Newsletter
Waspadalah! Kabar Baik Bakal Jadi Musibah Pasar Finansial

- Pasar keuangan Tanah Air masih mampu mencatatkan kinerja yang impresif pada penutupan perdagangan kemarin di tengah sentimen suku bunga The Fed yang masih menjadi kekhawatiran utama investor.
- Akhir pekan ini investor mencermati satu data ekonomi penting dari tenaga kerja AS yang akan memberikan sinyal arah suku bunga ke depan.
- Wall Street yang berakhir melemah membawa potensi perlemahan pada perdagangan hari ini. Apalagi, indeks acuan Tanah Air sudah menguat pada perdagangan kemarin sehingga mendorong aksi profit taking.
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Tanah Air mampu mencatatkan kinerja menggembirakan pada perdagangan kemarin Kamis (9/2/2023) setelah nyaris sepekan terakhir tertekan imbas pidato pejabat The Fed yang mengisyaratkan kenaikan suku bunga lebih tinggi. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu menghijau, dan rupiah mampu menguat.
Dari sisi IHSG pada penutupan perdagangan kemarin berakhir di zona hijau dengan apresiasi 0,35% ke 6.799,79. Dengan ini indeks acuan Tanah Air mampu menghijau 2 hari beruntun memperpanjang reli pada hari sebelumnya.
Terdapat 254 saham menguat, sebanyak 253 saham menurun dan 225 lainnya stagnan alias tidak berubah.Perdagangan menunjukkan nilai transaksi sekitar Rp 8,55 triliun dengan melibatkan18 miliar saham.
IHSG secara eksklusif diperdagangkan di wilayah positif dan menyentuh level tertinggi di 6.824,66 serta melanjutkan tren penguatan perdagangan kemarin. Asing tercatat melakukan aksi beli (net buy) jumbo sebesar Rp 531,99 miliar di pasar reguler.
Melansir dari Revinitiv, ada 8 dari total sektor menguat. Sektor energi menjadi sektor yang paling menguntungkan IHSG menguat 0,69% disusul sektor konsumen primer 0,65%. Sementara sektor konsumen non-primer menjadi yang paling beban melemah 0,60%. Berikut rinciannya.
Dari pasar keuangan lain Rupiah kembali tak berdaya di hadapan dolar AS. Nilai mata uang rupiah akhirnya menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Melansir dataRefinitiv,, rupiah ditutup di posisi Rp 15.420/US$1. Rupiah menguat tipis 0,06%.
Penguatan ini memutus tren negatif rupiah yang melemah dalam dua hari sebelumnya rupiah ambruk 0,92%.
Rupiah melemah dalam dua hari sebelumnya karena pelaku pasar khawatir dengan kemungkinan bank sentral AS (The Fed) yang akan tetap agresif.
Potensi kenaikan suku bunga Fed Fund Rate (FFR) yang lebih agresif dari perkiraan sebelumnya, berpotensi mendorong penguatan dolar Amerika Serikat (AS) lebih lanjut. Sehingga membuat tekanan pada nilai tukar rupiah.