Fundamental Pundit

Kinerja PT XL Axiata (EXCL) Mengejar Pesaingnya!

Muhammad Reza Ilham Taufani, CNBC Indonesia
28 April 2023 14:28
XL Axiata
Foto: XL Axiata
  • Bisnis jaringan telekomunikasi PT XL Axiata Tbk. (EXCL) mengalami pertumbuhan pendapatan 9% (yoy) menjadi Rp29,2 triliun.
  • Pertumbuhan pendapatan disebabkan oleh average revenue per user (ARPU) menjadi Rp 39 ribu dari Rp 36 ribu. 
  • EXCL harus bersaing mengejar selisih market share TLKM sebagai pemimpin pasar. 

Jakarta, CNBC Indonesia - PT XL Axiata Tbk. (EXCL) mengalami pertumbuhan pendapatan 9% (yoy) menjadi Rp29,2 triliun. Pertumbuhan kinerja ini disebabkan oleh peningkatan average revenue per user (ARPU) menjadi Rp 39 ribu dari Rp 36 ribu. 

Hal ini didukung oleh total pelanggan dari PT XL Axiata Tbk. sebesar 57,5 juta pelanggan. 

Secara bottomline,  mengalami penurunan kinerja laba bersih menjadi Rp 1,1 triliun, menurun 16% dibanding kinerja 2021. Emiten ini memiliki total utang mencapai Rp 61,5 triliun, sedangkan total ekuitas perseroan sebesar Rp 25,7 triliun. 

Nilai tersebut menunjukkan debt to equity perseroan berada di angka 2,4x. Tingginya nilai utang perusahaan dibanding dengan modal menunjukkan keterbatasan leverage perusahaan dalam mengembangkan bisnisnya.

Di sisi lain, PT Indosat Tbk (ISAT) sebagai kompetitor utama baru saja melakukan penggabungan usaha dengan PT Hutchison 3 Indonesia dan resmi per 4 Januari 2022. Integrasi bisnis sektor layanan telekomunikasi merupakan usaha untuk memperluas jaringan. 

Banyaknya basis pelanggan akan mempengaruhi jumlah total pelanggan, karena kesamaan operator akan memberikan nilai referral pada pengguna lain. 

Penggabungan usaha tersebut membuahkan hasil dari segi pendapatan perseroan yang bertumbuh 48% menjadi Rp 46,8 triliun. Hal ini menyebabkan pendapatan EXCL berada di posisi ketiga di bawah TLKM dan ISAT. 

Laba bersih EXCL mencapai titik tertingginya sebesar Rp 2,8 triliun pada tahun 2010 dan 2011. Hingga saat ini, EXCL belum pernah menyentuh kinerja tertinggi dibanding periode tersebut.  

Bisnis

Emiten ini awalnya berdiri pada tanggal 6 Oktober 1989 dengan nama PT Grahametropolitan Lestari. Tahun 1996, perseroan mulai menjajaki sektor telekomunikasi setelah mendapat izin untuk mengoperasikan layanan GSM secara resmi.

XL merupakan perusahaan swasta pertama yang menyediakan layanan jasa telepon seluler. XL melakukan penawaran umum saham perdana (IPO) sebanyak 1.427.500.000 lembar saham pada tahun 2005 dengan harga Rp2.000 per lembar.

Perusahaan mengumumkan proses demerger yang menghasilkan dua entitas terpisah, yaitu Malaysia Berhad dan Axiata Group (sebelumnya TM International Berhad).

Axiata Group mengakuisisi (2008) mayoritas saham melalui Khazanah Nasional Group, hingga saat ini menjadi pemegang saham pengendali. Tahun 2014, perusahaan melakukan akuisisi provider Axis, hingga saat ini sebagai perusahaan di sector telekomunikasi terbesar kedua di Indonesia.

Segmen Bisnis

Bisnis perseroan terdapat dua yaitu jasa GSM dan jaringan telekomunikasi juga jasa teknologi informasi. Pendapatan perseroan didominasi dari sector jasa GSM dan jaringan telekomunikasi. Secara pendapatan hingga laba tahun berjalan, Jasa GSM berkontribusi sebesar 99% dan sisanya berasal dari jasa manajemen teknlogi informasi.

Secara prospek, segmen bisnis manajemen jasa dan teknologi memiliki kelebihan berupa net profit margin (NPM) lebih tinggi. Namun, investor belum perlu untuk memperhatikan mengingat kontribusinya yang masih kecil.

SegmenPendapatan (Rp juta)% Kontribusi
Jasa GSM dan Telekomunikasi28,939,42399.3%
Jasa Teknologi Informasi211,7360.7%
Total29,151,159100%

Pendapatan XL akan besar dipengaruhi oleh faktor permintaan jasa GSM dan telekomunikasi. Permintaan jasa GSM dan telekomunikasi dipengaruhi oleh konsumsi data internet. Semakin banyak konsumsi data, pengguna harus membayar lebih banyak pada penyedia jasa. Hal tersebut yang menjadi salah satu faktor pertumbuhan pendapatan perseroan.

Korelasi antara kedua variable tersebut sebesar 80%. Peningkatan jumlah pengguna internet berkorelasi secara positif terhadap pergerakan pendapatan dari emiten EXCL sebesar 80%.

Pendapatan selalu bertumbuh kecuali 2015 dan 2016 yang disebabkan oleh peningkatan permintaan dari data, baik telepon, selular, pesan, dan internet. Persentase beban terendah perseroan terjadi pada 2010-2012, hal tersebut menyebabkan laba bersih perseroan mencapai titik tertingginya sepanjang masa. Sedangkan, persentase beban tertinggi terjadi pada 2018 yang mengakibatkan perseroan membukukan kerugian hingga Rp 3,3 triliun.

Historis Pembayaran Dividen

Payment DateDividend
20-May-22Rp51
21-May-21Rp31.70
17-Jun-20Rp20
04-Jun-14Rp65
22-May-13Rp135
09-May-12Rp129.88
31-May-11Rp107

Perusahaan membagikan dividen pada momen kinerja keuangan perusahaan baik seperti periode 2010-2014. Namun, 2015-2019 merupakan tahun yang tidak begitu baik bagi EXCL ditandakan dengan laba bersih yang berada di bawah rata-rata.

Perusahaan melanjutkan membagikan dividen pada periode 2020-2022. Pembayaran dividen seiring dengan kinerja perseroan yang terus membaik.

Valuasi Komparasi

EXCLTLKMISATFREN
PE Ratio20.8320.6211.6130.52
PBV Ratio0.93.311.931.31
EV to EBITDA2.076.324.498.76
%OPM13%21%22%4%
%NPM2%11%8%-14%
%ROE4%16%17%4%
%ROA1%8%4%1%
Quick Ratio0.380.770.520.23
DER2.40.972.91.97

EXCL merupakan salah satu emiten dengan valuasi yang cukup rendah dibanding kompetitornya. Secara keseluruhan, kinerja emiten berada diperingkat ketiga di bawah PT Indosat Tbk (ISAT).

Selain itu, emiten ini memiliki utang yang cukup tinggi jika dibanding penguasa pasar PT Telkom Indonesia (TLKM). XL yang hanya menguasai 13% pasar menyebabkan tingginya utang menjadikan keterbatasan leverage perusahaan dalam mengembangkan bisnisnya.

Masih layak koleksi atau tidak?

EXCL sebagai emiten yang bergerak di sektor telekomunikasi tidak mampu konsisten meningkatkan laba bersihnya seiring dengan peningkatan pendapatan perseroan. Bahkan terdapat tahun-tahun sulit yang menyebabkan perseroan harus membukukan kerugian yang terparah pada 2008.

Selain itu, market share EXCL juga terus tergerus oleh pemimpin pasar yaitu TLKM. Secara market share berbasiskan pendapatan, EXCL berada di peringkat ketiga di bawah Telkom Indonesia dan Indosat.

Market share perseroan yang berada diperingkat ketiga diperparah dengan total utang yang dimiliki oleh EXCL. Emiten ini akan kesulitan untuk mengejar ketertinggalannya dengan TLKM sebagai penguasa pasar yang masih memiliki leverage cukup baik. Sedangkan, EXCL memiliki keterbatasan leverage akibat tingginya nilai DER perseroan

Berdasarkan hal tersebut, persaingan akan terfokus dengan ISAT yang memiliki rasio DER mendekati EXCL.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(mza/mza)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation