
Harga Saham Telekomunikasi Mulai Menanjak Naik, Cek Analisisnya

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah saham telekomunikasi terpantau mulai bergerak atraktif. Hal ini seiring dengan prospek profitabilitas yang meningkat lantaran kenaikan harga paket data dan peningkatan trafik saat momentum liburan natal dan tahun baru.
Melansir data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (10/1/2024) hingga akhir perdagangan sesi I terpantau saham PT Smartfren TelecomTbk (FREN) naik paling tinggi hingga 4% ke harga Rp 52/saham. Kemudian disusul penguatan saham PT Indosat Tbk (ISAT) sebesar 2,16% dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) yang menguat 1,77%. Lalu saham PT XL Axiata Tbk (EXCL) menguat 1,42%.
Tren harga saham yang semakin membaik dari emiten telekomunikasi disinyalir berkat prospek peningkatan profitabilitas karena operator telekomunikasi sudah menaikkan harga paket data sejak November 2023 guna memanfaatkan momentum liburan natal dan tahun baru (nataru).
Harga paket data naik
Pertama, dari Telkomsel tercatat sudah meningkatkan yield data efektif-nya dengan mengurangi sejumlah bonus, terutama untuk paket internet Max, baik dari kuota lokal dan bonus lainnya (Youtube, Vidio, dll). Kemudian, pada November 2023 Telkomsel juga diketahui sudah menaikkan harga paket data sekitar 7% - 12%, sehingga yield data kumulatif naik sebesar 11,4% secara bulanan (MoM) menjadi Rp5,24 per Megabyte (MB).
ISAT dan EXCL pada periode November 2023 juga terpantau menaikkan harga paket data mereka. ISAT diketahui telah menaikkan harga paket Freedom mulai dari 5% sampai 17% MoM, sehingga yield data secara akumulatif meningkat 6% MoM menjadi Rp3,44 per MB.
Sementara EXCL menaikkan paket data 30 hari (XTRA Combo Mini) kurang lebih sebesar 10% yang membuat yield data efektif secara keseluruhan naik 2,8% MoM menjadi Rp4,02 per MB.
Terakhir untuk FREN pada periode yang sama diketahui menyesuaikan pemberian pada paket Unlimited Non-STop 6CB dengan penambahan bonus Vidip Premier Gold.
Dengan berbagai hal tersebut, kami cukup meyakini bahwa ini akan berdampak pada peningkatan ARPU (Average Revenue per User) pada operator telekomunikasi dalam negeri.
Melihat secara historis, selama lima tahun terakhir (2018 - 2022) berdasarkan laporan tahunan, tiga operator telekomunikasi Tanah Air yakni Telkomsel, Indosat Ooredoo Hutchison, dan XL Axiata mengalami tren kenaikan ARPU, sementara Smartfren jadi yang paling kontras karena ARPU selalu turun, sekaligus nilainya paling rendah dibandingkan yang lain.
Melengkapi data di atas, berdasarkan laporan terbaru hingga sembilan bulan berjalan 2023, Telkomsel sudah mencatatkan ARPU senilai Rp49.700, kemudian disusul EXCL dan ISAT, masing-masing sebesar Rp42.000 dan Rp34.700. Sementara untuk FREN masih belum diketahui ARPU tetapi potensi akan ada peningkatan walaupun nilainya masih cenderung lebih rendah dari tiga operator lain.
Tahun baru dongkrak trafik
Data ARPU yang potensi meningkat selain karena harga paket data yang dinaikkan, juga terjadi karena ada peningkatan trafik data akibat momentum natal dan tahun baru.
EXCL misalnya, dari periode 24 Desember 2023 hingga 2 Januari 2024 mencatatkan kenaikan trafik layanan sebesar 15% dibandingkan hari normal. Jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu, trafik data berhasil meningkat 19%. Sementara pada puncak tahun baru, trafik data EXCL diketahui berhasil naik 90% dibandingkan hari normal.
Selanjutnya dari TLKM melalui operator seluler-nya yakni Telkomsel berhasil mencatatkan lonjakan trafik akses broadband hingga 14,08% dibandingkan rata-rata hari biasa sepanjang 2023.
ISAT juga terpantau mencatatkan kenaikan trafik data harian sebesar 8,4% pada 24 Desember 2023 dan 8,9% pada 31 Desember 2023 dibandingkan dengan rata-rata periode hari normal.
Desmond Cheung, Director & Chief Technology Officer Indosat Ooredoo Hutchison menjelaskan peningkatan trafik data terjadi di beberapa pulau di Indonesia, seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.
Lebih lanjut, Desmon mengungkapkan aplikasi digital seperti WhatsApp, Instagram, YouTube, Facebook, dan TikTok menjadi kontributor terbesar dalam lonjakan konsumsi data pelanggan Indosat pada malam pergantian tahun.
Rekomendasi beli
Prospek cerah sektor telekomunikasi nampak-nya juga masih dinilai positif oleh berbagai sekuritas. CNBC Indonesia Research mengumpul-kan ada tiga emiten telekomunikasi yang masih mendapat rating BUY oleh 10 sekuritas.
Menggunakan nilai median, TLKM mendapatkan target price di harga Rp4600 per lembar, kemudian EXCL ditargetkan mencapai Rp2975 per lembar, sedangkan ISAT mendapatkan target harga di angka Rp11.100 per lembar.
Risiko beban BHP
Kendati prospek cerah menanti di 2024 untuk sektor telekomunikasi, kita tetap perlu mencermati masih adanya risiko yang perlu dihadapi terutama dari beban operasional terkait biaya hak penyelenggaraan (BHP) yang masih cenderung tinggi.
Secara rinci, dari empat operator Tanah Air hingga akhir 2022 Smartfren menempati posisi teratas yang memiliki beban BHP tertinggi, kemudian disusul Indosat dan XL Axiata, sementara Telkom Indonesia menempati posisi paling bawah.
Dari nilai di atas, mayoritas operator telekomunikasi di Indonesia memiliki beban BHP yang tinggi dibandingkan nilai ideal yang seharusnya. Berdasarkan benchmark Coleago Consulting, komposisi BHP dibandingkan pendapatan sekitar 5%-10% masih dapat mendorong keberlanjutan industri, sementara angka yang paling ideal industri bisa tumbuh berkelanjutan ada di bawah 5%.
Selain itu dibandingkan dengan rata-rata industri di kawasan Asia Pasific dan Global, beban BHP di Indonesia faktanya memang masih tinggi. Melansir dari data GSMA, asosiasi operator seluler global menyebutkan biaya spektrum frekuensi dibandingkan pendapatan secara rata-rata industri di kawasan Asia Pasific berada di 8,7%, sementara secara global angkanya mencapai 7%.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(tsn)