SECTORAL INSIGHT

Produksi Rokok Maret Melesat, Malah Makin Ngebul Saat Puasa

mae, CNBC Indonesia
11 April 2023 10:45
Danil penjaga toko tembakau melinting rokok tembakau di ruko kawasan Ciputat, Tangerang Selatan, Jumat, 24/9. Penjualan rokok linting kini semakin diminati masyarakat, tidak hanya kalangan tua, tetapi juga oleh anak muda. Geliat rokok linting atau linting dewe (tingwe) yang dulunya dianggap lama, sekarang dapat bersaing dengan eksistensi rokok elektrik (vape). Danil mengatakan usaha menjual tembakau ini mulai sejak 2017 di Depok. "Awalnya hanya satu toko di jalan Damai, Depok, kini, Alhamdulillah udh buka cabang salah satu di Ciputat" katanya. Iya juga mengaku Pandemi ini banyak warga yang stok tembakau dan penjualan meningkat.  Iya juga mengatakan ada dua kriteria langganan yang sering belanja di toko dia. "Kalau tembakau itu ada dua kriteria pemberi antara hemat atau nyari rasa". "Sejak PPKM 2020 tahun lalu banyak warga yang di rumah aja dan mesti nyetok tembakau, sebab kalo beli stok rokok mahal, makanya dia hemat". Untuk harga tembakau disini harga normal dijual Rp 15 ribu dan yang paling mahal Rp 60 ribu. "Untuk tembakau yang mahal disini dijual Rp 60 ribu jenis tembakau nya Gayo putih". Jenis tembakau yang dijual disini beragam rasa seperti Vape dari rasa apel, pisang hingga mint. "Biasanya anak muda yang beralih ke tembakau pasti lebih nyari ke rasa" katanya. Seperti diketahui adanya kenaikan cukai hal tembakau yang mencapai rata-rata 21,55% pada awal 2020,  berdampak pada gerakan melinting rokok sendiri oleh perokok. Alvian salah satu pembeli mengatakan mengaku mulai melinting tembakau karena terbawa teman-temanya yang merasa terancam dengan kenaikan harga rokok. "Alasannya karena lebih murah aja, harga rokok lama lama naik, untuk perokok seperti saya Rp15 ribu bisa sampai lima bungkus" kata Alvian. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Rokok linting atau linting dewe (tingwe). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
  • Produksi rokok melonjak pada periode Ramadan 2023 sesuai pola musiman
  • Produksi rokok biasanya mencapai puncak pada periode Ramadan
  • Produksi rokok pada periode Ramadan 2023 masih di bawah pra-pandemi

Jakarta, CNBC Indonesia - Produksi rokok pada Maret 2023 atau periode Ramadan sudah melonjak. Namun, kenaikan produksi masih di bawah pra-pandemi.

Data Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan menunjukkan produksi rokok pada Maret 2023 menembus 29,45 miliar batang. Jumlah tersebut melonjak 21,1% dibandingkan bulan sebelumnya.

Namun, secara tahunan atau Maret 2022, produksi rokok pada Maret tahun ini anjlok 37,55%.

Secara keseluruhan, produksi rokok pada Januari-Maret 2023 mencapai 69,37 miliar batang. Jumlah tersebut anjlok 19,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Produksi rokok pada kuartal I-2023 bahkan menjadi yang terendah dalam lima tahun terakhir.

Secara historis, produksi rokok memang melonjak sebulan sebelum Ramadan dan puncaknya selama Ramadan.

Produksi rokok biasanya akan melonjak karena meningkatnya konsumsi, produsen rokok juga akan mengejar produksi selama Ramadan karena pabrik ditutup selama libur cuti bersama Lebaran.

Sebagai catatan, Ramadan tahun ini diperkirakan akan berlangsung pada 23 Maret-22 April 2022. Pada 2022, Ramadan jatuh pada 2 April-1 Mei. Produksi rokok melesat 86,7% (month to month/mtm) pada Maret.

Produksi rokok yang mencapai 29,45 miliar batang pada Maret 2023 lebih tinggi dibandingkan pada periode Ramadan 2021 dan 2022 di mana kondisi pandemi Covid-19 sangat berat.

Produksi rokok pada periode Ramadan 2020 yakni April dan Mei tercatat 29,50 miliar batang dan 15,6 miliar batang. Pada Ramadan 2021 yang jatuh pada April dan Mei, produksi rokok tercatat 26,8 miliar batang dan 20,03 miliar batang.

Produksi rokok pada periode Ramadan 2022 yang berlangsung hampir sepanjang April tercatat 19,17 miliar batang.

Jumlah produksi rokok periode Ramadan pada periode tersebut masih jauh dibandingkan pandemi Covid-19 di mana selalu di atas 30 miliar batang.

Rokok adalah salah satu produk konsumer yang paling banyak diminati warga Indonesia.

Di sejumlah wilayah, rokok bahkan dipakai sebagai 'hantaran' untuk sanak keluarga saat bersilaturahmi salaam Lebaran.

Berbeda dengan 2020-2022 di mana Indonesia dibayangi beratnya pandemi Covid-19, periode Ramadan tahun ini diharapkan lebih meriah.

Pelonggaran mobilitas serta pulihnya aktivitas ekonomi nasional membuat konsumsi diharapkan meningkat, termasuk rokok.

Data Mandiri Spending Index pada awal April 2023 menunjukkan konsumsi masyarakat sudah meningkat. Namun, peningkatan konsumsi hanya terjadi pada barang yang tidak tahan lama (non-durable goods). Termasuk dalam kategori non-durable goods adalah , termasuk makanan, baju, dan rokok.

Penjualan ritel juga sudah melonjak tetapi belanja fashion masih loyo.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(mae/mae)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation