FX insight

Ibarat Penjajah, Banyak Negara Mau "Merdeka" Dari King Dolar

Research - Muhammad Azwar, CNBC Indonesia
09 March 2023 17:25
U.S. Dollar and Chinese Yuan banknotes are seen in this illustration taken January 30, 2023. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration Foto: REUTERS/DADO RUVIC

Pasar keuangan AS yang lebih dalam dan fleksibel, norma-norma tata kelola perusahaan yang transparan, dan stabilitas dolar AS telah memastikan dominasi mata uang tersebut selama bertahun-tahun.

Namun, hal ini mulai berubah seiring jalannya waktu. Pangsa dolar AS dalam cadangan devisa dunia menurun dari sekitar 70% pada tahun 2000 menjadi sekitar 60% saat ini.

Sebaliknya, euro hanya mengalami peningkatan sedikit. Renminbi China tumbuh paling cepat sejak 2016 meskipun pangsa cadangan globalnya masih kurang dari 3 persen. 

Perkembangan ini menunjukkan bahwa dunia keuangan global semakin menuju ke arah multilateralisme.

Negara-negara kini memiliki lebih banyak insentif untuk beralih dari dolar dan mengembangkan alternatif baru yang lebih beragam.  Selama setahun terakhir, hal ini semakin terlihat ketika beberapa negara mempercepat transisi mereka untuk beralih dari dolar AS.

 China merupakan negara yang paling aktif dalam upaya de-dolarisasi. Pesaing terbesar AS dalam bidang ekonomi tersebut telah melakukan beragam kebijakan dan tindakan untuk meningkatkan penggunaan yuan sebagai mata uang internasional.

Namun, upaya Tiongkok bukanlah hal yang mudah karena dolar AS tetap menjadi mata uang dominan dalam sistem keuangan global.

Upaya China sebetulnya juga dilakukan negara lain. Negara-negara yang bergantung pada dolar AS dalam perdagangan mereka merasakan dampak buruk dari fluktuasi nilai dolar yang terus meningkat.

Mereka adalah negara yang membeli komoditas penting dalam jumlah besar, seperti bahan bakar dan makanan,

Negara seperti Argentina dan Brasil mencari opsi lain untuk mengurangi risiko fluktuasi nilai dolar dan meningkatkan kemandirian ekonomi mereka.

Beberapa negara di Asia Tenggara bahkan merencanakan pembuatan mekanisme di mana aplikasi seluler dapat digunakan untuk berdagang antar negara dalam mata uang lokal mereka tanpa bergantung pada dolar sebagai perantara.

Yuan, sebagai mata uang alternatif, telah menunjukkan tanda-tanda potensi dalam upaya de-dolarisasi.

Meskipun yuan belum dapat sepenuhnya dikonversi, beberapa negara seperti Irak, Bangladesh, dan Arab Saudi telah melakukan transaksi perdagangan dalam yuan. Rusia bahkan berencana untuk menyimpan semua pendapatan surplus minyak dan gasnya pada tahun 2023 dalam yuan.

CNBC INDONESIA RESEARCH

 [email protected]


[Gambas:Video CNBC]

(mae/mae)
HALAMAN :
1 2
Artikel Selanjutnya

Fenomena Buang Dolar di Mana-Mana, Malapetaka Ancam Amerika

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading