Jejak Raja Charles di RI, Ternyata Pernah ke Gunung Kidul

mae, CNBC Indonesia
07 May 2023 09:00
Raja Charles III menyapa dari dalam kerta kudamenjelang penobatan di London, Inggris, Sabtu (6/5/2023).
Foto: Raja Charles III menyapa dari dalam kerta kudamenjelang penobatan di London, Inggris, Sabtu (6/5/2023). (Bloomberg via Getty Images)

Dalam pernyataannya di Istana Merdeka pada 3 November 2008, Charles memberi komentar pedas mengenai pembalakan hutan dan menyampaikan kecemasannya akan cepatnya deforestation atau penggundulan hutan.

"Kita menghancurkan hutan-hutan tropis di seluruh dunia dengan kecepatan lebih dari 12 juta hektar setiap tahun. Perusakan ini memicu lebih banyak emisi gas rumah kaca dibandingkan sektor transportasi di seluruh dunia," ujar Charles di istana Kepresidenan, dikutip dari detik.com.

Indonesia memang tengah menjadi sorotan tajam pada periode tersebut akibat cepatnya deforestation, terutama pada hutan primer tropis basah.

Data Global Forest Watch menunjukkan luas hutan primer tropis basah Indonesia terus berkurang dari 98,9% pada 2004 menjadi 96,9% pada 2008.

Indonesia bahkan kehilangan hutan primer seluas 1,46 juta pada periode 2006-2008.

Pangeran Charles mengajak Indonesia untuk menjadi bagian gugus tugas Proyek Hutan Tropis guna melindungi hutan dari deforestation atau penggundulan.

Pada 2009, Charles kemudian mengumumkan skema pendanaan global untuk melindungi hutan tropis. Indonesia dan Brazil menjadi negara tujuan utama.

Namun, kunjungan Charles ke Jambi pada 2008 diiringi kabar tak sedap.

Selain kabar sang pangeran marah atas pembalakan hutan liar, banyak pihak menuding kunjungan Charles adalah upaya untuk menekan pemerintah atas izin pengelolaan Hutan Harapan PT. Restorasi Ekosistem Indonesia (REKI).

Kunjungan Charles dikabarkan menjadi bentuk tekanan agar izin agar segera keluar.

Izin tersebut memang akhirnya keluar pada Mei 2010. Pemberian izin kemudian menimbulkan banyak konflik terutama dengan rakyat setempat yang sudah lama memanfaatkan hutan kawasan.

Kawasan tersebut sempat terlantar dan mulai dimanfaatkan warga setempat pada 2001 untuk bertanam sawit, palawija, atau karet.

Dengan privatisasi PT REKI, masyarakat lokal pun tergusur karena mereka dianggap perambah liar. Sebaliknya, masyarakat menyebut REKI telah melakukan monopoli lahan.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(mae/mae)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular