
Duit Masih Banyak, Bank Ini Santai Aja BI Tahan Suku Bunga

- Kredit perbankan tumbuh 9,39% pada Mei 2023
- Likuiditas perbankan masih ample sehingga membantu BI mempertahankan suku bunga acuan
Jakarta, CNBC Indonesia - Data Bank Indonesia menunjukkan kredit perbankan pada Mei 2023 tumbuh 9,39% (year on year/yoy). Kendati meningkat dibandingkan April tetapi pertumbuhan kredit belum mencapai double digit.
Sebagai catatan, pertumbuhan kredit pada Mei 2023, dibandingkan periode bulan sebelumnya yang hanya tumbuh 8,08% yoy.
Peningkatan pertumbuhan penyaluran kredit pada periode Mei lalu menjadi tanda tren pelemahan sudah mulai usai akibat seasonality Ramadhan dan Idul Fitri lalu. Hal ini juga bisa menjadi petunjuk akselerasi ekonomi yang semakin positif karena kredit perbankan berfungsi sebagai modal untuk berbagai sektor.
Bila dirinci, perbankan syariah membukukan pertumbuhan pembiayaan lebih tinggi dari industri, yakni 19,5% yoy. Satu pendorongnya adalah segmen UMKM yang naik 7,61% yoy dengan realisasi kredit usaha rakyat (KUR) senilai Rp 80,25 triliun.
Menurut Ketua Gubernur BI, Perry Warjiyo salah satu faktor bank bisa menyalurkan kredit ekspansif adalah karena likuiditas yang longgar.
BI melaporkan kondisi likuiditas perbankan sangat mendukung, tercatat per Mei 2023 rasio alat likuid per dana pihak ketiga (AL/DPK) pada posisi 27,52%. Sebagai informasi batas bawah AL/DPK adalah 10%.
Dari sisi regulasi juga mendukung, dalam rangka mendorong pertumbuhan kredit lebih jauh dimana BI akan meningkatkan stimulus kebijakan makro prudensial melalui insentif likuiditas kepada bank penyalur kredit sektor hilirisasi, baik pertambangan, perkebunan, pertanian, perikanan, hingga ekonomi keuangan hijau.
Berdasarkan kapitalisasi pasar, ada empat bank yang paling besar dan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia diantaranya PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).
Dalam menilai kondisi likuiditas-nya, bisa meilihat loan to deposit ratio (LPR). Semakin rendah nilai-nya, semakin menunjukkan likuiditas bank yang melimpah. Sehingga potensi penyaluran kredit ke depan akan lebih ekspansif. Berikut perbandingannya dari ke-empat bank big caps RI.
Dari tabel di atas terlihat BBCA yang memiliki likuiditas paling melimpah dari LDR yang posisinya paling rendah di 65,60%.
Kendati begitu, untuk emiten bank big caps lain terbilang masih memiliki likuiditas terjaga dimana nilainya masih di bawah 100% yang menunjukkan jumlah deposit masih jauh lebih banyak dibandingkan kredit-nya.
Selain itu, tabel di atas juga menunjukkan kualitas aset bank yang terlihat dari data Non Performing Loan (NPL) Bruto atau rasio kredit macet perbankan.
Semakin kecil nilai NPL akan semakin bagus bagi bank karena kemampuan bank dalam mengelola aset baik dan meminimalisir risiko kredit.
Membandingkan dengan rata-rata NPL Bruto industri perbankan pada Maret 2023, menurut OJK yang berada di 2,49%, BMRI dan BBCA menjadi yang paling bagus dalam menjaga kualitas asetnya, sementara BBRI dan BBNI masih memiliki tugas untuk mengurangi risiko kredit macet-nya ke depan.
Kemudian, dari sisi profitabilitas juga bisa dilihat dari tabel melalui net interest margin (NIM) yang dimana nilainya semakin tinggi semakin bagus, karena potensi bank bisa menghasilkan keuntungan akan lebih optimal. Terlihat BBRI menjadi yang paling leading mencapai 7,82%, sementara yang paling laggard ada BBNI sebesar 4,67%.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research, divisi penelitian CNBC Indonesia. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau aset sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(tsn/tsn)