Produksi Rokok Anjlok di Juni, Masih Bisa Naik Karena Pemilu?

mae, CNBC Indonesia
15 July 2023 13:00
Danil penjaga toko tembakau melinting rokok tembakau di ruko kawasan Ciputat, Tangerang Selatan, Jumat, 24/9. Penjualan rokok linting kini semakin diminati masyarakat, tidak hanya kalangan tua, tetapi juga oleh anak muda. Geliat rokok linting atau linting dewe (tingwe) yang dulunya dianggap lama, sekarang dapat bersaing dengan eksistensi rokok elektrik (vape). Danil mengatakan usaha menjual tembakau ini mulai sejak 2017 di Depok. "Awalnya hanya satu toko di jalan Damai, Depok, kini, Alhamdulillah udh buka cabang salah satu di Ciputat" katanya. Iya juga mengaku Pandemi ini banyak warga yang stok tembakau dan penjualan meningkat.  Iya juga mengatakan ada dua kriteria langganan yang sering belanja di toko dia. "Kalau tembakau itu ada dua kriteria pemberi antara hemat atau nyari rasa". "Sejak PPKM 2020 tahun lalu banyak warga yang di rumah aja dan mesti nyetok tembakau, sebab kalo beli stok rokok mahal, makanya dia hemat". Untuk harga tembakau disini harga normal dijual Rp 15 ribu dan yang paling mahal Rp 60 ribu. "Untuk tembakau yang mahal disini dijual Rp 60 ribu jenis tembakau nya Gayo putih". Jenis tembakau yang dijual disini beragam rasa seperti Vape dari rasa apel, pisang hingga mint. "Biasanya anak muda yang beralih ke tembakau pasti lebih nyari ke rasa" katanya. Seperti diketahui adanya kenaikan cukai hal tembakau yang mencapai rata-rata 21,55% pada awal 2020,  berdampak pada gerakan melinting rokok sendiri oleh perokok. Alvian salah satu pembeli mengatakan mengaku mulai melinting tembakau karena terbawa teman-temanya yang merasa terancam dengan kenaikan harga rokok. "Alasannya karena lebih murah aja, harga rokok lama lama naik, untuk perokok seperti saya Rp15 ribu bisa sampai lima bungkus" kata Alvian. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Rokok linting atau linting dewe (tingwe). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Produksi rokok kembali anjlok pada Juni tahun ini. Secara kumulatif, produksi rokok selama semester I-2023 bahkan jatuh ke level terendah setidaknya dalam tujuh tahun terakhir.

Data Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan menunjukkan produksi rokok pada Juni 2023 mencapai 24,26 miliar batang. Jumlah tersebut turun 7,4% dibandingkan bulan sebelumnya.

Produksi rokok pada Juni tahun ini juga ambruk 14,46% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Jatuhnya produksi rokok pada Juni berbanding terbalik pada Mei 2023 di mana produksi melonjak 34,22% (month to month/mtm) dan melesat 78,96% (year on year/yoy).


Secara keseluruhan, produksi rokok pada Januari-Juni 2023 mencapai 139,35 miliar batang. Jumlah tersebut turun 5,76% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Produksi rokok pada Januari-Juni tahun ini juga menjadi yang terendah setidaknya dalam tujuh tahun terakhir.

Amblesnya produksi rkok pada Januari-Juni 2023 membuat penerimaan cukai dari Cukai Hasil Tembakau (CHT) menyusut.

Data Kementerian Keuangan menunjukkan penerimaan negara dari CHT anjlok 12,6% pada semester I-2023 menjadi Rp 102,4 triliun.

Menurunnya produksi rokok bisa menjadi sinyal bagi perlambatan konsumsi ke depan mengingat rokok bersifat inelastic. Artinya, masyarakat Indonesia akan tetap membeli rokok meskipun harganya naik.

Produksi rokok diharapkan meningkat menjelang masa kampanye pemilihan umum (pemilu) 2024 yang akan mulai digelar November 2023.

Secara historis, produksi rokok biasanya melonjak menjelang kampanye pemilu.
Pada musim kampanye 2019 yang berlangsung pada September hingga April, rata-rata produksi rokok mencapai 29,6 miliar batang. Padahal, pada peride September 2017-April 2018 hanya tercatat 24,36 miliar batang.


CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(mae/mae)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation