Newsletter
Tak Ada Kabar Baik Dari Powell, Awas Gonjang-Ganjing Jilid II

- Pasar keuangan Tanah Air masih saja dihantui 'momok' mengerikan dari Amerika Serikat (AS), terlebih pasca Powell memberikan gambaran bahwa suku bunga bakal naik lebih tinggi dari perkiraan.
- Dari dalam negeri, pada dasarnya tak ada kabar yang membuat gonjang-ganjing pasar namun pengaruh eksternal tampak kuat menyelimuti bursa Tanah Air.
- Kabar perekonomian AS menjadi fokus investor akhir-akhir ini. Data ekonomi penting masih dinantikan sebagai acuan seberapa besar kenaikan suku bunga yang bakal dinaikkan.
Jakarta, CNBC Indonesia - Imbas pidato pejabat The Fed yang mengisyaratkan kenaikan suku bunga yang lebih tinggi pasar keuangan Tanah Air benar-benar tak berdaya pada perdagangan kemarin. Efek suku bunga nyata adanya, Indeks acuan Tanah Air ambles hingga Mata Uang Garuda tak berdaya melawan dolar Amerika.
Dari sisi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona hijau dengan apresiasi 0,14% ke 6.776,37 pada perdagangan Rabu (8/3/2023), indeks berbalik arah menguat setelah konsisten berada di zona merah sejak pembukaan perdagangan akibat efek pidato Powell.
Jerome Powell memperingatkan, kenaikan suku bunga kemungkinan akan lebih tinggi dari yang diperkirakan oleh pembuat kebijakan bank sentral. Powell mengatakan tren saat ini menunjukkan bahwa tugas melawan inflasi Fed belum berakhir.
Dengan penguatan perdagangan kemarin, indeks acuan Tanah Air mematahkan perlemahan 3 hari beruntun pekan lalu. Namun IHSG masih mencatatkan koreksi hingga 1% dan ambles 2,36% sebulan terakhir.
Sebanyak 365 saham melemah, hanya 166 saham mengalami kenaikan dan 195 lainnya tidak berubah. Perdagangan menunjukkan nilai transaksi sekitar Rp 9,48 triliun dengan melibatkan 23 miliar saham.
Pada perdagangan kemarin aksi beli (net buy) menyelimuti pasar yakni sebesar Rp 253,78 miliar di pasar reguler.
Berdasarkan data Refinitiv, empat dari total sektor melemah. Sektor teknologi menjadi sektor yang paling menguntungkan IHSG menguat 0,87% sementara sektor barang pokok menjadi yang paling beban melemah 1,45%. Berikut rinciannya.
Dari pasar keuangan lain Rupiah kembali tak berdaya di hadapan dolar AS. Pada penutupan perdagangan hari ini, Rabu (8/3/2023), rupiah ditutup di posisi Rp 15.430/US$1. Rupiah anjlok 0,55%.
Penurunan kemarin memperpanjang tren pelemahan menjadi dua hari. Pada perdagangan Selasa (7/3/2023), rupiah juga anjlok 0,36% ke posisi Rp 15.345/US$1. Dalam dua hari terakhir, rupiah melemah 0,92%.
Pelemahan rupiah tak bisa dilepaskan dari kekhawatiran pelaku pasar mengenai agresifnya bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) untuk memerangi inflasi yang terlihat masih sulit untuk turun.