
Naik-Turun Ala Ketua The Fed yang Bikin Dunia Cerah Lagi

- Kenaikan harga saham sektor energi mampu mendongkrak kinerja IHSG pada perdagangan Selasa, tetapi sayangnya rupiah dan SBN masih terpuruk.
- Wall Street akhirnya bangkit setelah merosot dua hari beruntun yang bisa memberikan sentimen positif ke pasar finansial RI.
- Ketua The Fed menyebut inflasi mulai menurun, yang menjadi kunci pergerakan pasar.
Jakarta, CNBC Indonesia - Tekanan eksternal yang cukup besar tidak menghalangi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk menguat Selasa kemarin. Tetapi, nasib berbeda dialami rupiah dan Surat Berharga Negara (SBN)
Pada perdagangan Rabu (7/2/2023) pernyataan ketua bank sentral Amerika Serikat bisa memicu pergerakan besar di pasar finansial Indonesia. Ke mana arahnya? dan faktor-faktor yang menjadi movers hari ini di bahas pada halaman 3.
Kemarin, IHSG sukses mencatat penguatan 0,9% ke 6935,3 ditopang oleh sektor energi. Berdasarkan data Refinitiv, sektor energi tercatat melesat hingga 3,4% setelah harga batu bara di Ice Newcastle meroket lebih dari 9%.
Beberapa emiten yang melesat yakni Indo Tambangraya (7,67%), Bukit Asam (6,44%) Medco Energy (4,51%) United Tractors (4,08%) Adaro Energy (3,96%) dan Bayan Resources (3,47%).
Melambungnya harga batu bara ditopang oleh sejumlah faktor mulai dari naiknya harga gas, sentimen positif dari China, serta prakiraan suhu yang lebih dingin di Eropa.
Sementara itu rupiah kembali merosot 0,6% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 15.140/US$. Padahal, cadangan devisa Indonesia mencatat kenaikan tiga bulan beruntun pada Januari lalu.
Bank Indonesia (BI) kemarin melaporkan posisi cadangan devisa pada akhir Januari naik US$ 2,2 miliar menjadi US$ 139,4 miliar dari posisi pada akhir Desember 2022 sebesar US$ 137,2 miliar.
Cadangan devisa penting bagi rupiah, sebab bisa menjadi amunisi bagi BI untuk intervensi ketika terjadi gejolak.
Namun, kenaikan cadangan devisa tidak direspon positif oleh rupiah, sebab pemicunya adalah utang alias penerbitan global bond oleh pemerintah.
"Peningkatan posisi cadangan devisa pada Januari 2023 antara lain dipengaruhi oleh penerbitan global bond pemerintah serta penerimaan pajak dan jasa," tulis BI dalam keterangan resminya Selasa (7/2/2023).
Senasib dengan rupiah, pasar obligasi dilanda aksi jual. Nyaris semua SBN mengalami kenaikan imbal hasil (yield) yang berarti harganya sedang turun.
SBN tenor 10 tahun misalnya, mengalami kenaikan yield sebesar 5,4 basis poin menjadi 6,171%. Bank sentral AS (The Fed) yang kemungkinan menaikkan suku bunga lebih tinggi lagi membuat yield obligasi AS (Treasury) menanjak, yang memberikan tekanan ke pasar SBN.
HALAMAN SELANJUTNYA >> Wall Street Akhirnya Bangkit
Bursa saham AS (Wall Street) akhirnya bangkit setelah merosot dalam dua hari beruntun. Kalimat-kalimat yang akan diucapkan ketua bank sentral AS (The Fed) Jerome Powell, membuat pelaku pasar sedikit lega, dan kembali masuk ke aset-aset berisiko.
Indeks Dow Jones tercatat menguat 0,8%, S&P 500 1,3%, dan Nasdaq memimpin nyaris 2%.
Sejak Jumat pekan lalu, pasar mulai cemas kembal The Fed akan bertindak lebih agresif.
Secara mengejutkan perekonomian Paman Sam mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 517 ribu orang sepanjang Januari, berdasarkan data dari Departemen Tenaga Kerja AS. Jumlah tersebut jauh lebih tinggi di atas survei Reuters sebanyak 185 ribu orang,
Kemudian, tingkat pengangguran yang diprediksi naik menjadi 3,6% malah turun menjadi 3,4%. Rata-rata upah per jam masih tumbuh 4,4% year-on-year, lebih tinggi dari prediksi 4,3%.
Dalam kondisi normal pasar tenaga kerja yang kuat, tingkat pengangguran yang turun, serta rata-rata upah per jam yang naik cukup tinggi adalah kabar baik. Tetapi dalam kondisi saat ini itu menjadi berita buruk.
Pasar tenaga kerja yang kuat, begitu juga dengan rata-rata upah berisiko membuat inflasi semakin sulit turun ke target The Fed sebesar 2%.
Sehingga Powell yang berbicara di Economic Club of Washington pada Selasa siang waktu setempat menjadi fokus utama pelaku pasar.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini
Hampir sama dengan pernyataannya pasca pengumuman kebijakan moneter pekan lalu, Powell menyebut proses disinflasi sudah dimulai.
Disinflasi artinya laju kenaikan harga yang lebih rendah dari sebelumnya. Pasar melihat inflasi di Amerika Serikat sudah mencapai puncaknya, dan kini mulai dalam tren penurunan.
"Proses disinflasi, proses di mana inflasi mulai menurun sudah dimulai, dan ini dimulai dari sektor barang yang berkontribusi seperempat ke perekomian. Tetapi jalan masih panjang, dan ini baru tahap paling awal" kata Powell sebagaimana dikutip CNBC International, Selasa waktu setempat.
Pelaku pasar langsung merespon positif, terlihat dari Wall Street yang berbalik menguat. Hal ini bisa mendorong kenaikan IHSG pada perdagangan Rabu, begitu juga rupiah dan SBN berpeluang menguat.
Ketika inflasi mulai menurun, maka peluang suku bunga The Fed tidak lebih dari 5%, seusai prediksi dan keinginan pasar akan menjadi lebih besar. Hal ini juga bisa berdampak bagus ke negara lain, dan dunia tentunya.
Tetapi, Powell juga memberikan catatan suku bunga bisa lebih tinggi dari yang sebelumnya diprediksi jika pasar tenaga kerja masih terus kuat atau inflasi yang kembali meninggi.
"Kenyataannya kami bertindak berdasarkan data. Jadi jika kita terus melihat data, misalnya pasar tenaga kerja yang kuat atau inflasi yang kembali meninggi, itu akan membuat kami kembali menaikkan suku bunga dan bisa saja lebih tinggi dari yang diprediksi sebelumnya," ujar Powell.
Artinya, data inflasi AS yang akan dirilis Selasa depan akan menjadi perhatian besar, sebab data tenaga kerja masih sangat kuat. Meski demikian, untuk sementara pasar dibuat lega setelah Powell menyatakan inflasi sudah dalam proses menurun.
Sementara itu dari dalam negeri Bank Indonesia hari ini akan merilis data tingkat keyakinan konsumen Indonesia. Pada bulan Desember angka indeksnya mencapai 120, dan jika meningkat artinya konsumen semakin optimistis, dan belanja rumah tangga bisa meningkat.
Mengingat konsumsi rumah tangga berkontribusi sekitar 50% dari PDB, maka kenaikan tingkat keyakinan konsumen bisa memberkan sentimen positif ke pasar finansial.
Selain itu, Bank Rakyat Indonesia (BBRI) dijadwalkan akan merilis laporan keuangannya. Sebelumnya Bank Negara Indonesia (BBNI) dan Bank Central Asia (BBCA) mampu membukukan kinerja yang impresif.
Rilis laporan keuangan BBRI diharapkan mampu mendongkrak sektor finansial yang memiliki bobot paling besar di IHSG.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Simak Rilis Data Ekonomi dan Agenda Hari Ini
Berikut sejumlah agenda yang terjadwal untuk hari ini:
- Laporan Kinerja Keuangan BRI Kuartal IV Tahun 2022 (9:30)
- Paparan kinerja tahun 2022 PT Bank IBK Indonesia Tbk (9:30)
- PT Mandiri Capital Indonesia (MCI) menggelar Indonesia Venture Capital Outlook 2023: Opportunities During Tech Slowdown (10.00)
- Rapim TNI-Polri (7:00)
- Listing PACK, VAST, HALO, CHIP
Berikut sejumlah data yang dirilis hari ini:
- Transaksi berjalan Jepang (6:50 WIB)
- Data tingkat keyakinan konsumen Indonesia (10:00 WIB)
- Pengumuman suku bunga bank sentral India (11:30 WIB)
- Rilis stok minyak mentah AS (22:30 WIB)
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Indikator | Tingkat |
Pertumbuhan Ekonomi (Q4-2022 YoY) | 5,01% |
Inflasi (Januari 2023 YoY) | 5,28% |
BI-7 Day Reverse Repo Rate (Januari 2023) | 5,75% |
Defisit Anggaran (APBN Desember 2022) | -2,38% PDB |
Surplus Transaksi Berjalan (Q3-2022 YoY) | 1,3% PDB |
Surplus Neraca Pembayaran Indonesia (Q3-2022 YoY) | US$ 1,3 miliar |
Cadangan Devisa (Januari 2023) | US$ 139,4 miliar |
CNBC INDONESIA RESEARCH
(pap/pap) Next Article Tak Ada Kabar Baik Dari Powell, Awas Gonjang-Ganjing Jilid II
