
Produksi Rokok Terbang 14% Tapi Ada Warning Buat Sampoerna Cs

Jakarta, CNBC Indonesia - Produksi rokok melesat pada Juli tetapi produksi secara keseluruhan tahun anjlok. Data Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan menunjukkan produksi rokok pada Juli 2023 mencapai 27,79 miliar batang. Jumlah tersebut melesat 14,22% dibandingkan bulan sebelumnya.
Produksi rokok pada Juli tahun ini juga melesat 8,64% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Lonjakan produksi rokok pada Juli menjadi kabar baik setelah produksinya anjlok 7,14% pada Juni.
Kenaikan rokok pada Juli disebabkan normalnya hari kerja pada bulan tersebut. Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi Juni di mana terdapat libur panjang Idul Adha sehingga hari kerja berkurang.
Kendati naik, produksi rokok kumulatif pada Januari-Juli 2023 jeblok. Dalam tujuh bulan tahun ini, produksi rokok hanya mencapai 167,21 miliar batang.
Jumlah tersebut turun 3,59% dibandingkan pada Januari-Juli tahun lalu.
Produksi rokok Januari-Juli 2023 bahkan menjadi yang terendah setidaknya sejak 2017 atau tujuh tahun terakhir.
Produksi rokok bahkan jauh di bawah Januari-Juli 2020 di mana tahun tersebut pandemi pertama kali menghantam dunia. Pada periode tersebut, produksi rokok mencapai 172,80 miliar batang.
Menurunnya produksi rokok pada Januari-Juli 2023 bisa menjadi sinyal bagi perlambatan konsumsi ke depan mengingat rokok bersifat inelastic. Artinya, masyarakat Indonesia akan tetap membeli rokok meskipun harganya naik.
Produksi rokok tahun ini yang anjlok juga menjadi kabar buruk bagi produsen rokok seperti HM Sampoerna, Gudang Garam, hingga Djarum.
Namun, mulai meningkatnya produksi pada Juli bisa menjadi sinyal adanya perbaikan.
Produksi rokok diharapkan meningkat menjelang masa kampanye pemilihan umum (pemilu) 2024 yang akan mulai digelar November 2023. Secara historis, produksi rokok biasanya melonjak menjelang kampanye pemilu.
Pada musim kampanye 2019 yang berlangsung pada September hingga April, rata-rata produksi rokok mencapai 29,6 miliar batang. Padahal, pada peride September 2017-April 2018 hanya tercatat 24,36 miliar batang.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mae/mae)