Newsdata

Ini Negara dengan Pekerja Batu Bara Cs Paling Banyak di Dunia

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
23 May 2023 12:05
Pekerja melakukan bongkar muat batubara di Terminal Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (6/1/2022). Pemerintah memutuskan untuk menyetop ekspor batu bara pada 1–31 Januari 2022 guna menjamin terpenuhinya pasokan komoditas tersebut untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) milik PLN dan independent power producer (IPP) dalam negeri. Kurangnya pasokan batubara dalam negeri ini akan berdampak kepada lebih dari 10 juta pelanggan PLN, mulai dari masyarakat umum hingga industri, di wilayah Jawa, Madura, Bali (Jamali) dan non-Jamali. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Pekerja melakukan bongkar muat batubara di Terminal Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (6/1/2022). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Transisi energi ibarat kalimat yang terus nyaring bunyinya, bukan hanya di Indonesia tapi juga secara global.

Sebagaimana diketahui, kini banyak negara yang sudah berkomitmen mengurangi penggunaan energi fosil yang kemudian bertransisi kepada energi terbarukan.

Tujuannya dari transisi energi ini tentunya untuk dapat mengurangi tingkat emisi karbon dan membantu mitigasi perubahan iklim.

Bukan hanya dampak lingkungan, proses transisi energi juga dapat mempengaruhi kondisi ketenagakerjaan global.

"Transisi energi akan menciptakan 14 juta lapangan kerja baru di bidang energi terbarukan pada 2030, dan mendorong 5 juta pekerja untuk bergeser dari sektor energi fosil," kata International Energy Agency (IEA) dalam reportĀ nya yang bertajuk World Energy Employmentedisi September 2022.

Menurut laporan IEA, pada 2019 ada 18,2 juta orang yang bekerja di bidang pasokan energi fosil secara global. Rinciannya terdiri dari 11,9 juta pekerja pasokan migas, serta 6,3 juta pekerja pasokan batu bara. Negara mana yang paling banyak?

Berdasarkan data di atas, pekerja pasokan batu bara paling banyak berada di Tiongkok, sedangkan pekerja pasokan migas mayoritasnya berada di wilayah Amerika Utara.

IEA menilai pekerja ahli di sektor pasokan migas memiliki keterampilan yang bisa dimanfaatkan untuk transisi energi. Namun, pekerja di sektor pasokan batu bara dinilai bakal sulit masuk ke lapangan energi terbarukan.

Sementara di Indonesia, komitmen transisi energi dari fosil ke sektor energi bersih memang masih perlu diimbangi dengan pelaksanaan transisi pekerja. Tanpa transisi pekerja yang selaras, transisi energi hanya akan mengantarkan Indonesia pada krisis pengangguran dan krisis energi itu sendiri.

Terkait upaya transisi energi, saat ini Indonesia sudah mendapat komitmen pendanaan, baik melalui hibah maupun pinjaman, salah satunya lewat Just Energy Transition Partnership (JETP) dan nota kesepahaman (MoU) Energy Transition Mechanism (ETM) yang didukung oleh Asian Development Bank (ADB).

Bantuan ini meliputi upaya pengembangan energi terbarukan dan persiapan para pekerja di sektor ketenagalistrikan menghadapi pensiun dini PLTU batu bara.

Namun perlu diingat bahwa untuk mengejar target penurunan emisi karbon hingga 23% di 2025, terbilang cukup menantang. Maka perlu keseriusan dalam hal transisi energi ini.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(aum/aum)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation