CNBC Indonesia Research

Petaka Buat Emak-Emak RI! Harga Beras Termahal dalam 12 Tahun

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
11 August 2023 09:31
Lapor Pak Jokowi, Harga Beras Masih Terbang, Kapan Turun?
Foto: Infografis/Lapor Pak Jokowi, Harga Beras Masih Terbang, Kapan Turun?/Aristya rahdian
  • Kabar buruk tengah menghampiri negara-negara di dunia yakni persoalan perut warga yang mengkonsumsi beras.
  • Kabar terbaru mencatat harga beras global melonjak mendekati level tertinggi dalam 12 tahun terakhir, dan bahkan bisa naik lebih tinggi lagi.
  • Indeks Harga semua beras Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) naik 2,8% pada Juli menjadi 129,7 poin, nilai tertinggi sejak September 2011.

Jakarta, CNBC Indonesia - Momok mengerikan kini kembali menghantui negara-negara konsumen beras terbesar dunia. Persoalan mencuat setelah India melarang ekspor besar sejak  20 Juli lalu sebagai upaya untuk mengendalikan harga pangan yang tinggi. Dampaknya berbuntut panjang. Harga beras melonjak ke level tertinggi dalam hampir 12 tahun .

Bukan hanya India yang melarang ekspor biang keroknya namun kondisi cuaca buruk yang dapat berdampak pada produksi juga menambah kekhawatiran produksi beras.

Indeks Harga Beras Organisasi Pangan dan Pertanian untuk Juli naik 2,8% menjadi 129,7 poin. Angka tersebut naik 19,7% dibandingkan tahun lalu, dan nilai nominal tertinggi sejak September 2011, data dari FAO menunjukkan bahwa kenaikan harga paling tajam datang dari Thailand.

"Kekhawatiran atas potensi dampak El Nino pada produksi di beberapa pemasok memberikan dukungan lebih lanjut terhadap harga, begitu pula gangguan yang disebabkan oleh hujan dan variabilitas kualitas dalam panen musim panas-musim gugur Vietnam yang sedang berlangsung," kata laporan PBB yang dikutip Jumat (11/8/2023).

Untuk diketahui, El Nino adalah fenomena iklim yang ditandai dengan suhu dan kondisi cuaca ekstrem yang dapat mengganggu kehidupan dan mata pencaharian.

Farmers work in a paddy field on the outskirts of Guwahati, India, Tuesday, June 6, 2023. Experts are warning that rice production across South and Southeast Asia is likely to suffer with the world heading into an El Nino. (AP Photo/Anupam Nath)Foto: AP/Anupam Nath
Farmers work in a paddy field on the outskirts of Guwahati, India, Tuesday, June 6, 2023. Experts are warning that rice production across South and Southeast Asia is likely to suffer with the world heading into an El Nino. (AP Photo/Anupam Nath)

Ditambah lagi, India yang merupakan pengekspor beras terkemuka dunia, melarang ekspor beras putih non-basmati pada 20 Juli karena pemerintah berusaha untuk membatasi kenaikan harga pangan di dalam negeri, dan memastikan ada cukup pasokan di dalam negeri "dengan harga yang wajar."

Untuk diketahui, India adalah pengekspor beras terkemuka di dunia, menyumbang lebih dari 40% perdagangan beras global, serta produsen terbesar kedua setelah China.

 

Larangan tersebut dapat membuat harga yang sudah tinggi melonjak lebih tinggi lagi dan tentunya bisa memperburuk kerawanan pangan bagi negara-negara yang sangat bergantung pada beras, prediksi firma analitik pertanian Gro Intelligence dalam laporan terbarunya.

FAO mencatat bahwa pembatasan ekspor India ini meningkatkan masalah ketahanan pangan yang substansial untuk sebagian besar populasi dunia.

Harga beras melayang di level tertinggi dekade, dengan beras berjangka terakhir diperdagangkan pada US$ 16,02 per berat seratus (cwt). Parahnya, analis banyak yang meramalkan harga ini bisa naik lebih tinggi lagi.

"Kita kemungkinan besar akan melihat indeks harga beras FAO yang lebih tinggi untuk Agustus 2023 vs Juli 2023," Oscar Tjakra, analis senior di bank pangan dan pertanian global Rabobank dikutip dari CNBC International.

Untuk diketahui, melansir dari berbagai media intenational bahwa larangan ekspor beras putih non-basmati India datang pada saat persediaan musiman rendah di pemasok utama beras global, terutama di Asia.

El Nino selanjutnya dapat memperburuk risiko pada produksi global di produsen beras utama Asia lainnya seperti Thailand, Pakistan, dan Vietnam.

A farmer in a paddy field in Assam, India.Foto: Xinhua News Agency | Xinhua News Agency | Getty Images
A farmer in a paddy field in Assam, India.

El Nino di Depan Mata, Indonesia Siaga Satu!

Sebuah studi ilmiah menunjukkan bahwa Padi ini merupakan tanaman yang rentan, memiliki kemungkinan tertinggi kehilangan panen secara bersamaan selama peristiwa El Nino.

Lebih buruk lagi, Thailand, pengekspor beras terbesar kedua di dunia, sekarang mendorong para petaninya untuk menanam lebih sedikit tanaman dalam upaya menghemat air akibat curah hujan yang rendah.

Sebagai catatan, Thailand merupakan negara pemasok beras impor utama untuk Indonesia.
Adapun pada semester I-2023 harga beras dari dua negara tersebut melonjak. Berdasarkan data Bank Dunia, sepanjang paruh pertama tahun ini rata-rata harga beras Thailand cenderung naik, hingga mencapai US$ 514 per ton pada Juni 2023.

Berdasarkan data Bank Dunia, sepanjang paruh pertama tahun ini rata-rata harga beras Thailand cenderung naik, hingga mencapai US$ 514 per ton pada Juni 2023.

Harga tersebut meningkat 0,8% dibanding bulan sebelumnya (month-on-month/mom), lebih mahal 15,8% dibanding setahun lalu (year-on-year/yoy), dan mencapai rekor tertinggi sejak 2021. Sementara, rata-rata harga beras Vietnam(kualitas 5%broken) mencapai USD 508,24 per ton pada Juni 2023.

Selain itu, rencana India menghentikan ekspor beras ini tentu akan berdampak ke pasar beras dunia termasuk Indonesia. Mengingat, India penyuplai beras terbesar di dunia. Bahkan, jika Vietnam memberlakukan hal serupa, harga beras kemungkinan akan terkerek naik.

Beberapa waktu lalu, Vietnam juga ingin melakukan pengetatan terhadap komoditas beras sebagai antisipasi dampak El-Nino.

Ditambah lagi El Nino yang merupakan fenomena alam yang kejadiannya akan terus berulang di Indonesia. Sudah memasuki Agustus, bak cuaca panas di Tanah Air sudah terasa. Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), ancaman El Nino diperkirakan akan mencapai puncaknya pada bulan Agustus dan September.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan, musim kemarau tahun ini akan lebih kering dibandingkan tahun 2020, 2021, dan 2022. Di mana, per 1 Agustus 2023, BMKG merilis, 63% wilayah Indonesia sudah memasuki musim kemarau.

Berdasarkan pengalaman pada tahun 2019, fenomena alam ini menyebabkan penurunan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia dan kondisi yang lebih kering dari biasanya.

Dampak diperkirakan bakal menjadi 'momok' mengerikan bagi pertanian Indonesia.
Oleh karena itu, pemantauan dan pemahaman yang baik tentang El Nino sangat penting agar dapat mengambil langkah-langkah pencegahan dan penyesuaian yang tepat untuk mengurangi dampaknya. Setidaknya, inilah beberapa hal penting yang perlu diwaspadai terkait dengan kejadian El Nino di sektor pertanian.

Perubahan fisik yang dapat dirasakan dari fenomena El-Nino adalah penurunan curah hujan dan rata-rata curah hujan bulanan.

Dari sisi hidrologi, fenomena ini mendorong munculnya kekeringan yang ditandai dengan menurunnya debit air sungai, berkurangnya tinggi muka air danau, waduk dan muka air tanah. Kekeringan yang terjadi tersebut dapat menyebabkan potensi kemarau panjang karena berkurangnya sumber-sumber air.

Akibatnya, terjadi kekeringan di berbagai wilayah di Indonesia. Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat, 27.000 hektare (ha) lahan pertanian di Indonesia mengalami kekeringan. Angka itu melonjak dibandingkan luas kekeringan di musim kemarau tahun 2022, yang hanya 2.700-an ha.

Kemudian, ada pula sekitar 14.000 ha lahan pertanian yang mengalami banjir. Berdasarkan pengumpulan data pada periode April-Juli 2023. Luas lahan terkena banjir ini turun dibandingkan tahun 2022 yang mencapai 16.000 ha.

Berkaca pada 2019, ketika Indonesia menghadapi El Nino dam IOD memperkirakan produksi padi turun 7,7% ke 54,6 juta ton GKG dari tahun sebelumnya. Penurunan terjadi di tengah cuaca ekstrem. Sawah menghadapi banjir pada awal tahun dan kekeringan selama paruh tahun kedua.

Untuk mengurangi dampak El Nino, penting bagi petani dan pemangku kepentingan dalam sektor pertanian untuk memantau perkembangan cuaca dan mengambil langkah-langkah tindakan pencegahan yang tepat, utamanya bagi negara kita.

Para petani merupakan bagian penting dari strategi ketahanan pangan di kawasan Asean. Mereka dipercaya menjadi pilar utama dalam memitigasi situasi rawan pangan.

Berbicara soal lonjakan harga, berdasarkan pantauan Tim Riset CNBC Indonesia harga beras berada dalam tren meningkat drastis dalam setahun terakhir.
Lihat saja pada grafik, di mana harga beras rata-rata pada Juli 2022 masih berada di Rp11.750 sementara harga pada Agustus ini sudah mencapao Rp 13.550.

Rencana Impor Beras Mencuat Lagi

Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengungkapkan bahwa kan kembali membuka opsi impor beras untuk mengantisipasi kemarau ekstrim atau El Nino. Meski dirinya masih belum bisa memastikan apakah Indonesia akan impor beras lagi atau tidak, Zulhas menuturkan bahwa pihaknya akan tetap mengeluarkan izin impor apabila memang dibutuhkan.

Untuk diketahui, tahun ini Kemendag telah mengeluarkan izin impor beras untuk periode tahun 2023, dengan pengadaan sebanyak 2 juta ton, dan dikeluarkan izinnya pada Maret 2023 yang lalu untuk menjaga ketahanan pangan nasional hingga akhir 2023.

Sebelumnya, rencana pemerintah untuk kembali membuka keran impor beras disuarakan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam memenuhi ketersediaan pasokan beras di dalam negeri, sebagai antisipasi ancaman gagal panen akibat El Nino.

Airlangga memastikan cadangan beras pemerintah (CBP) tetap aman di atas 2,2 juta ton sampai akhir 2023. Padahal, sempat dikhawatirkan fenomena El-Nino mempengaruhi cadangan beras.

Sebagai catatan, Badan Pangan Nasional (Bapanas) menargetkan stok cadangan pangan pemerintah (CPP) bisa mencapai minimal 5% dari total kebutuhan nasional bulanan. CPP dibutuhkan agar pemerintah bisa melakukan intervensi jika terjadi gejolak harga bahan pangan pokok di dalam negeri.

Namun, sampai Juni 2023, stok CBP untuk beberapa jenis komoditas masih di bawah target, bahkan mencapai 0% dari kebutuhan nasional.

Menurut dokumen tersebut, sampai 19 Juni 2023 pemerintah memiliki cadangan beras sekitar 600,8 ribu ton.
Sementara itu, estimasi kebutuhan beras nasional 2,57 juta ton per bulan. Artinya, rasio stok cadangan beras pemerintah mencapai 23% dari total kebutuhan nasional bulanan, yang artinya sudah jauh melampaui target minimal.

Namun sepertinya hingga saat ini pemerintah bak masih memasang mode wait and see sambil memastikan stok aman hingga harga beras terkendali.
Namun, sebagai pengingat saja bahwa kondisi seperti ini akan menjadi momok mengerikan bagi perut rakyat Indonesia jika pemerintah tidak responsif harga beras bakal melambung. Inflasi bakal melonjak lagi.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(aum/aum)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation