Macro Insight

Ekonomi RI Bisa Terbang Karena THR dan Bulan Puasa

Revo M, CNBC Indonesia
19 March 2024 16:26
Muslim women attend mass prayers known as 'Tarawih' during the first evening of holy fasting month of Ramadan at the Great Mosque of Istiqlal in Jakarta, Indonesia, March 22, 2023. REUTERS/Willy Kurniawan     TPX IMAGES OF THE DAY
Foto: REUTERS/WILLY KURNIAWAN

Jakarta, CNBC Indonesia - Aktivitas masyarakat selama periode Ramadhan tahun ini diperkirakan akan meningkatkan pertumbuhan perekonomian Indonesia. Adanya  Tunjangan Hari Raya (THR), tingginya konsumsi masyarakat, serta bantuan dari pemerintah akan mendongkrak ekonomi.

Secara historis, periode Ramadan dan Lebaran adalah puncak konsumsi masyarakat di mana permintaan akan barang dan jasa melonjak tajam.

Besarnya arus mudik juga ikut mendongkrak roda ekonomi selama Ramadan. Kementerian Perhubungan memperkirakan pergerakan masyarakat selama masa Lebaran 2024 akan ada tren peningkatan mencapai 71,7% dari jumlah penduduk Indonesia atau sebanyak 193,6 juta orang.

Angka tersebut meningkat pesat dibandingkan potensi pergerakan masyarakat pada masa Lebaran 2023 yakni 123,8 juta orang.

Dari sisi konsumsi juga ditunjukkan bahwa hampir selalu tumbuh di atas 4% pada kuartal I sejak 2010 kecuali pada 2020 dan 2021.

Hal ini juga diungkapkan oleh Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro yang menyatakan bahwa konsumsi rumah tangga akan meningkat pada kuartal I-2024 didukung oleh bulan puasa dan imlek. Sebagai catatan, konsumsi masyarakat Indonesia secara historis mencapai puncaknya pada Ramadan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri. Konsumsi melesat karena besarnya permintaan akan barang dan jasa mulai dari makanan hingga transportasi.

Sementara pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga kuartal II sejak 2018 hingga 2023 selalu berada di atas 5% kecuali pada 2020 karena pada saat itu terdapat pandemi Covid-19. 
Sebagai catatan, bulan Ramadhan dan Lebaran selalu bergeser tiap tahun. Pada periode 2018-2020, Ramadhan dan Lebaran jatuh pada kuartal II dan kemudian Ramadhan bergeser ke kuartal I sejak 2021.

Ekonom senior Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rully Wisnubroto menilai kondisi ekonomi saat ini mulai normal dari dampak pandemi. Oleh karena itu, akan terdapat dampak positif dari THR terhadap pertumbuhan ekonomi, bertepatan dengan hari raya Lebaran sekitar 0,3 - 0,4% terhadap pertumbuhan ekonomi.

Optimisme ini juga diutarakan oleh Ekonom Senior BCA, Barra Kukuh Mamia menegaskan bahwa untuk 2024 ini, ada potensi tailwind dari bantuan sosial (bansos) sebelum pemilu sehingga transaksi belanja masyarakat dapat tumbuh 15-20% di minggu terakhir puasa.

Sebagai informasi, warga Muslim Indonesia biasa menjalani Ramadhan dan Lebaran dengan meriah. Pengecualian pada 2020 dan 2021, pemerintah membatasi mobilitas dan aktivitas selama Ramadan, seperti sholat Taraweh berjamaah. Mudik bahkan dilarang pada dua tahun tersebut untuk membatasi penyebaran Covid-19.

Namun, pembatasan mobilitas resmi dihapus sejak Ramadhan 2022 dan mudik juga diperbolehkan. Langkah tersebut diambil menyusul semakin melandainya kasus Covid-19.

Tidak adanya pembatasan aktivitas ibadah selama Ramadhan dan mudik berdampak besar terhadap tingkat konsumsi dan perputaran uang selama Ramadhan.

Besarnya dampak pelonggaran mobilitas selama Ramadhan dan Lebaran kepada laju ekonomi tercermin dari peredaran uang.

Bank Indonesia mempersiapkan uang layak edar (ULE) sebesar Rp197,6 triliun untuk memenuhi kebutuhan penukaran uang Rupiah pada momen Ramadan dan Idulfitri 2024. Jumlah ULE yang disediakan ini meningkat 4,65% dibandingkan realisasi tahun 2023 yang tercatat sebesar Rp188,8 triliun.

CNBC Indonesia Research

[email protected]

(rev/rev)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation