Market Insight

IHSG Keok, Nikkei Rekor Tertinggi 33 Tahun! Ini Rahasianya

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
06 June 2023 20:00
An electronic board showing the Nikkei share average is seen as market prices are reflected in a glass window at the Tokyo Stock Exchange (TSE) in Tokyo, Japan, February 6, 2018.  REUTERS/Toru Hanai
Foto: REUTERS/Toru Hanai

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang tahun ini mencatat kinerja negatif, hampir sama dengan kebanyakan bursa saham negara-negara lain yang kesulitan menguat. Namun, indeks Nikkei Jepang justru terbang hingga menyentuh level tertinggi dalam 33 tahun terakhir.

Indeks Nikkei Jepang sepanjang tahun ini tercatat melesat nyaris dari 25% ke atas level 32.500, menjadi yang tertinggi dalam 33 tahun terakhir. Sementara IHSG hingga perdagangan Selasa (6/6/2023) turun lebih dari 3% year-to-date (ytd).

Bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) yang menjadi satu-satunya bank sentral di dunia yang masih menerapkan suku bunga negatif menjadi kunci melesatnya Nikkei. Tidak seperti negara lainnya, Jepang belum mengalami masalah inflasi yang parah, sehingga BoJ masih belum mengetatkan kebijakannya.

Seperti diketahui, semakin rendah suku bunga maka semakin positif bagi bursa saham. Sebab, perusahaan bisa memperoleh kredit dengan bunga rendah sehingga bisa berekspansi. Rumah tangga juga lebih memilih berinvestasi di bursa saham ketimbang deposito di bank karena bisa memberikan return yang lebih tinggi.

BoJ saat ini masih menerapkan suku bunga -0,1% serta yield curve control (YCC) obligasi pemerintah tenor 10 tahun. BoJ pada Desember lalu BoJ memperlebar kebijakan YCC menjadi 50 basis poin dari sebelumnya 25 basis poin.

YCC merupakan kebijakan BoJ yang menahan imbal hasil (yield) obligasi tenor 10 tahun dekat dengan 0%. Ketika yield mulai menjauhi 0% maka BoJ akan melakukan pembelian obligasi.

Pembelian tersebut artinya BoJ menyuntikkan likuiditas ke perekonomian.

Kini dengan YCC diperlebar menjadi 50 basis poin, kebijakan BoJ menjadi lebih fleksibel, likuiditas yang disuntikkan ke perekonomian menjadi lebih kecil.

Kebijakan tersebut diambil saat nilai tukar yen jeblok ke level terlemah dalam 24 tahun terakhir. Saat ini pun yen masih berada di dekat level 140/US$, yang memberikan keuntungan bagi perusahaan Jepang yang berorienstasi ekspor. Hal ini juga membuat indeks Nikkei mampu berjaya di Asia.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(pap/pap)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation