
Aneh, Mau Lebaran Kok Warga RI Malas Beli Baju Baru

Sebagai catatan, inflasi Maret 2023 (year on year/yoy) tercatat 4,97%, jauh lebih tinggi dibandingkan Maret 2022 yang tercatat 2,64%.
Nilai belanja pada Januari-Maret 2023 memang lebih tinggi dibandingkan pada kuartal I-2022. Namun, secara volume, hanya meningkat tipis.
Hanya wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara yang tumbuh dari sisi nilai volume.
Volume yang mengecil sementara secara nilai meningkat bisa menjadi sinyal naiknya barang-barang. Pasalnya, uang yang lebih besar justru hanya menghasilkan volume yang lebih kecil.
Untuk belanja barang tahan lama, nilai dan volume belanja pada kuartal I-2023 bahkan terkontraksi masing-masing 3,6% (yoy) dan 6,5% (yoy).
Nilai pembelian barang tahan lama tumbuh 7,5% sementara volumennya 1,6% pada kuartal I-2023. Pada kuartal I-2022, nilai belanja barang tahan lama tumbuh lebih dari 20%.
Selain Mandiri Spending Index, sejumlah indikator memang menunjukkan masyarakat masih menahan belanja, salah satunya inflasi.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi pada Maret 2023 tercatat 0,18% (month to month/mtm). Inflasi memang menanjak dibandingkan pada Februari 2023 yang menyentuh 0,16% (mtm).
Namun, inflasi terbilang sangat rendah dibandingkan periode Ramadan tahun-tahun sebelumnya. Dalam enam tahun terakhir, inflasi pada periode Ramadan menembus 0,42%.
Secara tahunan (year on year/yoy), inflasi pada Maret mencapai 4,97%. terendah sejak delapan bulan terakhir.
Inflasi inti pada Maret tahun ini tercatat 0,16% (mtm) dan 2,94% (yoy). Inflasi inti tahunan lebih rendah dibandingkan pada Februari yakni 3,09%.
Sebagai catatan, inflasi Indonesia bisanya mencapai puncak pada Ramadan dan Lebaran karena melesatnya permintaan akan barang dan jasa.
Semakin melandainya inflasi inti inilah yang mesti diwaspadai. Ekonom senior Bank Central Asia (BCA) Barra Kukuh Mamia menjelaskan melandainya inflasi inti bisa menunjukkan banyak hal, termasuk melemahnya daya beli.
"Ada banyak faktor dari melandainya inflasi inti, salah satunya adalah melemahnya daya belu. Big data kami (BCA) menunjukkan pengeluaran dan penerimaan dunia usaha telah memperlihatkan penurunan sepanjang Maret," tutur Barra, dalam laporannya Ramadan Inflation, but Without the Core.
Namun, Barra menambahkan melandainya inflasi inti pada Maret 2023 juga bisa disebabkan oleh tingginya basis perhitungan pada Maret 2022.
Data BI juga menunjukkan belum ada pergerakan signifikan terkait belanja masyarakat menjelang Ramadan.
Pertumbuhan uang beredar pada Februari atau sebulan menjelang puasa bahkan melandai ke 7,9% (yoy), dari 8,2% (yoy) pada Januari 2022.
Padahal, pertumbuhan uang beredar biasanya melonjak menjelang puasa.
Data Bank Indonesia (BI) juga menunjukkan penjualan eceran pada Februari turun 1,4% (mtm) pada Februari 2023, melanjutkan kontraksi pada bulan sebelumnya.
Kontraksi dua bulan beruntun jelas tidak biasa menjelang Ramadan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mae/mae)