Fundamental Pundit

Fundamental Tak Menarik, Saham Maybank (BNII) Turun Terus

Research - Tim Riset, CNBC Indonesia
28 February 2023 13:30
FILE PHOTO - Maybank Tower, the headquarters of Maybank, is seen in Kuala Lumpur April 5, 2013.   REUTERS/Bazuki Muhammad/File Photo Foto: REUTERS/Bazuki Muhammad/File Photo
  • Saham Downtrend, BNII berbeda arah dengan bank lain
  • Valuasi yang terlihat menarik tidak ditopang oleh fundamental yang ciamik
  • Perlu menunggu perbaikan kinerja untuk mempertimbangkan saham BNII ke depan

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII) mengambil jalan berbeda dengan raksasa perbankan RI. Saham ini dalam tren menurun (downtrend), sedangkan fundamental Maybank Indonesia juga tidak berkemilau sepanjang 2022.

Selama setahun terakhir, saham BNII anjlok lebih dari 22%, sedangkan dalam 5 tahun belakangan ambles 19,04%. Sempat berada di level Rp458/saham pada 2021, per Senin (27/2/2023), saham BNII diperdagangkan di harga Rp228/saham.

Sekilas valuasi saham BNII terlihat menarik. Namun, semua akan terlihat jelas apabila melihat jeroan bank ini.

Tidak seperti peers-nya, laba bersih Maybank Indonesia malah turun 11,72% secara tahunan menjadi Rp1,47 triliun sepanjang 2022. Padahal, BNII berhasil membukukan pendapatan bunga dan syariah bersih Rp7,21 triliun atau naik 1,29% yoy.

Sedangkan, laba sebelum pajak tercatat sebesar Rp2,04 triliun, turun 7,4% dari Rp2,20 triliun pada tahun sebelumnya.

Menurut manajemen, hal ini disebabkan terutama oleh penurunan loan yields akibat persaingan ketat di industri, serta penurunan pendapatan dari Global Markets (GM), Bancassurance dan Wealth Management.

Hal positifnya, BNII membukukan biaya dana (cost of funds) membaik dan membukukan provisi yang lebih rendah, seiring dengan membaiknya kualitas kredit.
Marjin Bunga Bersih (Net Interest Margin/NIM) konsolidasian juga meningkat sebesar 36 bps menjadi 5,1% pada Desember 2022. NIM ini terbilang baik, masih di atas industri 4,79%.

Ini didukung oleh biaya dana yang lebih rendah dan saldo CASA yang lebih tinggi, serta pertumbuhan pembiayaan otomotif dengan marjin yang lebih tinggi.
Dari segi likuiditas, BNII membukukan dana murah atau CASA sebesar Rp54,35 triliun, didukung oleh kenaikan pada rekening Giro sebesar 0,2% menjadi Rp32,43 triliun dan rekening Tabungan sebesar Rp21,91 triliun.

Di sisi lain, bank juga mampu mengurangi simpanan berbiaya tinggi yaitu deposito berjangka yang turun 15,3% menjadi Rp51,36 triliun dari Rp60,63 triliun pada tahun sebelumnya. Hal ini menjadikan total simpanan nasabah tercatat turun 8,0% yoy.

Rasio CASA pun membaik dari 47,2% pada Desember 2021 menjadi 51,4% pada Desember 2022. Namun, rasio CASA BNII masih lebih rendah dari sejumlah peers. Sebut saja, Bank Permata dengan rasio CASA 58% dan Bank Danamon 63,9% per Desember 2022.

Rasio Kredit terhadap Simpanan/Loan to Deposit (LDR Bank only) tercatat pada level yang sehat yaitu 86,9% pada Desember 2022 dari 76,3% pada Desember 2021, dan rasio Kewajiban Pemenuhan Kecukupan Likuiditas/Liquidity Coverage Ratio(LCR Bank only) sebesar 168,5% pada Desember 2022, berada di atas tingkat minimum yang diwajibkan regulator yakni sebesar 100%.

Lebih lanjut, Rasio Kecukupan Modal/Capital Adequacy Ratio(CAR) tetap kuat sebesar 26,7% pada Desember 2022, dengan total modal sebesar Rp28,86 triliun pada akhir Desember 2022. CAR BNII memang masih di atas rata-rata industri 25,5%.

Maybank Indonesia mencatat pendapatan fee (fee-based income) turun 15,8% pada 2022. Ini disebabkan oleh pendapatan fee Global Market yang turun 62,7% (yoy) akibat kenaikan suku bunga global dan volatilitas pasar.

Adapun, total kredit tumbuh 5,9% menjadi Rp107,82 triliun dari Rp101,77 triliun pada tahun sebelumnya yang didukung oleh peningkatan pembiayaan pada segmen korporasi dan ritel.

Seiring dengan itu, rasio kredit bermasalah atau Non-Performing Loan (NPL) konsolidasian tercatat membaik menjadi 3,5% (gross) dan 2,3% (net) pada Desember 2022 dari 3,7% (gross) dan 2,6% (net) pada Desember 2021.

Sementara itu, saldo NPL BNII turun 1,5% yoy dan rasio Loan at Risk (LAR) (Bank only) membaik menjadi 12,7% pada Desember 2022 dari 18,0% pada tahun sebelumnya.
Untuk rasio profitabilitas, yang biasa menjadi perhatian investor, BNII masih di bawah industri.

Rasio return on assets (ROA) BNII tercatat turun dari 1,34% pada 31 Desember 2021 menjadi 1,25% pada 31 Desember 2022. Angka tersebut masih di bawah rerata industri 2,49%.

Untuk return on equity (ROE) BNII yang sebesar 5,44%, angka ini juga di bawah peers dan industri.

ROE NISP, misalnya, sebesar 9,72%, BDMN (7,05%), PNBN (6,97%), BTPN (8,89%). Kendati, ROE BNII masih di atas beberapa bank lainnya, seperti BNLI (5,35%).
Sebagai informasi, rerata ROE industri tercatat sebesar 8,95%.

Soal Valuasi

Dengan menggunakan metrik populer untuk perbankan, rasio price-to book value (PBV) yang sebesar 0,63 kali (di bawah industri 2,03 kali dan peers), valuasi BNII sekilas terlihat undemanding alias murah.

Namun, seperti disinggung di muka, downtrend panjang yang juga diikuti kinerja keuangan yang tertekan adalah alasan kenapa rasio PBV BNII rendah.
Sementara, rasio price-to earnings (P/E) atau PER BNII (12,42 kali) mendekati rerata industri (12,99 kali). Bukan indikasi yang baik.

Untuk saat ini, rasio rendah yang tidak dibarengi performa keuangan yang ciamik, tidak bisa menjadi alasan yang tepat untuk masuk ke saham anak usaha bank Malaysia Maybank Berhad tersebut.

Barangkali, apabila bank mulai melakukan perbaikan kinerja ke depan dan memperbaiki sejumlah rasio keuangan, valuasi anyar BNII akan terbuka.

Kabar baiknya, sektor perbankan yang menjadi backbone ekonomi RI dan IHSG tetap menjanjikan pada tahun ini.

Bank Indonesia (BI) sendiri memprediksi, pertumbuhan kredit untuk 2023 di kisaran 10-12 secara tahunan (YoY). Raksasa bank Tanah Air juga pede dengan proyeksi peningkatan kredit di kisaran 10,5-10,9% secra tahunan. Sedangkan, laba perbankan diprediksi akan meningkat 12-17% selama 2023.
Mari menunggu angin perubahan BNII.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research, divisi penelitian CNBC Indonesia. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau aset sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(pap/pap)

[Gambas:Video CNBC]