
Siaga Satu! RI Terancam Diterjang Badai Finansial Pekan Ini

Bursa saham Paman Sam diguncang krisis yang menimpa Silicon Valley Bank (SVB). Bank tersebut kolaps pada Jumat (10/3/2023) setelah rencana pengumpulan dana mereka gagal.
Pada penutupan perdagangan terakhir, Jumat lalu, bursa Wall Street berdarah-darah.
Indeks Dow Jones ambruk 1,07% ke posisi 31.909, 64, indeks Nasdaq terperosok 1,76% di posisi 11.138,89. Sementara itu, indeks S&P anjlok 1,45% ke posisi 3.861,59.
Dalam sepekan, indeks Dow Jones jatuh 4,44% atau terburuk sejak Juni tahun lalu. Indeks S&P ambruk 4,55% sepekan sementara indeks Nasdaq anjlok 4,71%.
S&P sektor keuangan sempat anjlok pada 4,1% pada Kamis (9/3/2023), atau terburuk sejak Juni 2020. Penurunan tersebut salah satunya dipicu oleh ambruknya saham SVB Financial, indeks SVB, sebesar 60% pada Kamis pekan lalu.
SVB kolaps hanya 48 jam setelah berencana mengumpulkan dana sebesar US$ 2,25 miliar untuk menambah modal dan menyeimbangkan neraca mereka pada Rabu (8/3/2023).
Kolapsnya SVB ini bahkan dinilai sebagai kegagalan terbesar sejak Krisis Keuangan 2008/2009.Kejatuhan SVB bermula dari rencana mereka untuk menambah modal sekitar Rp 2,25 miliar pada Rabu (8/3/2023).
Sebesar US$ 1,25 miliar atau sekitar Rp 19,31 triliun diharapkan diperoleh melalui penjualan saham sementara sebesar US$ 500 juta atau sekitar Rp 7,7 triliun melalui saham preferen konvertibel.
SVB juga telah mengumumkan deal dengan perusahaan investasi General Atlantic senilai US$ 500 juta melalui penjualan saham.
Namun, upaya pengumpulan dana yang semula diharapkan bisa menyelamatkan perusahaan malah gagal. Investor melihat upaya SVB untuk menambah dana sebagai bentuk 'alert" jika kondisi mereka tidak baik-baik Saja.
Terlebih, SVB merugi hingga US$ 1,8 miliar atau sekitar Rp 27,8 triliun akibat menjual obligasi yang dimiliki mereka di bawah harga.
SVB menjual obligasi, sebagian besar adalah surat utang pemerintah AS, Bond yang dijual senilai US$ 21 miliar atau sekitar Rp 324,35 triliun.
Rata-rata yield pada bond tersebut di kisaran 1,79%, jauh di bawah yield saat ini di kisaran 3,9%. Akibatnya perusahaan merugi.
Persoalan keuangan SVB membuat nasabah dan investor mereka panik dan menarik uangnya secara besar-besaran.
Hingga Kamis (9/3/2023), penarikan modal dari SVB menembus US$ 42 miliar atau Rp 648,69 triliun.
Lembaga Penjamin Simpanan AS (FDIC) pada Jumat pekan lalu akhirnya mengumumkan jika SVB resmi ditutup dan kini berada di bawah pengawasan kurator.
Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen menegaskan tidak ada opsi bailout dalam upaya menyelamatkan SVB.
Pemerintah dan otoritas keuangan kini tengah menyiapkan sejumlah upaya penyelamatan SVB, termasuk dengan mencari investor baru ataupun menjual aset mereka. Namun, bailout bukan opsi.
"Selama Krisis Keuangan, ada banyak investor dan pemilik dari bank besar yang dibailout. Reformasi sudah dilakukan dan berjalan pada tempatnya. Kami tegaskan jika kami tidak akan melakukan bailout lagi," tutur Yellen, berbicara dalam program "Face the Nation" CBS, dikutip dari CNBC International.
Yellen mengatakan sistem perbankan saat ini sudah tangguh untuk menghadapi krisis seperti SVB.
Krisis bank SVB membuat sentimen positif dari pasar tenaga kerja redam. Pada Kamis pekan lalu (9/3/2023), AS mengumumkan jika jumlah pekerja yang mengajukan klaim pengangguran pada pekan yang berakhir per 4 Maret 2023 mencapai 211.000 orang.Jumlah tersebut naik 21.000 dibandingkan pekan sebelumnya.
Departemen Tenaga Kerja pada Jumat malam (10/3/2023) juga mengumumkan angka pengangguran AS mencapai 3,6% pada Februari 2023.
Angka tersebut naik dibandingkan 3,4% pada Januari dan di atas ekspektasi pasar di kisaran 3,4%. Kenaikan angka pengangguran seharusnya menjadi berita gembira karena diperkirakan akan menjadi pertimbangan Teh Fed untuk melunakkan kebijakan agresifnya.
Namun, sentimen tersebut tidak cukup kuat untuk menopang kinerja bursa Wall Street.
"Pasar keuangan kini mencoba katalis bullish tetapi tidak menemukan satupun," tutur Adam Sarhan, CEO of 50 Park Investments, dikutip dari CNBC International.
(mae/mae)