Laba Loncat 47,65%, Prospek BRIS Cerah?

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
04 May 2023 14:28
Suasana pelayanan kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Senin (1/2). PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI/BRIS) resmi beroperasi. Direktur Utama BRIS Hery Gunardi menjelaskan bahwa integrasi ketiga bank BRIsyariah, BNI Syariah dan BSM telah dilaksanakan sejak Maret 2020 atau memakan waktu selama 11 bulan.
Foto: Suasana pelayanan kantor cabang Bank Syariah Indonesia. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sepanjang tiga bulan pertama 2023, PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) berhasil catatkan laba bersih sebesar Rp1,45 triliun. Nilai ini naik 47,65% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp988 miliar.

Laba yang tumbuh solid terdorong dari net margin income atau pendapatan setelah bagi hasil yang naik 13,47% year-on- year menjadi Rp4,06 triliun karena penyaluran pembiayaan yang tumbuh ekspansif 20,15% dari Rp177,50 triliun di kuartal 1-2022 menjadi Rp213,27 triliun di kuartal 1-2023.

Pembiayaan yang tumbuh ekspansif juga disertai dengan kualitas aset yang terjaga, terlihat dari rasio Non Performing Fund Gross (NPF) yang turun secara tahunan dari 2,91% menjadi 2,36% di kuartal 1-2023.

Selain itu, ada tambahan dari fee based income yang naik 18,52% year-on-year menjadi Rp980 miliar dan efisiensi usaha dengan mengurangi beban provisi hingga -11,14% year-on-year menjadi Rp762 miliar.

Dari sisi neraca, aset BRIS di kuartal 1-2023 berhasil tumbuh 15,47% year-on-year menjadi Rp313,25 triliun, sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 12,88% year-in-year dari Rp238,53 triliun di kuartal 1-2022 menjadi Rp269,25 triliun di kuartal 1-2023. Hal ini mengimplikasi rasio Current Account Saving Account (CASA) terhadap DPK tumbuh menjadi 61,49% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya di 57,50%.

CASA yang semakin bertumbuh menunjukkan BRIS mampu menjaga biaya dana tetap murah sehingga operasional bank syariah ini tetap lancar.

Selain itu, dari sisi likuiditas juga tetap terjaga terlihat dari rasio Fund to Deposit Ratio (LDR) yang turun ke 74,37% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya di 79,37% dan Liquidity Coverage Ratio (LCR) yang tinggi mencapai 199,52%.

Sementara dari struktur permodalan juga terlihat tetap kuat yang terlihat dari ekuitas yang meningkat 34,66% dari Rp25,98 triliun di kuartal 1-2022 menjadi Rp34,99 triliun di kuartal 1-2023. Ini juga mengimplikasi pertumbuhan Capital Adequacy Ratio (CAR) naik jadi 20,36% di kuartal 1-2023, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 17,20%. 

Bagaimana Prospek Bisnis Bank Syariah di Indonesia?

Menurut data worldpipulationreview.com hingga akhir 2022, umat Muslim di Indonesia mencapai 229 juta orang atau setara 87% dari total populasi, bahkan menjadi yang tertinggi dibandingkan beberapa negara seperti Pakistan, India, Bangladesh, Nigeria, Egypt, Iran, Turkey, Algeria, dan Sudan.

Dengan populasi yang tinggi tersebut, malah berbanding terbalik dengan penetrasi bank syariah di Indonesia hingga akhir 2022 baru sebesar 7%, nilai ini terendah jika dibandingkan negara lain seperti Kuwait, Saudi Arabia, Qatar, UAE, dan Malaysia. Artinya, peluang meningkatkan penetrasi bank syariah ini masih cukup tinggi mengingat jumlah populasi yang besar, mayoritas beragama Muslim.

jkse

Bagaimana dengan BRIS?

Sebagai bank syariah, BRIS memiliki kapitalisasi pasar terbesar di Industri mencapai Rp80,73 triliun per Kamis (4/5/2023). BRIS merupakan gabungan dari unit usaha syariah Bank BRI, Bank Mandiri, dan Bank BNI. Dengan menjadi bank syariah terbesar di Industri memberikan peluang yang tinggi bagi BRIS untuk meningkatkan jangkauannya di Indonesia, terlebih pangsa pasar syariah masih sangat luas karena mayoritas penduduk Muslim sedangkan penetrasi bank syariah saat ini masih relatif kecil.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(pap/pap)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation