Yes! Kabar Buruk dari AS Bisa Buat RI Pesta Pora Hari Ini
- Pasar keuangan RI bergairah selama dua hari beruntun dan IHSG kembali mendekati 7.000 dan rupiah juga terus menguat
- Wall street menguat tajam pada perdagangan Selasa membuat IHSG memiliki potensi menguat hari ini
- Tingkat tenaga kerja baru yang turun tajam meningkatkan ekspektasi investor The Fed bakal melunak
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia perkasa dengan mencatatkan kenaikan selama dua hari beruntun. Pasar saham sejengkal lagi cetak rekor harga, sementara rupiah perkasa di hadapan dolar Amerika Serikat (AS).
Pasar keuangan Indonesia diharapkan melanjutkan pergerakan positif pada hari ini. Selengkapnya mengenai sentimen pasar hari ini bisa disimak pada halaman 3 artikel ini.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,52% ke posisi 6.957,84 pada perdagangan Selasa (29/8/2023).
Kenaikan tersebut membuat IHSG semakin dekat ke level 7.000 yang terakhir dicapai pada Desember 2022 atau sekitar delapan bulan lalu. Sekaligus mencetak rekor tertinggi sepanjang 2023.
Beberapa sektor menjadi penopang terbesar IHSG pada sesi I hari ini, yakni sektor infrastruktur yang mencapai 2,29%, kemudian sektor teknologi sebesar 1,71%, sektor kesehatan sebesar 1,68%, sektor industri sebesar 1,26%, dan sektor properti sebesar 1,1%
Pasar saham Indonesia menguat terdorong oleh optimisme investor terhadap sikap Bank Sentral AS Federal Reserve atau The Fed yang segera melunak.
Ekspektasi investor soal suku bunga pada rapat The Fed edisi September adalah tidak ada kenaikan atau kembali ditahan. Menurut perangkat Fedwatch, 88,5% investor yakin The Fed akan menahan suku bunga meskipun ada peluang kembali naik setelahnya.
Sementara rupiah mampu menguat ditopang oleh mulai pelemahan dolar AS. Indeks dolar pada perdagangan kemarin bergerak di angka 103,48, melemah dari posisi kemarin yakni 104,06. Dolar AS melemah di tengah sikap wait and see investor menunggu data-data tenaga kerja yang sangat penting.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat 0,2% terhadap dolar AS di angka Rp15.255/US$ pada hari Selasa (29/8/2023).
Penguatan rupiah juga ditopang oleh optimisme Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo yang memperkirakan rupiah akan berada di rentang Rp14.600 - 15.100 pada tahun depan.
"Kami perkirakan nilai tukar rupiah tahun ini di kisaran Rp14.800-15.200 dan tahun depan menguat 14.600-15.100," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, du Gedung DPR/MPR, Jakarta, Selasa (29/8/2023)
Optimisme ini bersumber dari perkirakan inflasi yang terkendali serta pertumbuhan ekonomi yang tetap tinggi, yaitu 4,7-5,5%. Di samping itu semakin banyak instrumen untuk menarik dana dari negara lain (inflow). "Imbal hasil kita menarik," imbuhnya.
Pemerintah juga implementasikan kebijakan devisa hasil ekspor (DHE). Di mana dolar AS yang dihasilkan oleh eksportir harus ditempatkan di dalam negeri selama periode tertentu. Targetnya cadangan devisa bisa naik US$8=9 miliar per bulan. "Ini bisa memperkuat stabilitas rupiah," tegas Perry.
Dari pasar Surat Berharga Negara (SBN), imbal hasil atau yield SBN tenor 10 tahun turun menjadi 6,39% pada perdagangan kemarin, dari 6,47% pada perdagangan Senin.
Imbal hasil juga sudah turun jauh dibandingkan Selasa pekan lalu yang menembus 6,6%.
Imbal hasil berbanding terbalik dengan harga. Imbal hasil yang menurun menandai harga SBN yang naik karena diburu investor.
(ras/ras)