Macro Insight

Gerilya & Lobi China Gencar dalam Dedolarisasi, Ini Buktinya!

mae, CNBC Indonesia
19 April 2023 20:20
Dolar AS Yuan
Foto: REUTERS/DADO RUVIC
  • China aktif menjalin kesepakatan dengan negara dan perusahaan untuk mengurangi penggunaan dolar
  • China terus mengurangi penggunaan dolar AS dan menginternasionalkan yuan melalui perdagangan serta investasi
  • Jalur perdagangan menjadi upaya terbesar China untuk menggeser dominasi dolar AS

Jakarta, CNBC Indonesia - China secara diam-diam melobi banyak negara untuk melepas dolar Amerika Serikat (AS) dan menggunakan yuan sebagai mata uang internasional.

China sudah menggandeng Rusia, Brazil, India, Kazakhstan, Pakistan, hingga Laos untuk meninggalkan dolar AS. Mereka sepakat menggunakan mata uang yuan atau mata uang lokal negara masing-masing dalam transaksi perdagangan internasional.

Tiongkok juga mendekati banyak perusahaan untuk melakukan transaksi ekspor impor menggunakan yuan. Tak kurang dari Total hingga Saudi Aramco sudah dikejar China.

Beijing, pada Januari 2023, juga melakukan langkah besar untuk semakin menginternasionalkan yuan. China memperpanjang waktu trading untuk yuan hingga pukul 03:00 AM dari sebelumnya 11:30 PM.

Perpanjangan waktu trading memungkinkan investor ataupun trader negara lain bisa melakukan transaksi bisnis dalam yuan untuk waktu yang lebih lama.

Data The Bank for International Settlements menunjukkan yuan menjadi mata uang dengan pertumbuhan trading paling cepat di antara 39 mata uang lainnya.
Setelah perpanjangan waktu trading, rata-rata penggunaan mata uang yuan mencapai US$ 526 miliar per hari. Nilai tersebut naik 70%.

Sebagian besar transaksi melibatkan partner dagang China di luar negeri.

Perpanjangan waktu trading hanyalah sedikit dari upaya China untuk menyaingi dolar AS.  Langkah terbesar China untuk menyaingi dolar adalah dengan menghilangkan dolar AS dalam transaksi perdagangan dengan negara lain.

Salah satu kesepakatan terbesar adalah dengan Brasil. Tiongkok dan Brasil sepakat pada akhir Maret 2023.untuk menggunakan yuan dalam perdagangan mereka.

Nilai perdagangan kedua negara menembus US$ 150,5 miliar pada tahun lalu. Dengan kesepakatan tersebut maka ada permintaan dolar yang hilang sebesar US$ 150,5 miliar.

Jauh sebelum menggelar kesepakatan dengan Brazil, China sudah bekerja sama dengan Rusia mengurangi dolar AS dalam transaksi perdagangan mereka.

Kedua negara sudah mengurangi dolar AS sejak 2018. Langkah tersebut diambil setelah Negara Barat memberi sanksi kepada Rusia atas invasi ke Crimea pada 2014.
Juga, perang dagang AS-China yang membuat China berang karena AS menaikkan tarif impor atas barang-barang China dengan signifikan.

Pada 2013, 80% ekspor Rusia ditransaksikan dalam dolar AS. Angkanya terus turun menjadi 61% pada 2019 dan menjadi 48% pada 2020.

Yuan bahkan mampu menjadi mata uang asing yang paling banyak digunakan di Rusia sejak 2022. Ekspor China ke Rusia menembus US$ 76,12 miliar sementara impor mencapai US$ 114,15 miliar.

Settlement dengan menggunakan yuan dalam impor naik menjadi 23% sementara untuk ekspor naik dari 0,5% menjadi 16%.

China sudah sepakat dengan Iraq untuk menggunakan yuan. Bank sentral Irak sudah mengizinkan penggunaan yuan untuk bertransaksi perdagangan dengan China.

Dengan negara ASEAN, China juga rajin menjalin kesepakatan untuk mengurangi dolar dan menggunakan yuan melalui perdagangan ataupun investasi.

Penggunaan yuan dalam berdagangan dengan Laos meningkat tajam setelah pembukaan jalur kereta China-Laos.

Dengan Indonesia, China juga telah memiliki kesepakatan untuk menggunakan mata uang masing-masing dalam perdagangan melalui skema local currency settlement sejak September 2021.

Tidak hanya dengan Negara, Tiongkok juga rajin mendekati perusahaan untuk mengganti dolar AS dalam transaksi.

Perusahaan inyak China
China National Offshore Oil Company (CNOOC) dan perusahaan Prancis TotalEnergies sudah sepakat menggunakan yuan untuk transaksi mereka.

Tiongkok juga tengah merayu Arab Saudi untuk menggunakan mata uang Yuan untuk membeli minyak.

The Wall Street Journal menulis, pembicaraan ini sebenarnya sudah terjadi selama enam tahun terakhir.

Namun ketidaksenangan Negeri Raja Salman pada komitmen keamanan AS pada kerajaan beberapa dekade ini membuat pembicaraan dengan Beijing kian gencar.

Jika kerja sama ini disepakati maka diperkirakan bisa menggerus permintaan dolar AS lebih dari US$ 10 miliar. Kontrak Saudi Aramco dengan perusahaan China terkait penjualan minyak diperkirakan mencapai US$ 10 miliar.

Selain lewat perdagangan, China juga melakukan dedolarisasi melalui jalur investasi dan pasar bond.

Pasar obligasi Dim Sum menjadi salah satu penyumbang penggunaan yuan terbesar.  Obligasi tersebut berdenominasi yuan dan diterbitkan di Hong Kong.

Pada 2022, transaksi internasional dengan menggunakan mata uang yuan mencapai CNY 42,1 triliun atau US$ 6,1 triliun. Angkanya naik hampir lima kali lipat dibandingkan pada 2017 atau dalam lima tahun terakhir.

Data Standard Chartered Renminbi Globalisation Index juga menunjukkan penggunaan yuan dalam perdagangan internasional naik 26,6% pada 2022.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular