
Gaji Warga Jepang Melonjak, Bank Sentralnya Malah Pusing

- Gaji pokok nominal Jepang tumbuh pada laju tercepat dalam 28 tahun pada Mei 2023.
- Inflasi Jepang diperkirakan akan melonjak ke depan karena adanya kenaikan gaji pegawai.
- Sebagaimana diketahui, BoJ bersikeras menahan suku bunga karena belum melihat laju inflasi di atas 2% tetap berlanjut ke depan.
Jakarta, CNBC Indonesia - Gaji pokok nominal Jepang tumbuh pada laju tercepat dalam 28 tahun pada Mei 2023. Kenaikan ini diperkirakan akan mengerek inflasi Jepang sehingga kebijakan moneter longgar yang dianut bank sentral Jepang (BoJ) disorot. Dunia kini menunggu sampai kapan BOJ akan mempertahankan stimulus moneternya yang sangat longgar.
Sebagaimana diketahui, BoJ bersikeras menahan suku bunga karena belum melihat laju inflasi di atas 2% tetap berlanjut ke depan.
Hari ini, Jumat (28/7/2023) BoJ memutuskan untuk kembali menahan suku bunga ultra rendahnya di minus (-) 0,1%. Suku bunga ultra rendah ini sudah bertahan sejak 2016 atau tujuh tahun terakhir.
Inflasi Jepang diperkirakan akan menanjak ke depan karena adanya kenaikan gaji pegawai.
Kondisi ini memberi tekanan kepada BoJ untuk segera mengetatkan kebijakanya guna menahan laju inflasi. Namun satu sisi, perekonomian Jepang masih cenderung rapuh.
Jepang memang sudah mengalami dekade yang hilang alias lost decade pada 1991 - 2001. Pada periode tersebut perekonomian Jepang stagnan. Pertumbuhannya rendah dan terkadang berkontraksi. Banyak banyak yang menyebut Jepang mengalami beberapa dekade yang hilang, sebab jika dilihat tren pertumbuhan ekonominya memang stagnan.
Saat ini, inflasi jepang memang sudah melandai ke 3,3% (yoy) pada Juni, dari 4,4% pada Januari 2023.
Gubernur BoJ, Kazuo Ueda baru-baru ini mencatat bahwa inflasi akan memakan waktu untuk mencapai target 2%. Namun nyatanya, sudah lima bulan inflasi Jepang bertahan di atas sedikit dari target BoJ.
Pasar keuangan global telah mengamati dengan cermat data upah Jepang, karena Gubernur Bank of Japan Kazuo Ueda menganggap pertumbuhan gaji sebagai ukuran utama untuk dipertimbangkan dalam pertimbangan tentang perubahan kebijakan.
Data kementerian tenaga kerja menunjukkan, upah reguler naik 1,8% pada Mei dari tahun sebelumnya, kenaikan terbesar sejak Februari 1995.
Pertumbuhan gaji pokok yang kuat mendorong total pendapatan tunai pekerja, atau upah nominal, sebesar 2,5% pada Mei, setelah direvisi 0,8% peningkatan dicatat pada bulan April.
"Jika inflasi stabil sekitar 2% dan upah nominal meningkat menjadi 3% menjadi 3,5%, kondisi tersebut dapat diatur agar BOJ membongkar kerangka pelonggaran moneter dari era Kuroda," kata Hisashi Yamada, ekonom dan profesor Universitas Hosei.
![]() Jobseekers look at recruitment advertisements during the 2018 Japan Job Fair in Seoul, South Korea, November 7, 2018. Picture taken on November 7, 2018. To match Insight SOUTHKOREA-JOBS/KMOVE REUTERS/Kim Hong-Ji |
Organisasi buruh terbesar di Jepang Rengo mengatakan pada Rabu (26/7/2023) bahwa perusahaan-perusahaan besar telah menyetujui kenaikan gaji rata-rata 3,58% tahun ini, tertinggi sejak 3,9% pada tahun 1993.
Hasil pembicaraan tenaga kerja musim semi, yang dikenal sebagai "shunto", akan semakin terlihat dalam statistik upah pemerintah selama beberapa bulan ke depan, kata seorang pejabat kementerian tenaga kerja.
Namun, upah riil berkontraksi 1,2% di Mei, penurunan 14 bulan berturut-turut dari tahun ke tahun, karena inflasi konsumen yang tiada henti melampaui pertumbuhan gaji nominal dan menekan daya beli rumah tangga. Analis mengatakan upah riil akan tetap berkontraksi selama sisa tahun 2023.
Data terpisah pada Jumat juga menunjukkan pengeluaran rumah tangga Jepang turun 4% pada Mei dari tahun sebelumnya, turun untuk bulan ketiga dan lebih dari perkiraan pasar rata-rata untuk penurunan 2,4%. Pengeluaran untuk berbagai barang mulai dari makanan hingga pakaian hingga transportasi turun, data menunjukkan.
Pada basis bulan-ke-bulan yang disesuaikan secara musiman, pengeluaran rumah tangga turun 1,1%, dibandingkan perkiraan kenaikan 0,5% untuk menandai penurunan bulan keempat.
"Efek inflasi harga konsumen menjadi lebih umum dalam pengeluaran rumah tangga, mengimbangi keuntungan konsumsi Jepang dari pelonggaran pembatasan virus corona," kata Takumi Tsunoda, ekonom senior di Shinkin Central Bank Research Institute dikutip dari CNBC International.
Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Nikkei yang diterbitkan pada Jumat, Deputi Gubernur BOJ Shinichi Uchida mengatakan bank sentral harus mendukung perekonomian dengan kebijakan yang mudah.
Taro Saito, peneliti eksekutif di NLI Research Institute, mengatakan pembicaraan tenaga kerja musim semi tahun depan diharapkan menghasilkan pertumbuhan upah yang sebagian besar setara dengan tahun ini, karena inflasi harga yang lebih lama dari perkiraan dan kekurangan tenaga kerja.
"Namun risiko terbesar dari skenario tersebut adalah jika ekonomi itu sendiri tetap kuat hingga musim semi mendatang, mengingat kondisi ekonomi global yang goyah," katanya.
Jika berkaca pada Amerika Serikat (AS) Bank sentral, The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis points (bps) menjadi 5,25-5,5%. The Fed masih membuka kemungkinan kenaikan ke depan tergantung pada perkembangan data ekonomi.
Dengan kenaikan tersebut, suku bunga the Fed (The Fed Fund Rate/FFR) sudah naik sebanyak 11 kali dengan total kenaikan sebesar 525 bps sejak Maret 2022. Suku bunga di level 5,25-5,5% saat ini adalah yang tertinggi sejak 2001 atau 22 tahun terakhir.
Kenaikan suku bunga sebesar 25 bps sudah diekspektasi pasar. Kenaikan tersebut diharapkan menjadi yang terakhir tahun ini. Namun, Chairman The Fed Jerome Powell dalam konferensi pers mengisyaratkan masih ada kemungkinan kenaikan suku bunga ke depan.
Dia menjelaskan keputusan suku bunga akan sangat tergantung pada data yang berkembang. Sebagai catatan, The Fed baru akan menggelar pertemuan pada 19-20 September mendatang. Sebelum pertemuan tersebut, The Fed akan memiliki data pendukung yang lebih banyak yakni dua kali inflasi dan data pengangguran (Juli dan Agustus).
Dalam keterangannya usai menggelar rapat Federal Open Market Committee (FOMC), Powell mengingatkan jika inflasi saat ini masih jauh dari target The Fed. Seperti diketahui, inflasi AS melandai ke 3% (year on year/yoy) pada Juni 2023 sementara tingkat pengangguran tercatat 3,6% pada Juni.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(aum/aum)