keuntungan lain-lain sebesar Rp5 miliar.

Beban operasional yang meningkat berujung kerugian Perseroan yang makin membengkak. Hingga per Juni 2023 Perseroan kembali membukukan kerugian sebesar Rp172,6 miliar.

Bahkan selama lima tahun ke belakang, PT Jaya Agra Wattie belum mampu membukukan laba.  Hal ini perlu menjadi perhatian Perseroan untuk dapat meningkatkan penjualan dan melakukan efisiensi biaya serta memperbaiki masalah keuangan yang ada di dalam Perseroan.

Dalam lima tahun ke belakang, Perseroan masih gemar membukukan kerugian.

Salah satu masalah yang perlu dibenahi oleh Perusahaan adalah mengenai hutang yang terus menumpuk.

Melihat lima tahun ke belakang, hutang PT Jaya Agra Wattie Tbk (JAWA) terus mengalami peningkatan. Hingga 30 Juni 2023 hutang Perseroan sebanyak Rp3,57 triliun. Hutang jangka panjang menjadi kontribusi besarnya total hutang Perseroan.

Dilansir dari keterbukaan informasi PT Jaya Agra Wattie Tbk (JAWA) yang disampaikan pada 9 Desember 2022, PT Jaya Agra Wattie Tbk (JAWA) menandatangani perjanjian utang piutang dengan PT Sarana Agro Investama selaku pemegang saham utama dengan nilai sebesar-besarnya Rp 1 triliun.

Fasilitas pinjaman yang diberikan oleh PT Sarana Agro Investama tidak dikenakan bunga dan tanpa jaminan. PT Jaya Agra Wattie Tbk (JAWA) akan menggunakan dana pinjaman tersebut untuk biaya operasional dan membayar utang berbunga yang jatuh tempo dari bank sindikasi.

PT Jaya Agra Wattie Tbk (JAWA) akan menyelesaikan pinjaman tersebut kepada PT Sarana Agro Investama dalam jangka waktu 8 tahun. Terdapat dua cara yang dilakukan Perseroan untuk menyelesaikan pinjaman tersebut yakni melalui konversi atas pinjaman dengan saham JAWA dan pembayaran secara tunai, baik sebagian maupun seluruhnya.

Parahnya, saat hutang Perseroan terus meningkat, justru modal Perseroan terus mengalami penurunan. 

Hal ini membuat adanya ketidakseimbangan antara modal dan laba yang akan berdampak pada kesehatan Perseroan. 

Hingga 30 Juni 2023 total modal Perseroan sebesar Rp73,5 miliar. Penyusutan modal Perseroan per Juni 2023 berasal dari pengurangan saldo defisit yang belum dicadangkan sebesar Rp1,51 triliun, angka ini lebih besar dibandingkan per Desember 2022 sebesar Rp1,34 triliun.

Rasio Keuangan

Perseroan masih membukukan kerugian hingga laporan keuangan per 30 Juni 2023, sehingga Net Profit Margin (NPM) Perseroan masih berada di angka negatif 38,64%.

Begitu pula pada Return On Equity (ROE) masih berada di angka negatif 533,12%. Sehingga dalam mengelola modal terhadap laba bersih bukan menghasilkan laba namun justru menghasilkan kerugian. Sehingga dalam pengelolaan modal belum cukup baik.

Demikian dengan Return On Asset (ROA) juga berada di angka negatif 9,48%. Sehingga dalam mengelola aset terhadap laba bersih bukan menghasilkan laba namun justru menghasilkan kerugian. Sehingga dalam pengelolaan aset belum cukup baik.

Debt to Equity Ratio (DER) Perseroan berada di angka yang sangat tinggi 5.513,67%. Angka ini terbilang sangat buruk dengan total hutang jauh lebih besar dibandingkan total modalnya. Dimana tadi total hutang Perseroan per 30 Juni 2023 sebesar Rp3,57 triliun, sedangkan total modal Perseroan per 30 Juni 2023 sebesar Rp73,52 miliar saja. Sehingga kemampuan Perseroan dalam membayar kewajiban terhadap modalnya tidaklah sehat.

Dan sayangnya Current Ratio (CR) Perseroan juga berada di angka likuiditas yang rendah di 46,68%. Sehingga dalam kemampuan membayar kewajiban lancar terhadap aset lancarnya juga kurang baik.

Bisnis

PT Jaya Agra Wattie Tbk (JAWA) atau biasa disingkat dengan JAW merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang agribisnis dengan unit usahanya berupa pembudidayaan, pengolahan, logistik pertanian, dan kegiatan pemasaran.

Perusahaan ini terfokus pada pengembangan bisnis bahan-bahan komoditi premium seperti karet, CPO, kopi, dan teh. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 20 Januari 1921. PT Sinar Kasih Abadi adalah entitas induk dan entitas induk utama perusahaan.

Prospek Bisnis

El Nino atau kemarau panjang menjadi fenomena yang harus diwaspadai pelaku usaha sektor sawit di tengah upaya mendorong produksi Crude Palm Oil (CPO) di Indonesia sepanjang 2023.

Diketahui kontribusi pendapatan PT Jaya Agra Wattie Tbk (JAWA) berasal dari segmen minyak dan biji sawit. Sehingga terjadinya El Nino dapat berdampak buruk pada hasil perkebunan Perseroan dan berimbas pada penurunan produksi serta pasokan kepada customer yang dapat berdampak pada penurunan penjualan.

Harga CPO di Bursa Malaysia Exchange sejak awal tahun 2023 masih dalam trend sideaways. Rendahnya permintaan dan terjadinya fenomena El Nino masih menjadi beban kenaikan harga CPO.

Harga saham JAWA terus mengalami penurunan sejak awal tahun 2022. Penurunan ini sejalan dengan penurunan kinerja keuangan Perseroan.

Layak Beli Atau Tidak?

Masih meruginya Perseroan membuat harga saham JAWA masih berada di dalam area downtrend. Selain itu pelemahan permintaan terhadap CPO serta melandanya El Nino membuat komoditas CPO masih belum memiliki daya tarik bagi para investor. Sehingga saham JAWA saat ini masih kurang menarik untuk di investasikan.


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/ras)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation