CNBC Insight

'Kiamat' Telur Hantui Jepang, Ajinomoto - McD Sampai Pusing!

Muhammad Azwar, CNBC Indonesia
10 March 2023 14:25
Telur Ayam
Foto: Telur Ayam (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah negara tengah dihadapkan pada krisis pangan global. Krisis menyebabkan harga bahan pangan seperti telur melonjak tajam hingga menyusahkan banyak negara.

Ketegangan antara Rusia-Ukraina, Pandemi Covid-19 dan perubahan iklim telah mengganggu perdagangan global sehingga harga pakan dan pakan ternak melonjak tajam.

Peternak ayam juga harus menghadapi masa rontok bulu ayam pada musim dingin dan wabah influenza avian (flu burung) global yang mengakibatkan kekurangan ayam di seluruh dunia, termasuk Jepang dan Taiwan.

Tingkatan krisis telur di Jepang bahkan sudah ke dalam tahap yang serius. Waralaba internasional dari McDonald's hingga 7-Eleven tak bisa lagi menawarkan menu favorit.

Wabah flu burung global terparah yang pernah terjadi kini dirasakan oleh sejumlah perusahaan ternama di Jepang, seperti McDonald's, 7-Eleven, dan produsen mayones Kewpie.

Dari 100 perusahaan restoran yang terdaftar di Jepang, 18 diantaranya telah menghentikan penjualan produk yang berkaitan dengan telur hingga hari Minggu kemarin.

Menurut Teikoku Databank, penurunan jumlah ayam yang tersedia hampir menggandakan harga jual ayam dari peternakan sebesar 327 (US$2,38) dari tahun sebelumnya.

Kenaikan harga ini berdampak pada McDonald's Holdings Co Japan Ltd yang harus menghentikan penjualan Teritama Muffin, sandwich sarapan yang biasanya tersedia di musim semi.

Selain itu, raksasa makanan cepat saji tersebut juga mengancam untuk sementara waktu menghentikan penjualan burger yang mengandung telur jika pasokan terus terganggu.

Sementara itu, 7-Eleven yang merupakan salah satu toko serba ada yang tersebar di Jepang, telah menghentikan penjualan beberapa produk telur pada bulan Januari lalu.

Namun, kekurangan telur yang terjadi di Jepang bukan hanya mempengaruhi industri makanan saja.

Produsen bumbu Kewpie Corp dan Ajinomoto Co telah mengumumkan kenaikan harga mulai bulan depan untuk produk seperti mayo dan saus tartar karena kenaikan biaya bahan baku.

Di Taiwan, jumlah ayam petelur turun dari 44,92 juta menjadi 32,04 juta pada akhir tahun lalu. Akar masalah masih berasal dari gangguan pangan global akibat invasi Rusia-Ukraina, pandemi Covid-19 serta wabah flu burung. 

Jumlah ayam petelur memang masih mencapai 30 juta ayam, jumlah yang seharusnya mencukupi permintaan.

Namun, pemangkasan lebih dari 10 juta ayam berdampak pada pasokan telur dan mengakibatkan harga telur naik, telur murah habis, dan restoran mengubah menu untuk mengurangi penggunaan telur.

Masalah telur ini telah menyebar di kalangan masyarakat Taiwan, bahkan orang-orang sibuk berdebat apakah mereka bisa menemukan telur yang tersedia atau tidak.

Meskipun harga makanan lainnya meningkat secara global, Taiwan adalah salah satu negara yang masih stabil dalam harga makanan selama krisis sejauh ini. 

Namun, Democratic Progressive Party Legislator Su Chih-feng telah mengusulkan agar pemerintah menggunakan dana impor untuk membantu peternak ayam memperbarui alat dan peralatan produksi mereka.

Sebaliknya, impor hanya bisa menyelesaikan masalah sementara dan tidak dapat menjadi solusi jangka panjang. 

Kondisi global yang tidak terduga membuat sulit bagi pemerintah Taiwan untuk mengelola pasar.

Oleh karena itu, pemerintah harus mengandalkan pasar bebas dan melakukan penyesuaian saat diperlukan. Selain itu, masyarakat perlu diberi edukasi untuk bersiap menghadapi fluktuasi harga.

Saat situasi global semakin sulit untuk dikendalikan dan keamanan pangan terus terancam, masyarakat Taiwan harus bekerja sama untuk menemukan solusi daripada saling menyalahkan.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular