IPO Watch

MBMA Anak Usaha Merdeka Copper IPO, Harganya Kelewat Mahal?

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
10 April 2023 07:50
Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (23/11/2022). IHSG ditutup menguat 0,33 persen atau 23,53 poin ke 7.054,12 pada akhir perdagangan, sebanyak 249 saham menguat, 255 saham melemah, dan 199 saham stagnan. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (23/11/2022). IHSG ditutup menguat 0,33 persen atau 23,53 poin ke 7.054,12 pada akhir perdagangan, sebanyak 249 saham menguat, 255 saham melemah, dan 199 saham stagnan. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
  • MBMA hanya memiliki ROE 2,75% dan ROA 1,90% sehingga dalam mengelola modal dan aset terhadap laba bersihnya masih kurang efisien.
  • MBMA adalah anak perusahaan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dengan nilai saham 59,9%.
  • Volume penjualan wholesale mobil listrik berbasis baterai atau battery electric vehicle (BEV) di pasar domestik menurun 87% dari Desember 2022 ke Januari 2023.

Jakarta, CNBC Indonesia - Salah satu calon emiten di sektor barang baku yakni PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) tak lama lagi akan listing di Bursa Efek Indonesia pada 18 April 2023.

Harga penawaran berada di Rp780-Rp795 dengan jumlah saham yang ditawarkan sebesar 110 juta lot, market cap akan mencapai Rp 83,8 triliun - Rp 85,4 triliun. Untuk dana IPO yang akan di raih berkisar Rp8,5 triliun hingga Rp8,7 triliun.

Diketahui MBMA adalah anak perusahaan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dengan nilai saham 59,9%. Merdeka mengakuisisi aset-aset MBMA melalui serangkaian transaksi yang diselesaikan pada Mei 2022.

Setelah IPO MBMA berencana ekspansi meningkatkan kapasitas produksi nikel. Lalu bagaimana dengan valuasi dari MBMA apakah cukup menarik? Sebelum membahas valuasi, intip dulu penggunaan dana IPO dari MBMA.

Penggunaan dana IPO

Rasio Keuangan

MBMA dijual dengan harga premium, dapat dilihat PBV sudah berada di atas 2 yang berarti calon investor harus membayar dua kali lebih mahal.

Dalam menghasilkan Gross Profit Margin (GPM) MBMA berada di angka yang cukup kecil dengan margin 10,68%. Dimana angka tersebut adalah selisih dari pendapatan dengan beban pokok pendapatannya.

Net Profit Margin (NPM) MBMA tidak begitu buruk, berada di angka 9,33%. Dimana dalam menghasilkan laba bersih MBMA cukup baik. Return On Equity (ROE) MBMA berada di angka yang cukup kecil di 2,75%. Yang menandakan bahwa dalam mengelola modal terhadap laba bersih masih kurang efisien.

Return On Asset (ROA) MBMA berada di angka yang cukup kecil juga di 1,90%. Yang menandakan bahwa dalam mengelola aset terhadap laba bersih masih kurang efisien.

Namun dalam Debt to Equity (DER) MBMA berada di angka yang cukup sehat di 44,63%. Yang berarti total hutang tidak lebih besar dari total modal, sehingga dalam kemampuan membayar kewajiban terhadap modalnya cukup baik.

Dan secara Cash Ratio (CR) MBMA berada di angka yang cukup tinggi di 229,68%. Likuiditas MBMA cukup sehat, yang menandakan dalam membayar kewajiban lancar terhadap aset lancarnya cukup baik.

Kompetitor

Dalam industri nikel ada beberapa kompetitor dari MBMA. Jika melihat secara harga kewajaran rata-rata emiten di sektor komoditas nikel sudah overvalued alias mahal.

Secara sektoral Price Earning Ratio (PER) industri nikel dapat terbilang murah jika berada di bawah PER 20. Maka dari kelima emiten di atas yang masih terbilang murah adalah DKFT dan ANTM. Sedangkan untuk INCO dan NICL sudah berada di harga kewajarannya. Namun sayangnya untuk MBMA sudah terbilang mahal dengan PER hingga 154,8.

Dalam menghasilkan laba bersih INCO paling unggul, disusul oleh NICL dan DKFT. Sayangnya untuk MBMA dan ANTM masih berada di bawah NPM 10%. Namun angka tersebut tidak dapat dibilang buruk pula, hanya masih kurang maksimal dalam menghasilkan laba bersih.

Bisnis

Bisnisnya adalah perusahaan bahan baku baterai. PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) berada di Sulawesi Tengah dan Tenggara memiliki sejumlah portofolio aset bisnis yang merupakan rantai nilai baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) yang berkualitas tinggi.

Prospek Bisnis

Setelah IPO MBMA berencana ekspansi meningkatkan kapasitas produksi nikel. Saat ini MBMA memiliki dua pabrik pengolahan (smelter) berteknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) yang menghasilkan nickel pig iron (NPI).

Dua smelter ini dijalankan oleh PT Cahaya Smelter Indonesia dan PT Bukit Smelter Indonesia. Masing-masing smelter tersebut memiliki kapasitas 19.000 ton nikel per tahun, yang jika dijumlahkan menjadi 38.000 ton.

Namun ada satu smelter lagi yakni RKEF yang masih dalam tahap konstruksi, dengan kapasitas 50.000 ton. MBMA berharap smelter ketiga tersebut dapat beroperasi pada tahun ini.

MBMA juga berencana membangun pabrik peleburan nikel berteknologi High-Pressure Acid Leach (HPAL), dengan kapasitas masing-masing 120.000 ton, yang dibangun dalam kompleks Indonesia Konawe Industrial Park (IKIP).

Pembangunan pabrik ini akan dilakukan dua tahap, dengan operasional tahap pertama sebesar 60.000 ton. Pabrik ini akan mengambil limonit dari tambang Sulawesi Cahaya Minerals (SCM), yang merupakan salah satu sumber daya nikel terbesar di dunia yang sesuai dengan Joint Ore Reserves Committee (JORC).

MBMA yakin bisa mengambil peluang hilirisasi rantai nilai baterai kendaraan listrik. MBMA berusaha untuk memenuhi kebutuhan baterai kendaraan bermotor listrik dunia di masa depan.

Menurut perusahaan riset Wood Mackenzie memperkirakan, penetrasi kendaraan bermotor listrik secara global pada 2040 akan mencapai 69% dibandingkan penetrasi saat ini 19%. Sedangkan penjualan kendaraan listrik dunia diprediksi meningkat dari 16 menjadi 93 juta kendaraan antara 2022 dan 2040.

Hal ini lah yang membuat MBMA gesit untuk berekspansi untuk mendukung perkembangan kendaraan listrik dan menopang kinerja dari perseroan.

Menurut data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), volume penjualan wholesale mobil listrik berbasis baterai atau battery electric vehicle (BEV) di pasar domestik menurun 87% dari Desember 2022 ke Januari 2023.

Layak beli atau tidak?

Jika melihat dari harga kewajaran baik PBV dan PER IPO MBMA dijual dengan harga super premium alias overvalued. Sehingga calon investor penganut PBV di bawah satu tidak cocok dengan harga yang ditawarkan pada IPO MBMA.

Melihat dari penurunan pembelian mobil listrik hingga per Januari 2023 menjadi sentimen negatif bagi para pelaku bisnis kendaraan listrik dan juga perusahaan bahan baku baterai kendaraan listrik. Apakah kendaraan listrik dapat berkembang pesat terutama di Indonesia.

Hingga saat ini IPO MBMA belum menarik untuk harga yang ditawarkan saat ini. Mungkin setelah listing harga saham MBMA memberikan diskon dan turun di bawah harga kewajarannya, hal ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk para investor.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation