Pesta Bubar! Belum 2 Bulan Harga Batu Bara Sudah Ambrol 50%
- IHSG masih belum mampu melaju kencang lagi, sementara rupiah dan SBN mencatat penguatan Kamis kemarin.
- Kinerja Wall Street sebagai kiblat bursa saham dunia juga mengecewakan, pelaku pasar masih khawatir The Fed akan kembali agresif menaikkan suku bunga.
- Harga batu bara sangat volatil di pekan ini, bahkan sepanjang tahun sudah ambrol sekitar 50%.
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) harus berakhir melemah Kamis kemarin, padahal nyaris sepanjang perdagangan berada di zona hijau. Sementara rupiah dan Surat Berharga Negara (SBN) sukses menguat.
Pada perdagangan Jumat (10/2/2023), ada risiko ketiganya akan kembali rontok, sebab banyak sentimen negatif dari eksternal dan dalam negeri, yang dibahas pada halaman 3 newslettter ini.
IHSG kemarin berakhir melemah 0,62% ke 6.897.36. Sebanyak 316 saham melemah, 212 saham mengalami kenaikan, dan 204 saham lainnya mendatar.Nilai transaksi mencapai Rp 10triliundengan melibatkan lebih dari36,58miliar transaksi saham.
Merosotnya IHSG menjelang penutupan perdagangan tak lepas dari berjatuhannya saham PT Gojek Tokopedia Tbk(GOTO), PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) PTAstra International Tbk (ASII), Merdeka Copper dan Elang Mahkota.
Sementara itu rupiah sukses menguat tipis 0,03% melawan dolar AS ke Rp 15.090/US$. Kemudian SBN di semua tenor imbal hasilnya (yield) mengalami penurunan.
Pergerakan harga obligasi berbanding terbalik dengan yield. Ketika harga naik yield akan turun, begitu juga sebaliknya. Ketika harga naik, artinya ada aksi beli.
Dari dalam negeri, rilis data penjulan ritel sedikit mengecewakan. Bank Indonesia (BI) melaporkan penjualan eceran bulan Desember hanya tumbuh 0,7% year-on-year (yoy), jauh di bawah bulan sebelumnya 1,7% (yoy).
Namun, BI memprediksi penjualan ritel pada bulan Januari akan naik 1,7% (yoy). Hari sebelumnya, BI melaporkan indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Januari 2023 yang naik menjadi 123, lebih tinggi dari 119,9 pada Desember 2022.
"Menguatnya keyakinan konsumen pada Januari 2023 didorong oleh Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang tercatat meningkat pada seluruh komponen pembentuknya, terutama Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha dan Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja," ungkap Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Rabu (8/2/2023).
Kenaikan IKK bisa menjadi indikasi konsumen akan meningkatkan belanja. Mengingat konsumsi rumah tangga berkontribusi sekitar 50% dari PDB, maka kenaikan IKK bisa memberikan sentimen positif ke pasar finansial.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Wall Street Ikuti IHSG
(pap/pap)