Sectoral Insight

Sektor Teknologi Terseok, Mau Sampai Kapan?

Riset, CNBC Indonesia
23 August 2023 08:15
Karyawan melintas di samping layar elektronik yang menunjukkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (11/10/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Karyawan melintas di samping layar elektronik yang menunjukkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (11/10/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks sektor teknologi (IDXTECHNO) menjadi satu-satunya yang melemah saat sektor lainnya menghijau seiring Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menghijau dan kembali ke level psikologis 6.900 pada Selasa (22/8/2023).

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IDXTECHNO minus 0,91%. IHSG melompat 0,73% ke 6.916,45 seiring 274 saham naik, 235 saham turun, dan 239 stagnan.

Saham sektor transportasi (IDXTRANS) dan energi (IDXENERGY) memimpin sektoral, masing-masing melonjak 1,38% dan 1,28%.

Penurunan IDXTECHNO pada Selasa terjadi seiring sejumlah saham turun tajam. Sebut saja, saham PT Distribusi Voucher Nusantara Tbk (DIVA) yang anjlok hingga batas auto reject bawah (ARB) 14,69%, PT Galva Technologies Tbk (GLVA) yang turun tajam 8,33%, hingga PT WIR Asia Tbk (WIRG) merosot 4,76%.

Pemain utama PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) juga melemah 3,33% dan PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) minus 0,88%. Sementara, raksasa e-commerce dan ride-hailing PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) stagnan di Rp88 per saham, usai ambles 3 hari beruntun.

Dalam sepekan GOTO minus 3,30% dan dalam sebulan terjun hingga 20,72%.

IDXTECHNO juga menjadi kinerja sektoral terburuk selama 2023, yakni minus 14,98%. Angka ini lebih buruk dibandingkan dengan IDXENERGY (-9,36%).

Perbaikan kinerja pemain besar, terutama GOTO, hanya memberikan efek sesaat.

Pada 15 Agustus lalu, saat GOTO merilis kinerja keuangan semester I-2023 yang lebih baik dari sebelumnya (kendati masih rugi), harga saham perusahaan naik 6,59%.

Berdasarkan laporan keuangan publikasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan keterangan resmi perseroan, 15 Agustus, GOTO membukukan rugi bersih Rp 7,16 triliun, susut hingga 48% dari periode semester I-2022 rugi bersih Rp 13,65 triliun.

Khusus di kuartal 2 (April-Mei-Juni), rugi GOTO berkurang drastis hingga 56% menjadi rugi bersih Rp 3,31 triliun, dari periode Juni 2022 rugi bersih Rp 7,56 triliun.

Mengacu laporan keuangan tersebut, penurunan bottom line atau rugi bersih tersebut sejalan dengan kinerja top line atau pendapatan bersih yang melesat 102,35% menjadi Rp 6,88 triliun selama 6 bulan, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Rp 3,40 triliun.

Secara kuartalan, pendapatan bersih GOTO sebesar Rp 3,55 triliun, tumbuh 87% dari kuartal 2-2022 senilai Rp 1,90 triliun.

Selama 6 bulan ini, emiten e-commerce, jasa ojek/taksi online dan pengiriman makanan tersebut mencatatkan pendapatan bruto sebesar Rp 11,81 triliun, atau naik 10% dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 10,74 triliun.

Sebelumnya, emiten e-commerce lainnya, PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) atau Blibli dari Grup Djarum, juga berhasil memangkas rugi bersih menjadi Rp1,75 triliun pada semester I 2023, dari sebelumnya Rp2,49 triliun pada paruh pertama 2023.

Nama lainnya, PT Bukalapak.com Tbk (BUKA), membukukan rugi bersih Rp389,27 miliar pada semester pertama tahun ini, berbanding terbalik dari perolehan laba bersih Rp8,59 triliun.

Maklum, pada semester I 2022, BUKA bisa mencatat laba karena membukukan laba nilai investasi yang belum dan sudah terealisasi bersih mencapai Rp 9,7 triliun.

Sebaliknya, pada semester I 2023, BUKA mencatatkan rugi nilai investasi yang belum dan sudah terealisasi neto Rp 120,82 miliar.

Maksudnya, laba dari investasi efek yang dilakukan BUKA selama ini menopang angka laba (rugi) usaha perusahaan.

Namun, kenaikan saham GOTO pada 15 Agustus itu kemudian terhapus dalam 3 hari terakhir. Ini mengindikasikan, investor masih belum bullish terhadap sektor teknologi RI.

Perbaikan pos laba-rugi perusahaan, lewat strategi 'pengencangan ikat pinggang' alias penghematan di sana sini, bisa menjadi indikasi yang positif untuk emiten-emiten teknologi RI.

Namun, Ketiga pemain e-commerce di atas masih akan perlu membuktikan kepada investor dengan terus memperbaiki kinerja bottom line perusahaan.

Dengan perbaikan kinerja ini, manajemen GOTO, misalnya, menetapkan pedoman kinerja yakni mencapai EBITDA Grup yang disesuaikan positif dalam kuartal keempat tahun 2023.

EBITDA Grup yang disesuaikan di 2023 juga berada di kisaran antara Rp-4,5 triliun dan Rp-3,8 triliun, direvisi dari kisaran sebelumnya yaitu antara Rp-5,3 triliun dan -4,6 triliun, karena kemajuan yang lebih cepat dari yang diharapkan.

"Pedoman ini didasarkan pada kondisi pasar saat ini dan mencerminkan perkiraan awal perseroan, yang semuanya bergantung pada berbagai ketidakpastian, termasuk yang terkait dengan inflasi dan pandemi COVID-19," tulis manajemen GOTO.

Sejumlah beban berhasil dipangkas dalam 6 bulan tahun ini yakni beban penjualan dan pemasaran yang mampu diturunkan hingga 48% menjadi Rp 3,30 triliun, dari sebelumnya Rp 6,35 triliun.

Target perusahaan untuk mengejar profit dan ketidakpastian global, termasuk era suku bunga tinggi bank sentral negara utama, akan menentukan arah emiten teknologi ke depan.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(trp/ras)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation