XL Merger Smartfren, Begini Analisis Dampak ke Indosat Telkomsel?

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
16 May 2024 14:20
Logo Smartfren dan XL Axiata. (Facebook)
Foto: Logo Smartfren dan XL Axiata. (Facebook)

Jakarta, CNBC Indonesia - Aksi korporasi merger kembali terjadi di industri telekomunikasi Tanah Air. Baru-baru ini, PT XL Axiata Tbk (EXCL) dan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) akhirnya memasuki tahap baru merger dengan penandatangan MoU tidak mengikat.

Penggabungan EXCL dan FREN digadang bakal memunculkan entitas telekomunikasi terbesar ke-2 di Tanah Air.

XL dan Smartfren Jajaki Tahap Serius Merger

Kini XL dan Smartfren sedang menjajaki tahap yang lebih serius untuk menggabungkan usaha dengan melakukan penandatanganan nota kesepahaman Memorandum of Understanding) tidak mengikat untuk menjajaki rencana penggabungan usaha (merger).

Mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Axiata Group Berhad (Axiata atau the Group) dan PT Wahana Inti Nusantara (WIN), PT Global Nusa Data (GND), dan PT Bali Media Telekomunikasi (BMT), secara kolektif disebut sebagai Sinar Mas (Axiata dan Sinar Mas).

"Hari ini mengumumkan telah memasuki babak baru dengan penandatanganan Nota Kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MOU) tidak mengikat untuk menjajaki rencana merger antara XL Axiata dan Smartfren (Rencana Transaksi) dalam rangka menciptakan entitas baru (MergeCo)," tulis manajemen XL Axiata, Rabu (15/5/2024).

Rencana transaksi ini masih dalam tahap evaluasi awal, di mana Axiata dan Sinar Mas memiliki tujuan untuk tetap menjadi pemegang saham pengendali dari MergeCo.

Prospek Merger XL dan Smartfren : Bisnis Bisa Lebih Efisien

Meski tahap penggabungan XL dan Smarfren masih di tahap awal dan belum diketahui kapan bisa selesai. Namun, aksi korporasi ini diyakini bisa memberikan dampak yang baik bagi kelangsungan bisnis dua perusahaan tersebut.

Presiden Direktur PT Smartfren Telecom Tbk. (FREN) Merza Fachys menyampaikan harapannya atas merger ini agar menjadi solusi yang terbaik untuk efisiensi kedua belah pihak. Efisiensi yang dimaksud datang dari segala sisi, salah satunya efisiensi operasional.

Merza menjelaskan apa keuntungan yang akan didapat jika Smartfren dan Xl Axiata benar akan merger. Pertama dari segi resources atau sumber daya, baik dari segi perangkat, sumber daya manusia, modal dan lain sebagainya.

"Sekarang bayangkan saya kasih contoh misalnya hari ini, sebut saja jaringannya Telkomsel yang paling gede, misalnya bilang 'udah Smartfren jaringannya matiin saja pelanggannya semua dilayani network Telkomsel', itu masih mampu jaringan Telkomsel. Jadi dengan kata lain apa Smartfren yang kemarin investasi bertriliun-triliun itu sebetulnya kalau pakai jaringan Telkomsel sisa kapasitasnya masih cukup, itu contoh efisiensi ya," jelas Merza.

Demikian juga jika XL dan Smartfren merger, pasti akan ada aset-aset jaringan yang bisa dimanfaatkan bersama.

Belajar dari Indosat dan Tri Merger Lebih Dulu

Merza juga kembali memberi contoh merger yang terjadi antara Indosat dan Tri. Menurut dia, ketika baca laporan keuangan operasional mereka ada angka yang termasuk dalam efisiensi.

"Misalnya Indosat keluar duit 100, Tri keluar duit 50, bukan jadi 150 tapi tetap 100, itu efisiensi, orang demikian juga, spektrum jadi lebih lebar ketika bersatu," kata Merza.

Sebagai catatan, pada 4 Januari 2022 lalu dua pemain telekomunikasi besar lain sudah lebih dahulu menyelesaikan aksi penggabungan usaha ini, yakni PT Indosat Tbk (Indosat Ooredoo) dan PT Hutchison 3 Indonesia (Tri Indonesia).

Berkat merger, dua perusahaan ini menetapkan nama perusahaan menjadi PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk (ISAT).

Jika berbicara data, setelah Indosat merger dengan Tri, laporan posisi keuangan mengalami peningkatan yang signifikan pada sepanjang 2022. Dari sisi modal bertambah lebih dari tiga kali lipat menjadi Rp31,61 triliun dari Rp10,30 triliun pada tahun sebelumnya.

Aset perusahaan juga meningkat dua kali lipat lebih, dari Rp63,97 triliun pada 2021 menjadi Rp113,88 triliun pada 2022. Setahun berlalu, pada 2023 ISAT kembali mencatat kinerja ciamik pada neraca yang disumbang oleh profitabilitas yang membaik.

Dari data di atas terlihat, pertumbuhan usaha yang positif setelah merger terjadi pada sisi aset dan modal, disertai dengan penurunan utang atau liabilitas.
Neraca yang semakin sehat ini juga didorong oleh profitabilitas perusahaan yang membaik, tercermin dari sisi pendapatan. Peningkatan pendapatan yang paling terlihat setelah selesai merge, pendapatan meroket nyaris 50% menjadi Rp46,75 triliun pada 2022.

Kemudian pada 2023, perusahaan mencetak pendapatan Rp51,22 triliun, melonjak 9,6% secara tahunan (yoy).

Persaingan Industri Telekomunikasi Semakin Sehat

Penggabungan usaha emiten di sektor telekomunikasi membuat pemain yang ada semakin sedikit. Hal ini tentu saja membuat persaingan usaha semakin sehat.

CNBC Indonesia melihat hanya ada tiga pemain besar yang akan mendominasi pasar telekomuni RI, yakni PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk (ISAT), dan segera MergeCo, gabungan dari PT XL Axiata Tbk (EXCL) dan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN).

Menggunakan asumsi data laporan keuangan 2023, EXCL memiliki aset senilai Rp26,50 triliun, sementara FREN asetnya Rp45,04 triliun. Akumulasi keduanya bisa menghasilkan total aset senilai Rp132,73 triliun. Sementara modal kedua entitas tersebut jika digabung bisa mencapai Rp42,17 triliun.

MergeCo, entitas baru gabungan EXCL dan FREN potensi menjadi pemain telco kedua melampaui ISAT setelah merger. Posisi teratas masih ditempati TLKM dengan aset senilai Rp287,04 triliun, sementara ekuitasnya Rp156,56 triliun, berdasarkan data laporan keuangan 2023.

CNBC INDONESIA RESEARCH 

(tsn/tsn)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation