FX Insight

Tak Cuma Amerika, China Kini Bebani Rupiah!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
29 May 2023 08:25
Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
  • Rupiah melemah empat pekan beruntun melawan dolar AS, secara persentase total sekitar 2%. 
  • Amerika Serikat yang terancam "bangkrut" jika pagu utang tidak dinaikkan membebani pergerakan rupiah. 
  • China juga berisiko menambah beban bagi Mata Uang Garuda, sebab sektor manufakturnya diprediksi masih mengalami kontraksi.

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sudah empat pekan tidak pernah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS). Masalah pagu utang Amerika Serikat membuat sentimen pelaku pasar memburuk, dan membebani pergerakan rupiah.

Sepanjang pekan lalu, rupiah tercatat melemah 0,2% ke Rp 14.950/US$, melansir data Refinitiv. Selama empat pekan pelemahan rupiah tercatat sekitar 2%.

Masalah pagu utang Amerika Serikat akan menjadi perhatian utama, sebab semakin dekat dengan hari "X". Sebelumnya hari di mana Amerika Serikat akan kehabisan uang untuk membayar bunga dan pokok utang tersebut diperkirakan paling cepat pada 1 Juni, tetapi kini mundur menjadi 5 Juni.

Meski demikian, kesepakatan kenaikan pagu utang harus tetap segera dicapai, untuk menghindari "kebangkrutan" atau default (gagal bayar). Tidak hanya gagal bayar utang, kegagalan mencapai kesepakatan kenaikan pagu utang juga membuat operasional pemerintah terhenti (shutdown) yang dapat berdampak buruk bagi perekonomian AS dan dunia.

Kabar baiknya, Presiden AS Joe Biden dan Ketua DPR dari Partai Republik Kevin McCarthy sepakat untuk menaikkan pagu utang pemerintah.

Meski begitu, menurut McCarthy, sebagaimana dilansir Reuters, negosiasi itu disebut masih belum diputuskan secara final.

"Saya baru saja menutup panggilan telepon dengan presiden (Joe Biden) beberapa waktu lalu. Setelah dia membuang-buang waktu dan menolak untuk bernegosiasi selama berbulan-bulan, kami telah mencapai kesepakatan prinsip yang layak untuk Amerika," kata dia dikutip Minggu (28/5/2023).

Selain itu, perhatian tertuju ke China yang akan merilis data aktivitas sektor manufaktur. Sebelumnya, sektor manufaktur kembali mengalami kontraksi, kembali memicu kekhawatiran akan risiko melambatnya ekonomi China. Purchasing managers' index (PMI) manufakatur tersebut pun diprediksi masih di bawah 50, yang berarti kontraksi.

Dampaknya bisa cukup besar bagi Indonesia, sebab China merupakan pasar ekspor terbesar. Ketika perekonomianya melambat maka permintaan komoditas dari Indonesia akan menurun, surplus neraca perdagangan bisa menyusut dan berdampak ke pasokan valuta asing di dalam negeri. Rupiah pun menjadi lebih rentang terkoreksi.


Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR kini berada di atas rerata pergerakan 50 hari (Moving Average 50/MA 50). Tekanan pelemahan tentunya semakin besar, meski masih berada di bawah MA100 dan 200.

Namun, Mata Uang Garuda masih berada jauh di bawah Rp 15.090/US$ yang bisa menjadi kunci pergerakan rupiah ke depannya.

Level tersebut merupakan Fibonacci Retracement 50% yang ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.

Sementara itu indikator Stochastic pada grafik harian kini sudah berada di wilayah jenuh beli (overbought).

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv 

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Stochastic yang berada di wilayah overbought membuka peluang penguatan rupiah.

MA 50 di kisaran Rp 14.880/US$ - Rp 14.890/US$ menjadi support terdekat, selama tertahan di atasnya rupiah berisiko menguji level psikologis Rp 15.000/US$. Penembusan ke atas level tersebut akan membawa rupiah menguji Fib. Retracement 50% pada pekan ini.

Rupiah baru memiliki peluang menguat lebih jauh jika mampu menembus ke bawah MA 50, dengan target ke level Rp 14.760/US$ pada pekan ini.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(pap/pap)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation