
Gerilya & Lobi China Gencar dalam Dedolarisasi, Ini Buktinya!

Pada 2013, 80% ekspor Rusia ditransaksikan dalam dolar AS. Angkanya terus turun menjadi 61% pada 2019 dan menjadi 48% pada 2020.
Yuan bahkan mampu menjadi mata uang asing yang paling banyak digunakan di Rusia sejak 2022. Ekspor China ke Rusia menembus US$ 76,12 miliar sementara impor mencapai US$ 114,15 miliar.
Settlement dengan menggunakan yuan dalam impor naik menjadi 23% sementara untuk ekspor naik dari 0,5% menjadi 16%.
China sudah sepakat dengan Iraq untuk menggunakan yuan. Bank sentral Irak sudah mengizinkan penggunaan yuan untuk bertransaksi perdagangan dengan China.
Dengan negara ASEAN, China juga rajin menjalin kesepakatan untuk mengurangi dolar dan menggunakan yuan melalui perdagangan ataupun investasi.
Penggunaan yuan dalam berdagangan dengan Laos meningkat tajam setelah pembukaan jalur kereta China-Laos.
Dengan Indonesia, China juga telah memiliki kesepakatan untuk menggunakan mata uang masing-masing dalam perdagangan melalui skema local currency settlement sejak September 2021.
Tidak hanya dengan Negara, Tiongkok juga rajin mendekati perusahaan untuk mengganti dolar AS dalam transaksi.
Perusahaan inyak China China National Offshore Oil Company (CNOOC) dan perusahaan Prancis TotalEnergies sudah sepakat menggunakan yuan untuk transaksi mereka.
Tiongkok juga tengah merayu Arab Saudi untuk menggunakan mata uang Yuan untuk membeli minyak.
The Wall Street Journal menulis, pembicaraan ini sebenarnya sudah terjadi selama enam tahun terakhir.
Namun ketidaksenangan Negeri Raja Salman pada komitmen keamanan AS pada kerajaan beberapa dekade ini membuat pembicaraan dengan Beijing kian gencar.
Jika kerja sama ini disepakati maka diperkirakan bisa menggerus permintaan dolar AS lebih dari US$ 10 miliar. Kontrak Saudi Aramco dengan perusahaan China terkait penjualan minyak diperkirakan mencapai US$ 10 miliar.
Selain lewat perdagangan, China juga melakukan dedolarisasi melalui jalur investasi dan pasar bond.
Pasar obligasi Dim Sum menjadi salah satu penyumbang penggunaan yuan terbesar. Obligasi tersebut berdenominasi yuan dan diterbitkan di Hong Kong.
Pada 2022, transaksi internasional dengan menggunakan mata uang yuan mencapai CNY 42,1 triliun atau US$ 6,1 triliun. Angkanya naik hampir lima kali lipat dibandingkan pada 2017 atau dalam lima tahun terakhir.
Data Standard Chartered Renminbi Globalisation Index juga menunjukkan penggunaan yuan dalam perdagangan internasional naik 26,6% pada 2022.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mae/mae)