Batu Bara Kembali Membara, IHSG Bisa Ikutan Mendidih?
- IHSG dan rupiah sama-sama menguat pada perdagangan kemarin sementara SBN kembali diburu investor
- Wall Street kompak menghijau setelah hancur pada pekan lalu karena optimidme kan ekonomi AS yang solid
- Harga batu bara global yang bangkit menjadi sentimen bagi saham-saham batu bara hari ini, investor juga masih wait and see dengan sentimen dari luar negeri
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia membuka pekan perdagangan terakhir pada Agustus dengan optimisme. Baik pasar saham maupun nilai tukar, mengakhiri perdagangan di zona hijau.
Pasar keuangan Indonesia diharapkan melanjutkan tren penguatan pada pagi hari ini di tengah terbatasnya penggerak sentimen. Selengkapnya mengenai sentimen pasar pada hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat sebesar 0,38% ke posisi 6.921,73. IHSG kembali menyentuh level psikologis 6.900 pada sesi I hari ini, setelah pada perdagangan Kamis dan Jumat pekan lalu kembali ke level psikologis 6.800.
Adapun sektor infrastruktur menjadi pendorong laju IHSG kemarin dengan kenaikan 2,67%. Kemudian ada sektor bahan baku menguat sebesar 1,4%, sektor energi sebesar 1,18%, dan sektor properti sebesar 1%.
Pasar saham yang optimis buah dari pidato Ketua Bank Sentral Amerika Serikat Federal Reserve atau The Fed di simposium Jackson Hole.
Jerome Powell yakin akan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi di AS, ketika ia menyebutkan belanja konsumen yang "sangat kuat" dan tanda-tanda awal pemulihan di pasar perumahan.
Dia menegaskan kembali komitmen The Fed untuk menurunkan inflasi kembali ke target 2%.
"Perekonomian mungkin tidak melambat seperti yang diharapkan. Sepanjang tahun ini, pertumbuhan PDB (produk domestik bruto) telah melampaui ekspektasi dan melampaui tren jangka panjang, dan data belanja konsumen baru-baru ini sangat kuat," kata Powell.
Powell menyampaikan pidatonya, mengatakan The Fed siap menaikkan suku bunga lebih lanjut untuk memerangi inflasi di Simposium Jackson Hole.
Meski ada kelanjutan kenaikan suku bunga, tetapi banyak investor yang optimisme bahwa The Fed mendekati akhir dari siklus kenaikan suku bunganya.
Berdasarkan perangkat CME FedWatch terbaru, 78,5% pelaku pasar memperkirakan The Fed akan menahan suku bunga acuan pada pertemuan September.
Kabar baik dari Amerika Serikat juga mampu mengangkat nilai rupiah. Penguatan mata uang Garuda juga ditopang oleh Bank Indonesia yang merilis instrumen bari untuk menarik dana asing.
Bank Indonesia menerbitkan instrumen baru yaitu Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Instrumen ini adalah instrumen pro-market dalam rangka memperkuat upaya pendalaman pasar uang, mendukung upaya menarik aliran masuk modal asing dalam bentuk investasi portofolio, serta untuk optimalisasi aset SBN yang dimiliki Bank Indonesia sebagai underlying.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat 0,03% terhadap dolar AS di angka Rp15.285/US$ pada hari Senin (28/8/2023).
Dari pasar Surat Berharga Negara (SBN), imbal hasil atau yield SBN tenor 1o tahun turun menjadi 6,47% pada perdagangan kemarin, dari 6,53% pada Jumat pelan lalu.
Imbal hasil berbanding terbalik dengan harga. Imbal hasil yang menurun menandai harga SBN yang naik karena diburu investor.
(ras/ras)