FX Insight

Fed Diramal Pangkas Suku Bunga, Rupiah Tembus Rp 15.000/US$?

Research - Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
27 March 2023 08:35
Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki) Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
  • Rupiah menguat tajam melawan dolar AS pada pekan lalu hingga menyentuh level terkuat sejak 10 Februari setelah The Fed membuka ruang untuk mengakhiri periode kenaikan suku bunga. 
  • Pasar kini melihat The Fed bisa berbalik arah, suku bunga kemungkinan dipangkas pada bulan Juli yang membuat dolar AS tertekan dan rupiah berpeluang menguat lebih jauh. 
  • Analisis teknikal menunjukkan support kuat berada di kisaran Rp 15.090/US$, jika mampu ditembus dengan konsisten rupiah berpeluang menguat ke Rp 15.000/US$. 

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah mencatat penguatan tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) minggu lalu, memperpanjang kinerja apik pekan sebelumnya. Berdasarkan data Refinitiv, rupiah tercatat melesat 1,24% ke Rp 15.150/US$, level tersebut merupakan yang terkuat sejak 10 Februari lalu.

Penguatan tajam tersebut tercatat terjadi hanya dalam sehari perdagangan pada Jumat (24/3/2023). Penyebabnya, pengumuman kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed).

Pada Kamis (23/3/2023) dini hari waktu Indonesia, The Fed di bawah pimpinan Jerome Powell kembali menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 4,75% - 5%.

Dengan demikian dalam satu tahun terakhir The Fed total menaikkan suku bunga sebanyak 9 kali sebesar 475 basis poin. Ke depannya, bank sentral paling powerful di dunia ini melihat rilis data-data ekonomi terbaru akan menentukan akan suku bunga perlu dinaikkan lagi atau tidak.

"Komite pembuat kebijakan akan melihat informasi terbaru dan menilai implikasinya untuk menentukan kebijakan moneter," tulis pernyataan The Fed setelah mengumumkan kenaikan suku bunga.

Powell menyoroti kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB) membuat likuiditas perbankan menjadi lebih ketat, sehingga The Fed yang sebelumnya terlihat akan kembali agresif menaikkan suku bunga mengendurkan langkah tersebut.

Pasar kini melihat The Fed tidak akan menaikkan suku bunga lagi. Bahkan banyak yang memprediksi suku bunga akan dipangkas pada Juli nanti. Hal tersebut tercermin dari perangkat FedWatch milik CME Group, pasar melihat ada probabilitas sebesar 54% The Fed akan memangkas suku bunganya 25 basis poin menjadi 4,5% - 4,75%.

fedFoto: FedWatch, CME Group

Hal ini membuat indeks dolar AS tertekan, dan rupiah langsung melesat. Penguatan tersebut berpeluang berlanjut di pekan ini, dan tidak menutup kemungkinan menembus ke bawah Rp 15.000/US$.


Secara teknikal, rupiah saat ini berada di bawah rerata pergerakan 50 hari (Moving Average 50/MA 50), MA 100 dan MA 200. Sehingga ruang penguatan tentunya terbuka lebih besar.

Area Rp 15.090/US$ kini menjadi support kuat yang akan menahan penguatan rupiah. Level tersebut merupakan Fibonacci Retracement 50% yang ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv 

Jika mampu ditembus dengan konsisten, rupiah berpeluang besar menembus Rp 15.000/US$ pekan ini.

Sementara itu indikator Stochastic pada grafik harian mulai masuk wilayah jenuh jual (oversold).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Dengan stochastic masuk wilayah oversold, artinya ada risiko rupiah mengalami koreksi.

Selama tertahan di atas Rp 15.090/US$, rupiah berisiko melemah ke Rp 15.230/US$. Penembusan konsisten ke atas level tersebut berisiko membuat rupiah melemah lebih jauh ke kisaran Rp 15.300/US$.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(pap/pap)

[Gambas:Video CNBC]