Macro Insight

Jelang Lebaran Inflasi Rendah, Orang RI Ngga Punya Uang?

mae, CNBC Indonesia
03 April 2023 14:40
Presiden Joko Widodo mengunjungi Pasar Wonokromo, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur, pada Sabtu, 18 Februari 2023, untuk mengecek harga bahan pangan seperti beras, minyak goreng, dan telur. Foto: BPMI Setpres/Muchlis Jr.
Foto: Presiden Joko Widodo mengunjungi Pasar Wonokromo, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur, pada Sabtu, 18 Februari 2023, untuk mengecek harga bahan pangan seperti beras, minyak goreng, dan telur. Foto: BPMI Setpres/Muchlis Jr.
  •  Inflasi Maret tercatat 0,18% (mtm) dan 4,97% (yoy)
  •  Inflasi Maret terbilang rendah dibandingkan periode Ramadan sebelumnya
  •  Permintaan yang rendah serta adanya panen raya ikut menekan inflasi Maret

Jakarta, CNBC Indonesia - Inflasi pada Maret 2023 tercatat 0,18% (month to month/mtm). Inflasi ini terbilang sangat rendah mengingat pada bulan lalu merupakan awal bulan Ramadan dan menjelang Lebaran.

Inflasi pada Maret lebih memang lebih tinggi dibandingkan pada Februari 2023 yang menyentuh 0,16% (mtm). Namun, inflasi terbilang sangat rendah dibandingkan periode Ramadan tahun-tahun sebelumnya.

Inflasi pada Maret juga jauh di bawah ekspektasi pasar. Polling CNBC Indonesia yang melibatkan 12 lembaga/institusi memperkirakan inflasi akan menembus 0,29% dibandingkan (mtm) dan 5,15% (year on year/yoy).

Secara tahunan, inflasi pada Maret mencapai 4,97%. Inflasi level tersebut adalah yang terendah sejak Agustus 2022 atau delapan bulan terakhir.

Inflasi inti pada Maret tahun ini tercatat 0,16% (mtm) dan 2,94% (yoy). Inflasi inti tahunan lebih rendah dibandingkan pada Februari yakni 3,09%.

Inflasi Indonesia biasanya mencapai titik puncak pada periode Ramadan karena ada lonjakan permintaan barang dan jasa. Dalam enam tahun terakhir, inflasi pada periode Ramadan menembus 0,42%.

Dalam enam tahun tersebut, inflasi rendah hanya terjadi pada Ramadan 2020 dan 2021 di mana pada periode tersebut penyebaran kasus Covid-19 masih sangat kencang.

Pada periode normal atau sebelum pandemi, inflasi Ramadan biasanya sangat tinggi. Pada periode Ramadan 2019, misalnya, inflasi Ramadan mencapai 0,62% sementara pada 2018 sebesar 0,54%.

Setidaknya ada tiga faktor mengapa inflasi pada Ramadan tahun ini melandai. Di antaranya permintaan yang masih melandai, panen raya, serta periode Ramadan yang baru berjalan sepekan pada Maret 2023.

"Memang permintaan menjelang Ramadan ini tidak setinggi seperti sebelum pandemi karena konsumsi masyarakat belum 100%. Dari sisi permintaan belum tinggi," tutur Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, pada konferensi pers hari ini, Senin (3/4/2023).

Sejumlah data memang menunjukkan jika aktivitas belanja masyarakat sebelum Ramadan masih 'sepi'

Pertumbuhan uang beredar pada Februari atau sebulan menjelang puasa bahkan melandai ke 7,9% (year on year/yoy), dari 8,2% (yoy) pada Januari 2022.
Padahal, pertumbuhan uang beredar biasanya melonjak menjelang puasa.

Data Bank Indonesia (BI) juga menunjukkan penjualan eceran pada Februari turun 1,4% (mtm) pada Februari 2023, melanjutkan kontraksi pada bulan sebelumnya.

Kontraksi dua bulan beruntun jelas tidak biasa menjelang Ramadan.

Ekonom Bank Danamon Irman Faiz menjelaskan salah satu penyebab melandainya inflasi Ramadan pada tahun ini adalah karena awal bulan Puasa jatuh pada akhir Marert
"Karena Ramadan baru mulai di minggu terakhir Maret maka kita belum melihat dampak penuh dari Ramadan," tutur Irman, kepada CNBC Indonesia.

BPS mencatat beberapa bahan pangan mengalami lonjakan harga dan menjadi penyumbang inflasi pada Maret. Di antaranya adalah beras, cabai rawit, rokok kretek filter, bawang putih, daging ayam ras, dan telur ayam ras.

Barang lainnya yang mengalami lonjakan harga adalah rokok putih, kontrak rumah, upah asisten rumah tangga, tarif angkutan udara, bensin, dan emas perhiasan.

Sementara itu, komoditas yang mengalami deflasi adalah cabai merah, bawang merah, dan tarif air minum PAM.

Beras masih menjadi salah satu penyumbang inflasi dengan andil 0,35% pada Maret.

Harga beras masih menjadi persoalan besar karena terus merangkak naik. Rata-rata harga beras pada Maret dibanderol Rp 13.292/kg atau naik 1,4% dibandingkan bulan sebelumnya.

Kenaikan harga beras akan melambungkan inflasi mengingat bobot beras dalam perhitungan inflasi terbilang besar yakni 3,33%.

Harga beras sudah merangkak naik sejak September 2022 dan belum juga menurun. Harganya sedikit melandai di beberapa kota karena ada panen raya.

diperkirakan baru akan melandai pada Maret sejalan dengan panen raya.

Dari 90 kota Indeks Harga Konsumen (IHK), beras mengalami kenaikan naik di 60 kota. Sebanyak 29 kota IHK mengalami penurunan sementara satu kota stagnan.

BPS mengingatkan sejumlah komoditas masih rawan menyumbang inflasi April tahun ini sejalan dengan melonjaknya permintaan menjelang Lebaran.

Di antaranya adalah tarif angkutan udara, daging sapi, daging ayam ras, bawang merah, telur ayam ras dan lain-lain.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular