
Indonesia Jadi Basis Pembiayaan Hijau, Kok Bisa?

Jakarta, CNBC Indonesia- Direktur Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia Heru Hatman mengungkapkan berdasarkan kajian dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Indonesia menjadi basis pembiayaan hijau di Asean dengan porsi 36%. Adapun potensi pembiayaan hijau tersebut bisa mencapai USD 200 miliar.
Untuk diketahui, pembiayaan DBS Group terkait Environmental, Social and Governance (ESG) sampai 2022 mencapai SGD 50 miliar.
"Hal ini salah satunya disebabkan karena Indonesia sangat diberkahi dengan sumber daya alam (SDA) melimpah seperti nikel dan alumunium," jelas Heru dalam Green Economic Forum 2023, Senin, (22/5/2023).
Heru mengatakan pihaknya pun mendukung pembiayaan hijau sesuai dengan mandat pemerintah. DBS menurutnya berkomitmen berpartisipasi dari segi pembiayaan dan balance sheet.
"Kami akan mendukung roadmap pemerintah yang tertuang dalam RUPTL," tegas Heru.
Beberapa sektor yang jadi fokus utama DBS dalam memberikan pembiayaan terkait ESG diantaranya real estat dan sektor energi. Kedua sektor ini merupakan yang terbesar dalam pembiayaan green financing.
"Kami lihat metal mining, otomotif, properti, dan energi yang kontrisbusi lumayan besar, terutama pada sisi SDA soal hilirisasi," jelasnya.
Dukungan DBS Indonesia dalam mendorong nze 2060 lantaran ongkos transisi energi baru terbarukan (EBT) tidak murah atau sangat mahal.
Oleh sebab itu, DBS Indonesia lanjutnya tidak hanya sekedar hanya memberikan pembiayaan ke kliennya. Tetapi juga berbagi pengetahuan dan membantu dalam pembentukan kerangka kerja.
Selain itu, DBS juga konsisten dan secara berkesinambungan mencoba melakukan sosial impact dari segi bisnis yang dapat meningkatkan nilai perusahaan.
"Jadi bukan hanya kasih kredit, tapi bantu jadi adviser, diversifikasi bisnis dan dekarbonisasi," jelasnya.
(dpu/dpu)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kredit Mobil Listrik BCA Nyetrum, Naik 20 kali Lipat!