IPO Watch

Kas Minus Tapi GTRA Mau IPO, Ada yang Mau Beli?

Research - Susi Setiawati, CNBC Indonesia
06 March 2023 06:20
Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (23/11/2022). IHSG ditutup menguat 0,33 persen atau 23,53 poin ke 7.054,12 pada akhir perdagangan, sebanyak 249 saham menguat, 255 saham melemah, dan 199 saham stagnan. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto) Foto: Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (23/11/2022). IHSG ditutup menguat 0,33 persen atau 23,53 poin ke 7.054,12 pada akhir perdagangan, sebanyak 249 saham menguat, 255 saham melemah, dan 199 saham stagnan. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
  • Dalam laporan keuangan GTRA per 31 Agustus 2022 arus kasnya minus Rp33,1 miliar.
  • Penggunaan dana IPO GTRA salah satunya untuk membayar gaji karyawan dan angsuran.
  • Debt to Equity Ratio (DER) pada GTRA cukup tinggi di 235%. Tingginya hutang GTRA karena adanya fasilitas kredit perbankan dan hutang pembiayaan konsumen.

Jakarta, CNBC Indonesia - Sektor transportasi dan logistik akan kedatangan calon emiten baru, PT Grahaprima Suksesmandiri Tbk (GTRA) yang akan listing pada 30 Maret 2023.

Dimana harga penawaran awal Rp100-Rp150, dengan saham yang ditawarkan sebanyak 3.788.750 lot dan market cap Rp37,8 milyar-Rp 56,8 miliar.

Namun ada yang menarik perhatian dalam prospektus GTRA dimana kas GTRA minus per 31 Agustus 2022. Sedangkan GTRA berencana akan membagikan dividen. Jika GTRA tidak memperbaiki arus kasnya, maka apakah akan mampu membagikan dividen nantinya?

Mari bahas secara kinerja keuangan dan bisnisnya. Sebelum itu investor harus mengetahui untuk apa penggunaan dana IPO dari GTRA.

Penggunaan dana IPO

Penggunaan dana IPI GTRA akan digunakan untuk:
- 64,80% atau sekitar Rp36.825.000.000 akan digunakan untuk belanja modal Perseroan untuk pembelian 38 unit truk.
- 35,20% akan digunakan untuk modal kerja Perseroan, termasuk namun tidak terbatas untuk biaya pengiriman, servis, membeli ban mobil, gaji karyawan, membeli GPS, pembayaran angsuran, dll.

Valuasi

Dalam rasio keuangan per 30 November 2022. Dimana harga kewajaran GTRA bisa terbilang murah jika listing dengan harga Rp100 dimana PBV nya masih di bawah angka satu dengan 0,82. Jika GTRA listing dengan harga Rp150 maka PBV nya menjadi di atas satu dengan 1,13.

Secara Gross Profit Margin (GPM) GTRA berada di angka margin yang baik di 44,83%. Dimana keuntungan pendapatan dengan beban pokok pendapatannya sebesar 44,83%.

Secara Net Profit Margin (NPM) GTRA berada di angka yang kurang menarik di 6,96%. Dimana kemampuan menghasilkan laba sekitar 6,96%.

Secara Return On Equity (ROE) berada di 7,01%. Angka ini masih kurang baik, berada di bawah ROE baik di 8,32%. Sehingga GTRA perlu melakukan efisiensi dalam mengelola modal terhadap labanya.

Kemudian secara Return On Asset (ROA) berada di 2,09%. Angka ini juga kasih cukup kurang menarik, berada di bawah ROA baik di 5,98%. Berarti GTRA perlu melakukan efisiensi dalam mengelola aset terhadap labanya.

Dan cukup mengejutkan Debt to Equity Ratio (DER) pada GTRA cukup tinggi di 235%. Dimana angka ini cukup buruk, hutang GTRA besar karena adanya fasilitas kredit perbankan dan hutang pembiayaan konsumen.

Secara Cash Ratio (CR) GTRA berada di angka yang tidak terlalu buruk di 70%. Namun angka ini belum cukup ideal di atas 100%. Sehingga kemampuan dalam membayar kewajiban lancar terhadap kasnya masih perlu ditingkatkan.

Selain rasio, investor dapat melihat dari pertumbuhan laba GTRA.

gtraFoto: Prospektus GTRA

Dapat di lihat dari laporan keuangan per November 2022 terdapat lonjakan pada pendapatan GTRA jika dibandingkan periode November 2021. Pendapatan naik sebesar 40,72% dari Rp138milyar menjadi Rp195 milyar. Kenaikan pendapatan disebabkan oleh meningkatnya orderan dan GTRA juga menambah jumlah armada.

Namun di sisi beban, terjadi juga peningkatan pada beban umum dan administrasi pada periode November 2022 menjadi Rp31 milyar dari sebelumnya Rp 19,4 milyar pada periode November 2021.

Peningkatan juga terjadi pada beban pembiayaan musyawarah menjadi Rp5,4 milyar dari sebelumnya Rp1,9 milyar. Beban lain-lain juga meningkat menjadi Rp2,6 milyar dari sebelumnya Rp695 juta. Dan terjadi juga pada beban pajak penghasilan menjadi Rp6,9 milyar dari sebelumnya Rp2,9 milyar pada periode November 2021 ke 2022.

Namun kenaikan beban-beban ini masih tertutupi oleh tingginya pendapatan sehingga pada laporan keuangan per 30 November 2022 GTRA berhasil membukukan laba bersih Rp13,6 milyar atau naik 42,16% dari periode sebelumnya.

Selain itu, dalam prospektus GTRA, mulai tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2024 dan seterusnya, Perseroan akan membagikan dividen tunai secara kas sebanyak-banyaknya 20% dari Laba Bersih Perseroan.

Jika perseroan berniat ingin membagikan dividen nantinya, maka investor harus melihat dari sisi arus kas perseroan, mampu atau tidak.

Dalam laporan keuangan arus kas GRTA per 31 Agustus 2022, justru kas GTRA minus. Bagaimana perseroan mampu membagikan dividen jika kasnya saja justru minus. Ini akan menjadi pr untuk GTRA memperbaiki kasnya ke depan.

Mari cek laporan arus kas per 31 Agustus 2022.

Prospektus GTRAFoto: Prospektus GTRA

Jika dilihat dalam laporan keuangan GTRA per 31 Agustus 2022 arus kasnya minus Rp33,1 milyar. Padahal jika dilihat bahwa pada arus kas aktivitas operasional terjadi kenaikan dari penerimaan pelanggan sebesar Rp 121,9 milyar yang sebelumnya Rp90 milyar. Terdapat juga kenaikan pada arus kas aktivitas pendanaan dari penerimaan setoran modal sebesar Rp85 milyar.

Namun kenaikan penerimaan tersebut tidak sebanding dengan tingginya pengeluaran kas. Dimana terdapat kenaikan pada penambahan uang muka pembelian aset dari Rp134juta menjadi 43,7 milyar. Kemudian juga terdapat kenaikan pada pembayaran pinjaman dari Rp19,3 milyar menjadi Rp34,3 milyar. Dan pembayaran utang pembiayaan konsumen dari Rp19,3 milyar menjadi Rp42,8 milyar.

Selain itu terdapat penurunan neto kas sebesar Rp7,6 milyar dan kas awal periode yang juga masih minus di Rp25,5 milyar. Hal ini lah yang menjadi faktor minusnya arus kas GTRA periode akhir Agustus 2022.

Lanjut bahas bisnis dari GTRA.

Bisnis

PT Grahaprima Suksesmandiri Tbk (GTRA) memiliki kegiatan usaha utama yang bergerak dalam bidang angkutan bermotor untuk barang umum.

Berikut adalah kegiatan usaha yang dijalankan Perseroan:
a) Kegiatan Usaha Utama:
- Angkutan darat untuk barang
- Pergudangan dan penyimpanan
- Aktivitas konsultasi manajemen
- Perdagangan mobil
- Reparasi dan perawatan mobil

b) Kegiatan Usaha Penunjang:
- Angkutan darat lainnya untuk penumpang
- Aktivitas penunjang angkutan lainnya
- Perdagangan suku cadang dan aksesori mobil.

Kompetitor

Secara PBV terlihat GTRA murah jika nantinya listing dengan harga Rp100 dimana pbv hanya 0,83. Lalu disusul dengan LRNA dan WEHA yang masih undervalued. Untuk ASSA dan BPTR sudah terbilang mahal atau overvalued berada di PBV di atas satu.

Secara margin GTRA lebih unggul dibandingkan empat emiten lainnya. Disusul dengan BPTR dan WEHA. Untuk ASSA dan LRNA memiliki margin yang tidak terlalu besar antara pendapatan dengan beban pokok pendapatannya.

Secara Net Profit Margin (NPM) dalam kemampuan menghasilkan laba bersih, WEHA terbilang cukup unggul dibandingkan keempat emiten lainnya, namun sebenarnya angka 9,73% bukanlah angka NPM ideal. Lalu disusul oleh BPTR, GTRA dan ASSA. Untuk LRNA NPM nya cukup buruk di -15,62% dikarenakan pada laporan keuangan kuartal III 2022 LRNA masih membukukan kerugian.

Prospek Bisnis

BPSFoto: BPS

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) PDB sektor transportasi dan pergudangan tumbuh tertinggi dibandingkan sektor-sektor lainnya yakni tumbuh 16,99%.

Supply Chain Indonesia (SCI) memprediksi kontribusi lapangan usaha atau sektor transportasi dan pergudangan terhadap produk domestik bruto (PDB) menembus angka Rp 1.090,2 triliun pada 2023.

SCI optimis karena melihat hasil pertumbuhan PDB sektor transportasi dan pergudangan yang naik signifikan pada tahun 2022.

Per 1 Maret 2023 BBM nonsubsidi naik yaitu Pertamax, Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex. Kenaikan BBM untuk beberapa jenis bensin juga akan berpengaruh pada sektor transportasi, terutama bagi kendaraan khusus yang harus menggunakan BBM nonsubsidi. Sehingga hal ini akan berdampak pada kenaikan biaya operasional dan dapat mengurangi hasil laba.

Layak beli atau tidak?

Jika investor melihat dari GTRA menghasilkan laba bersih memang terbilang kecil, angka Net Profit Margin-nya hanya di 6,96%. Dalam hal ini GTRA harus mampu mengefisiensikan biaya agar tidak menggerus laba bersihnya, karena secara Gross Profit Margin dari pendapatan dengan beban pokok pendapatan cukup tinggi di 44,83% namun hasil akhir laba bersihnya kecil dikarenakan beban-beban lainnya.

Selain itu yang harus menjadi perhatian perseroan adalah kas akhir periode, dimana per 31 Agustus 2022 kas GTRA masih minus Rp33,1 milyar. Bagaimana perseroan akan membagikan dividen jika kasnya saja minus.

Secara prospek bisnis memang cukup menarik di tahun 2023 jika resesi benar-benar tidak terjadi dan suku bunga tetap bertahan bahkan turun. Jika sebaliknya maka akan menjadi kekhawatiran untuk sektor transportasi.

Selain itu kenaikan BBM nonsubsidi juga perlu digarisbawahi untuk transportasi yang menggunakan BBM nonsubsidi. Hal ini dapat membuat biaya operasional membengkak dan berujung pengurangan hasil laba bersih.

Sehingga untuk saat ini GTRA belum terlalu menarik melihat kasnya yang masih minus. Sehingga perseroan perlu melakukan pembenahan untuk mengatasi kas tersebut. Namun jika melihat prospek bisnis logistik 2023 bisa dipertimbangkan sembari menunggu perbaikan kinerja pada GTRA setelah listing.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)

[Gambas:Video CNBC]