
Deretan Saham IPO Akhir 2022, Siapa Tercuan?

Jakarta, CNBC Indonesia - Investasi saham dengan mengikuti penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) merupakan salah satu langkah paling umum untuk meningkatkan kekayaan di pasar ekuitas. Sejak awal pelayan VOC, masyarakat di dunia dengan kapital dan pemahaman finansial yang cukup ramai-ramai berinvestasi pada perusahaan yang dirasa dapat tumbuh signifikan dengan dorongan dana segar yang baru digalang.
Meski terdengar sederhana, investasi di saham-saham IPO nyatanya tidak selalu berakhir bahagia. Sebagian ada yang cuan besar, seperti yang terjadi pada Adaro Minerals (ADMR) tahun lalu, atau sebaliknya investasinya malah menguap karena kinerja saham perusahaan yang boncos seperti yang terjadi di sejumlah perusahaan terbuka eks unicorn.
Penilaian saham-saham IPO sendiri dapat dilakukan dengan berbagai hal, baik itu secara fundamental dari laporan kinerja keuangan atau membandingkan sejumlah rasio tertentu dengan emiten lain dalam sektor dan industri yang sama untuk menentukan harga saham masih tergolong murah atau mahal dari sisi valuasi.
Metrik lain yang juga patut diperhatikan adalah prospek bisnis dan industri untuk jangka menengah dan panjang yang tentu akan mempengaruhi kinerja pendapatan dan laba perusahaan. Faktor tersebut dapat dipengaruhi oleh banyak hal mulai dari kebijakan moneter hingga kondisi geopolitik global.
Sebagai contoh, sejumlah perusahaan yang bergerak di sektor kesehatan yang IPO kala pandemi sedang tinggi-tingginya kinerja sahamnya ikut terdorong karena antusiasme investor. Begitu juga perusahaan batu bara yang melantai di tengah memanasnya konflik di Eropa Timur yang melambungkan harga komoditas global ikut menjadi bahan bakar bagi emiten tersebut.
Sebaliknya emiten teknologi yang mengandalkan pertumbuhan (gworth) geraknya di pasar modal ikut terkendala karena skeptisisme investor yang jauh lebih mengukur langkahnya kala kebijakan moneter ketat atau sedang diperketat. Kondisi itu berbanding terbalik ketika 'uang murah' melimpah - era suku bunga rendah - di mana banyak perusahaan teknologi dengan janji pertumbuhan mengalami kenaikan harga saham yang pesat.
Tidak ada rumus pasti atau formula jitu dengan tingkat keberhasilan 100% untuk meramal kinerja saham IPO kala melantai jadi perusahaan publik. Namun dengan bantuan sejumlah analisis seperti yang telah disebutkan sebelumnya, setidaknya investor dapat lebih yakin menentukan pilihan investasi di saham IPO dengan risiko yang terkendali.
Kinerja Saham IPO Sejak Kuartal IV 2022
Secara umum, IPO yang dilakukan sepanjang kuartal terakhir tahun lalu dapat dikatakan cukup memuaskan. Tentu dengan sejumlah catatan penting yang ikut mengiringi.
Dari enam belas emiten yang memulai debutnya pada tiga bulan terakhir tahun lalu, hampir dua pertiganya masih mencatatkan retun positif dalam kinerja saham setelah sebulan atau 22 hari perdagangan melantai di bursa saham. Artinya, ketika investor membeli saham IPO pada medio tersebut, peluang untuk memperoleh cuan jauh lebih besar dari pada mengalami kerugian.
Sejumlah saham mencatatkan kinerja fantastis, bahkan ada yang naik ratusan persen dan selalu menyentuh batas auto rejection atas (ARA) dalam sepekan awal - lima hari - perdagangan di bursa. Mayoritas tumbuh positif meski moderat dan sejumlah kecil lainnya mencatatkan kinerja negatif.
Sebagai gambaran, apabila investor menanamkan modal - asumsi semua dapat dikonversi menjadi saham - sama rata pada seluruh saham IPO kuartal keempat tahun 2022, maka secara total investor akan selalu memperoleh keuntungan.
Apabila investor membeli seluruh saham IPO kuartal terakhir tahun lalu dan memutuskan segera melepas kepemilikan satu hari pasca melantai, secara kumulatif return yang diperoleh mencapai 15%. Apabila investor memilih hanya mau memegang selama sepekan atau lima hari return yang diperoleh 27%.
Lalu berapa besar cuan yang dihasilkan oleh investor apabila berinvestasi di saham IPO? Berdasarkan perhitungan Tim Riset CNBC Indonesia, apabila investor membeli masing-masing Rp 1 juta - asumsi semuanya dapat dikonversi menjadi saham - pada seluruh saham IPO kuartal IV-2022, maka secara kumulatif total keuntungan jika saham tersebut dipegang selama sebulan (22 hari) mencapai Rp 4,5 juta atau setara dengan return 30%.
Meski demikian kinerja saham IPO tidak selamanya sama dan sangat dipengaruhi oleh berbagai sentimen yang menggerakkan pasar. Saham-saham yang sebelumnya sempat melonjak signifikan di awal pencatatan dapat ambles di kemudian hari. Begitu juga sebaliknya.
Investor tentu perlu terus memantau pergerakan saham yang dikoleksi dan mengukur di angka berapa akan mengambil keuntungan (take profit) atau memotong kerugian (cut loss).
Lalu bagaimana dengan kinerja saham IPO tahun 2023? Hingga saat ini tercatat telah ada delapan emiten baru yang melaksanakan pencatatan di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak awal tahun.
Pada akhir perdagangan Senin (16/1), enam dari delapan emiten baru membukukan kinerja positif atau harga sahamnya masih diperdagangkan lebih tinggi dari harga IPO. Sementara dua lainnya mencatatkan kinerja negatif dan nyaris setiap hari berakhir di batas auto rejection bawah (ARB).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(fsd)