
Ini 4 Calon Pemenang Perang Nuklir, Intip Kekuatannya!

Amerika Serikat
Siapa tak mengenal AS, negara yang kerap dijuluki dengan superpower, adidaya, serta adikuasa yang doyan perang dan ikut campur urusan negara lain. Konflik memang seringkali terjadi di wilayah Timur Tengah yang berujung pada ketegangan ekonomi.
Momentum ini justru di manfaatkan oleh Amerika Serikat (AS) untuk negaranya dalam hal mendulang keuntungan. Bukan tanpa alasan, saat perang terjadi, peralatan perang hingga bantuan pasukan militer tentu dibutuhkan. Bukan hanya personel militer yang begitu terlatih. AS juga memiliki sejumlah peralatan canggih yang ditakuti dunia.
Bukan tanpa alasan, AS AS memiliki sejumlah perusahaan pembuatan peralatan militer hingga kendaraan tempur. Perusahaan-perusahaan itu, seperti Lockheed Martin Corp, General Dynamics dan United Technologies Corp.
Masing-masing perusahaan itu memiliki hasil produksi yang berbeda. Lockheed Martin Corp dikenal sebagai perusahaan pembuatan pesawat tempur, seperti jet tempur F-16, F-22, dan F-35.
Ada pula General Dynamics dikenal sebagai perusahaan pembuatan senjata, rudal, kapal perang, kapal selam, dan roket. Selanjutnya United Technologies Corp merancang dan menjual sistem yang canggih untuk helikopter militer, sistem autopilot, dan sistem peringatan senjata berpemandu laser.
Sejumlah negara membeli senjata buatan AS, seperti Indonesia, Arab Saudi, dan sejumlah negara yang sedang berperang. Kemudian pada 2017, negara-negara seperti Israel, Inggris, Mesir, Irak, dan Australia juga ikut membeli senjata AS.
Memang, senjata yang pernah dibuat AS tak pernah diragukan oleh negara-negara di dunia. Berikut 7 Senjata Tercanggih yang Pernah Dibuat AS.
Senjata laser mematikan berteknologi tinggi sudah dikembangkan beberapa negara di dunia, bahkan Amerika Serikat (AS) telah menggunakannya sebagai bagian dari kekuatan militer.
Penyempurnaan senjata yang didesain tanpa peluru ini terus dilakukan. Tidak hanya itu senjata laser mematikan ini memiliki karakter yang terbilang unik, karena kecepatannya langsung dapat menyasar ke target musuh yang diinginkan.
Bahkan, AS tak hanya penjualan senjata dan pengiriman pasukan militer, tetapi juga menjual bahan bakar untuk kendaraan tempur. Dua negara yang membeli bahan bakar tersebut yakni Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Tak diragukan memang kekuatan militer AS . Pada 2020, AS berada di peringkat 1 dari 138 dari negara-negara yang ditinjau oleh Global Firepower.
Tak tanggung-tanggung, Washington mengalokasikan US$ 750 miliar untuk anggaran militernya.
AS menghabiskan sebagian besar anggarannya untuk militernya. Sekarang pun, belum ada negara lain yang benar-benar dapat mengancam kekuatan militer AS. Pengeluaran militernya terus meningkat sebesar 7% selama dekade terakhir.
Kekuatan daratnya begitu tangguh. Negeri Paman Sam ini diperkirakan memiliki sekitar 1.400.000 personel militer aktif dan 860.000 personel cadangan.
Sehingga, AS memiliki total personel militer sebanyak 2,26 juta personel. Selain memiliki jumlah tentara yang cukup banyak, kendaraan tempur AS juga sangat mumpuni. Untuk tank saja, AS memiliki 6.289 unit.
China
Dalam satu dekade terakhir, kekuatan militer China terus dipacu. China meningkatkan anggaran militer, jumlah tentara, angkatan laut, hingga nuklir mereka.
Berdasarkan data Statista, China berada di posisi 3 dalam peringkat kekuatan militer dunia. China kini memiliki 2 juta tentara aktif. Platform penyedia data asal Jerman, China adalah yang terbesar dalam hal jumlah tentara aktif.
China saat ini sedang membangun angkatan bersenjatanya dengan cepat, yang terbaru dengan peluncuran kapal induk baru.
Presiden Xi Jinping telah memerintahkan angkatan bersenjata China untuk melakukan modernisasi pada tahun 2035. Xi mengatakan negaranya harus menjadi kekuatan militer kelas dunia, yang mampu berperang dan memenangkan perang pada tahun 2049.
Meski bukan yang terkuat, China memiliki kapal Angkatan Laut terbesar di dunia. Fujian, kapal induk tipe 003, diluncurkan di Shanghai pada Juni dan merupakan kapal perang paling canggih yang pernah dibuat di China.
Kapal itu adalah kapal induk ketiga China dan, tidak seperti dua lainnya, kapal itu dirancang oleh para insinyur China.
Profesional militer mengatakan sistem peluncuran pesawat elektromagnetik Fujian adalah kemajuan signifikan bagi angkatan laut China.
Ini memungkinkan pesawat untuk dikerahkan lebih cepat, dan memungkinkan kapal untuk membawa pesawat yang lebih berat.
Angkatan Laut AS sempat memperkirakan bahwa antara tahun 2020 dan 2040, jumlah total kapal angkatan laut China akan meningkat hampir 40%.
Sementara, pada November 2021, Departemen Pertahanan AS memperkirakan bahwa China akan melipatgandakan cadangan nuklirnya pada akhir dekade ini.
China, katanya, kemungkinan berniat untuk memiliki setidaknya 1.000 hulu ledak pada tahun 2030.
Para ahli di Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm, yang menerbitkan penilaian tahunan terhadap persediaan global juga mengatakan China telah meningkatkan jumlah hulu ledaknya selama beberapa tahun terakhir.
Meski begitu China masih jauh dari persediaan 5.550 hulu ledak AS, tetapi pembangunan nuklirnya dipandang sebagai salah satu ancaman terbesar bagi supremasi militer Barat.
Rusia
Dalam data yang disajikan oleh Statista, Rusia mempunyai 830.000 anggota militer aktif pada tahun 2023. Selain itu, negara ini juga diperkuat oleh 350.000 anggota dinas cadangan dan 250.000 pasukan paramiliter.
Rusia memiliki alutsista canggih yang dioperasikan oleh berbagai matra. Pada Angkatan Udara, misalnya, Global Firepower mencatat bahwa Rusia mempunyai lebih 4.182 unit total pesawat. Selain itu, ada 1.531 unit helikopter, 537 unit helikopter serang, 524 pesawat latih, serta masih banyak lagi.
Untuk Angkatan Darat, Rusia diperkuat oleh 12.000 tank dan 3.887 MLRS (Multiple-Launch Rocket System). Sementara itu, total aset milik Angkatan Laut Rusia mencapai 598 unit, yang terdiri dari fregat, kapal patroli, korvet, kapal selam, dan kapal penghancur.
Militer Rusia terus menjadi sorotan, karena masih melakukan serangan kepada Ukraina hingga kini.
Diketahui, Presiden Rusia Vladimir Putin, memerintahkan militernya untuk menyerang Ukraina sejak Februari 2022. Berbagai serangan yang diluncurkan Rusia secara gamblang memperlihatkan kekuatannya.
Pada Oktober 2022, Moskow meluncurkan rudal jelajah Kh-55 dan Kh-101, yang diluncurkan dari darat dan laut. Pasukan Rusia juga berulang kali memanfaatkan sistem rudal pertahanan permukaan ke udara S-300 untuk menyasar daratan Ukraina.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(aum/aum)