
Surplus Dagang Diramal Naik, Hawa Mendidih Jadi Berkah?
- Surplus perdagangan diperkirakan menguat pada April hingga menembus US$ 3,34 miliar
- Surplus justru meningkat di tengah libur panjang Lebaran
- Kenaikan harga batu bara ikut menopang kinerja ekspor
Jakarta, CNBC Indonesia - Surplus neraca perdagangan diperkirakan meningkat pada April 2023. Kenaikan surplus ditopang oleh perbaikan harga batu bara karena meningkatnya gelombang panas yang melanda kawasan Asia.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada April 2023 akan mencapai US$ 3,34 miliar.
Surplus tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan Maret 2023 yang mencapai US$ 2,91 miliar.
Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data perdagangan internasional Indonesia periode April 2023 pada Senin (15/5/2023). Jika neraca perdagangan kembali mencetak surplus maka Indonesia sudah membukukan surplus selama 36 bulan beruntun.
Konsensus juga menunjukkan bahwa ekspor masih akan terkontraksi 19,31% (year on year/yoy) sementara impor turun 7%.
Sebagai catatan, nilai ekspor Maret 2023 anjlok 11,33% (yoy) tetapi naik 9,89% (month to month/mtm). Impor terkontraksi 6,62% (yoy) tetapi melonjak 29,33% (mtm).
Secara tahunan, baik ekspor maupun impor diperkirakan turun pada April 2023 karena pada periode yang sama tahun lalu ada Ramadan di mana permintaan transaksi perdagangan meningkat mengantisipasi libur panjang Lebaran.
Sebaliknya, libur panjang Lebaran tahun ini jatuh pada 19-25 April sehingga aktivitas perdagangan bisa lebih kecil pada bulan lalu. Kendati demikian, nilai ekspor Indonesia pada April justru bisa lebih baik dibandingkan Maret (mtm) karena ada sedikit kenaikan harga batu bara.
Berdasarkan catatan Refinitiv, rata-rata harga batu bara pada April tercatat US$ 194,28 per ton. Harga tersebut lebih tinggi dibandingkan pada Maret yang ada di kisaran US$ 187,23 per ton.
Gelombang panas yang melanda kawasan Asia membuat permintaan listrik melonjak. Kebutuhan batu bara pun meningkat sehingga harga batu bara melompat ke level US$ 200 pada 8-12 April 2023.
Sebagai catatan, kawasan Asia dilanda gelombang panas pada awal hingga pertengahan April lalu. Kondisi ini membuat banyak negara meningkatkan permintaan sehingga harga batu bara sedikit membaik.
India, Bangladesh, Thailand, dan Myanmar adalah sedikit negara yang berjuang melawan suhu panas.
Departemen Meteorologi India melaporkan suhu di sejumlah wilayah mencapai lebih dari 42 derajat Celsius, dengan suhu tertinggi 44,2 derajat Celsius di negara bagian timur Odisha.
Namun, rata-rata harga minyak sawit mentah jatuh menjadi MYR 3.728,61 per ton pada April dibandingkan pada Maret yang tercatat MYR 3.935,74 per ton.
Batu bara dan minyak sawit mentah menyumbang nilai ekspor sekitar 30% sehingga permintaan akan komoditas tersebut akan berdampak besar kepada ekspor Indonesia secara keseluruhan.
Satu yang perlu dicermati dari data neraca perdagangan April adalah ekspor ke China. Permintaan dari China diproyeksi masih lemah sejalan dengan masih ademnya aktivitas manufaktur mereka.
Purchasing Manager Index (PMI) China terkontraksi menjadi menjadi 49,2 dari pada April.
Indeks jauh lebih kecil dibandingkan 51,9 pada Maret 2023. Pelemahan manufaktur bisa membuat permintaan batu bara melandai.
Impor negara dengan size ekonomi terbesar kedua di dunia ini tercatat turun 7,9% (year-on-year/yoy) pada April 2023, lebih dalam dibandingkan kontraksi 1,4% pada bulan sebelumnya.
Berdasarkan Kantor Bea Cukai China, impor Tiongkok dari Indonesia dari Indonesia melandai dari US$ 6,77 miliar pada Maret 2023 menjadi US$ 6,25 miliar pada April 2023.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mae/mae)
